Mata kita tidak ada gunanya jika pikiran kita buta. Menemukan kata-kata ini membuat saya berpikir keras, benar sekali: jika Anda tidak dapat melihat melampaui apa yang sebenarnya dilihat mata Anda, maka keadaan Anda lebih buruk dibandingkan dengan orang yang buta. Memiliki mimpi dan visi adalah aspek yang sangat penting dalam hidup ini. Hal inilah yang seharusnya mendorong Anda maju dan memotivasi diri kita lebih baik untuk mencapai banyak hal.
Ya, banyak dari kita ingin mencapai kehidupan yang baik dan sehat, menjadi sukses. Tidak ada yang mau gagal. Namun berapa dari kita berani bermimpi? Untuk menggapai hal-hal ini, kita perlu untuk bisa fokus dengan baik. Kita tidak bisa hanya seperti bermimpi disiang-bolong, karena ada banyak usaha dan kerja keras untuk menjadikan mimpi kita menjadi kenyataan.Tapi jika berbicara tentang fokus, saya akan mengatakan bahwa Lot adalah contoh yang lebih baik dan bukan Abraham, pamannya.
Siapakah LOT?
Kejadian 12:4-5. “Maka Abram (Abraham) pergi, seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya, dan Lot pergi bersama dia … Dan Abram membawa Sarai, istrinya, dan Lot anak saudaranya …” Disini, Lot hanyalah anak dari saudara Abram, Haran (Kejadian 11:31), bukan anak (kandung) Abram sendiri. Dia tidak dipanggil Tuhan, hanyalah Abram yang dipanggil. Namun, Abram tetap membawanya. Kemungkinan besar karena alih-alih dia ditinggal sendiri di kota Haran, dia sebaiknya ikut bersama pamannya ke negeri yang baru. Ayahnya telah meninggal lebih dahulu sebelum mereka tiba di Haran (Kejadian 11:28), dan kakeknya baru saja meninggal (Kejadian 11:32). Jadi dia sekarang (lebih baik) mengikuti Abram dari Haran (Kejadian 12) pergi ke Tanah Kanaan.
Bukankah Tuhan telah berfirman pada Abram, pergilah .. dari sanak saudaramu, (Kejadian 12:1). Tuhan tidak mau Lot dibawa. Dia tahu bahwa kemudian Lot hanyalah akan membawa masalah demi masalah bagi Abram. Seperti yang disebutkan di atas: Abramlah yang dipanggil oleh Tuhan dan bukan Lot. Tapi mungkin seperti kebanyakan kita, para ayah, banyak yang tidak tega untuk meninggalkan seorang keponakan yang sudah seperti anak sendiri saat kita harus pergi ke suatu tempat yang lain untuk selamanya? Apalagi ketika mereka masih sangat muda untuk berdiri sendiri. Ya, Abram membuat keputusan yang salah disini tapi Lot mendapatkan kesempatan menjadi seorang yang mengikuti jejak perjalanan kehidupan seorang hamba Tuhan, pamannya sendiri, sebuah perjalanan menjawab panggilan Tuhan.
Menurut 2 Petrus 2:7-8, Lot disebut sebagai orang benar yang hidup di antara orang-orang jahat. Inilah satu-satunya ayat dalam Alkitab yang menyebutkan Lot sebagai orang benar. Menariknya, ketika Alkitab menyebut nama seseorang sebagai orang benar maka itu berarti orang itu benar di depan mata Tuhan. Itu lah mungkin alasan mengapa Tuhan tetap mengirim 2 malaikat untuk menyelamatkan Lot dan keluarganya sebelum Ia menghancurkan Sodom, Dia adalah Tuhan yang setia. Kejadian 19:1.
Lot menyamai pamannya, Abram
Tapi Lot bukan hanya keponakan biasa-biasa saja. Dia adalah seorang pemuda yang penuh potensi bagus untuk mencapai banyak hal dan menjadi sukses dalam hidupnya. Seorang muda dengan sense berbisnis yang berambisi kuat naik ke puncak. Kisah di Kejadian 13 bukanlah perselisihan biasa antara gembala-gembala Lot dan gembala-gembala Abram. Ayat 7 menyebutkan ada pertengkaran antara gembala Abram dan gembala Lot. Alasannya ada pada ayat 6, tanah itu tidak cukup luas untuk keduanya. Nah, apa yang terjadi disini? Bukankah mereka seharusnya merupakan satu keluarga dan semua negeri itu adalah milik mereka bersama? Inilah yang terjadi: Lot telah tumbuh begitu besar dengan cepatnya (ayat 5) terpisah dari pamannya, Abram. Dengan kata lain, dia berhasil menyamai Abram dalam hal materi dan kekayaan. Bisakah Anda membayangkan memiliki keponakan yang masih tinggal satu rumah dengan Anda bahkan makan dari meja yang sama tapi kemudian mampu menghasilkan uang dengan jumlah sama atau bahkan lebih besar dari Anda ? Keponakan itu sudah seharusnya berdiri sendiri, kan?!
Jadi Abram sebagai paman yang baik memberikan tawaran damai. Ayat 8 dan 9, Abram memberinya kesempatan lebih dahulu untuk memilih apa yang dia inginkan dari negeri yang sebenarnya (hanya) dijanjikan untuk Abram. Dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, Lot langsung memilih bagi dirinya bagian terbaik dari negeri perjanjian tersebut, ayat 10. Dia memilih lembah Yordan: sebuah tanah yang diairi dengan baik di setiap bagiannya, seperti taman Tuhan, seperti tanah Mesir. Ingat bahwa mereka baru saja kembali dari Mesir. Lot ada disana bersama-sama saat Abram melarikan diri dari bencana kelaparan dalam Kejadian 12:10. (Suatu pemikiran lain disini:) Dia mungkin menyesali keputusan pamannya untuk kembali ke tanah Kanaan. Baginya Kanaan hanyalah tanah kering, yang tidak menghasilkan apa-apa kecuali kelaparan dan penderitaan walau itu adalah tanah yang dijanjikan Tuhan. Kejadian 12:6-9. Ya, bagi seseorang yang tidak memiliki panggilan Tuhan dalam hidup mereka, akan sukar untuk bisa melihat lewat iman kegenapan janji Tuhan. Lagipula, mereka baru saja balik dari Mesir. Matanya baru saja melihat Mesir yang penuh dengan kelimpahan dan kenyamanan dan matanya teralihkan karenanya. Kenapa harus kembali ke Kanaan?! pikir Lot, Kejadian 13:1. Ambisinya membutakan dia akan janji Tuhan. Sekarang, ketika ia melihat lembah Yordan itu, dia pikir inilah jawaban yang dicari selama ini, inilah (seperti) taman Tuhan itu! Ya, jika kita tidak hati-hati, mata kita hanya akan membawa kita melihat apa yang mau kita lihat. Bukan melihat yang sebenarnya. Lagipula, untuk yang terbiasa membiarkan mata mereka melihat Mesir (yaitu dunia ini) akan mudah tertipu melihat harta dunia sebagai berkat Tuhan.
Lot pindah ke lembah Yordan
Kejadian 13:10-11, lalu Lot melayangkan pandangannya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya … maka Lot memilih semua dataran (lembah) Yordan … Dia melayangkan matanya untuk melihat, lalu membuat pilihan berdasarkan apa yang telah dilihatnya (ayat 12), kemudian ia memasang kemahnya di dekat Sodom. Lot benar-benar fokus terhadap apa yang dia inginkan. Dia melihat kesempatan itu, direbutnya segera. Ketika Alkitab mengatakan bahwa dia memasang tendanya (menghadap ke arah, KJV) dekat Sodom, ini berarti bahwa Sodom akan menjadi hal pertama yang akan dia lihat setiap kali dia bangun di pagi hari. Dan menjadi adalah hal terakhir yang dia lihat sebelum memasuki kemahnya untuk beristirahat. Dia rupanya sangat fokus!
Lot adalah seorang pebisnis muda yang tidak akan melewatkan kesempatan untuk berekspansi dan membutuhkan kota besar seperti Sodom demi mengakomodasi rasa laparnya akan kesuksesan dan kekayaan. Walaupun kota itu sangat berdosa di hadapan Tuhan dan ia sudah diperingatkan untuk itu (ayat 10). Dia sangat fokus pada apa yang dia inginkan bagi dirinya sendiri. Dia tidak keberatan untuk menyingkirkan pamannya sendiri demi perluasan dirinya. Dia mengambil bagian terbaik dari tanah perjanjian (yang sebenarnya diperuntukkan bagi Abram saja) untuk perluasan wilayah bisnisnya. Suatu kehidupan yang mengalami percepatan hebat untuk mengejar berkat dan kesuksesan!
Tidak lama, hanya satu pasal kemudian, kita menemukan bahwa sekarang Lot tinggal di dalam Sodom. Kejadian 14:12, dan mereka mengambil Lot .., yang tinggal di dalam Sodom. Jadi dia tidak hanya pindah ke timur ke dekat Sodom (Kejadian 13:11) tapi kemudian sekarang dia sudah tinggal di dalam Sodom. Kejadian 14 adalah cerita perang antara 4 raja Kedorlaomer (ayat 1, cikal bakal Kerajaan Babel) melawan 5 raja Sodom (ayat 2) dan Lot terperangkap di tengah-tengahnya. Abram datang menyelamatkan Lot mengalahkan 4 raja ini dan membawa semuanya kembali ke Sodom.
Sekarang Lot adalah salah satu pemimpin Sodom
Kejadian 19 adalah kisah dimana Tuhan menghancurkan Sodom dan Gomora. Waktu Dia mengutus dua malaikat untuk menyelamatkan Lot dan keluarganya, setelah Ia bertemu dengan Abram di pasal 18, Lotlah yang menemui dua malaikat ini dalam perjalanan mereka masuk ke Sodom. Kejadian 19:1, kedua malaikat itu tiba di Sodom pada waktu petang. Lot sedang duduk di pintu gerbang Sodom dan ketika melihat mereka, bangunlah ia menyongsong mereka. Dia sedang duduk di pintu gerbang Sodom saat para malaikat mendekat. Apa yang dia lakukan di sana? Duduk seperti laki-laki pada jaman sekarang ini: minum kopi atau teh dan ngobrol sambil merokok? Tidak, orang-orang yang duduk di dekat pintu gerbang pada masa Abraham, Ishak dan Yakub, adalah orang-orang yang memerintah kota. Mereka adalah orang yang menentukan nasib kota yang mereka jaga di gerbang kota itu. Jika mereka mengizinkan hal-hal buruk masuk, kota ini akan menjadi kota yang buruk. Jika mereka membiarkan hal yang baik masuk, kota ini akan menjadi kota yang baik. Kelompok orang inilah yang disebut sebagai ekklēsia, sebuah kata Yunani yang memiliki arti sebuah kelompok yang dipanggil keluar (untuk memerintah kota) yang kemudian diterjemahkan sebagai kata gereja. Lot ada disitu, didalam kelompok ini sebagai bagian yang memerintah Sodom hari itu. Sekarang rupanya dia adalah salah satu pemimpin Sodom. Bukan hanya telah menjadi pengusaha kaya dan sukses tapi juga menjadi salah satu yang berpengaruh di kota: seorang pemimpin. Anda bisa melihat tren ini sedang terjadi di mana-mana, jika seorang pria telah menjadi sangat sukses menghasilkan banyak uang maka hal berikutnya yang akan dikejar adalah kekuasaan, suatu posisi berpengaruh terutama dalam dunia politik. Tren ini bukan hal baru, sudah ada sejak awal, bahkan sejak jaman Abraham, Ishak dan Yakub.
Tapi pada masa kepemimpinan Lot, Sodom justru dihancurkan!
Lot berlambat-lambat meninggalkan Sodom
Kejadian 19:1, dan datanglah dua malaikat ke Sodom … Tuhan mengutus kedua malaikat untuk menyelamatkan Lot dari kiamat Sodom. Kedua malaikat itu memiliki satu misi sederhana: menyelamatkan Lot dan keluarganya. Tuhan tahu bahwa hanya empat orang yang layak diselamatkan dari semua orang Sodom. Tapi di ayat 16, dan Lot berlambat-lambat … kata ini berarti dia dengan sengaja memelankan tindakannya, mengapa? Tidakkah dia mengerti bahwa Tuhan akan segera menghancurkan kota tempat dia tinggal? Bukankah Tuhan telah menyuruh dua malaikat ini untuk menyelamatkannya? Tapi mengapa Lot justru ragu untuk meninggalkan kota? Dia punya terlalu banyak untuk ditinggalkan sekarang.
Pernahkah kita merenungkan bahwa seringkali kita juga seperti Lot. Kita sibuk bekerja untuk menjadi kaya, bahkan ibadah kita seringkali punya tujuan menjadi kaya. Kita beribadah dan melayani Dia dengan tujuan supaya diberkati, supaya menjadi kaya. Kita berdoa supaya dijauhkan dari bencana, tetap sehat-sehat dan diberkati dalam segala hal. Dan yang kita maksudkan sebagai diberkati adalah punya uang berlimpah-limpah. Lot punya semuanya dan dia mendapatkan semuanya itu sangat cepat. Tapi justru itulah yang membuat dia berlambat-lambat keluar dari Sodom. Mungkin mereka (Lot & istrinya) berpikir, mengapa Tuhan hanya mengutus 2 malaikat saja, tidakkah Ia tahu bahwa ada begitu banyak barang yang harus dibawa? Bukankah Dia yang memberkati, Dia yang memelihara juga? Saking butanya mata kita akan apa arti berkat Tuhan (yang selalu kita artikan sebagai uang, materi dan kekayaan dunia), kita tidak mampu melihat lebih jauh bahwa Tuhan sudah datang menolong. Tuhan sudah mengutus malaikat-Nya untuk menyelamatkan jiwa Lot dan keluarganya, tapi hati mereka sangat melekat pada harta dan kekayaan mereka. Ya, apa yang kita doakan begitu rupa telah menjadi hal yang sangat menghalangi pertolongan-Nya pada kita.
Tuhan memanggil orang kaya untuk menjadi sempurna dalam Matius 19:21 dengan datang mengikut Dia tapi harus menjual semua harta kekayaannya dan memberikannya pada orang miskin lebih dahulu. Orang muda dan kaya itu pergi dengan sedih, ayat 22. Ya, panggilan Tuhan adalah panggilan meninggalkan dunia dan isinya, bukan sebaliknya. Dan dalam kasus Lot, keselamatannya berarti nyawa yang ditukar dengan hartanya. Seringkali, seperti Lot kita lebih sayang pada harta kita melebihi kasih kepada diri kita sendiri (bahkan bukan pada Tuhan). Perkataan ini, sayang duitnya, sangat sering keluar dari mulut kita. Perkataan yang menunjukkan kita sangat cinta pada uang bahkan lebih dari pada kita cinta pada diri kita sendiri. Kita rela berhemat begitu rupa, tidak mau menikmati apa yang bisa dibeli uang kita. Kita berpikir bahwa kita tidak boleh boros, bukankah hemat adalah pangkal kaya?! Tapi coba perhatikan, bukankah Tuhan harus menjadi paling utama? Lalu orang lain, diri sendiri baru kemudian uang yang terakhir? Uang adalah hamba yang baik, tapi jika ia telah menjadi tuan, ia tuan yang sangat kejam. Kepada kita si pemilik uang itu sendiri, uang itu tidak akan mengijinkan kita menikmatinya.
Ya, akhirnya Lot tidak hanya kehilangan segala-galanya dalam sekejap, tapi juga kehilangan istrinya yang berubah menjadi tiang garam (ayat 26). Kata asli dalam ayat 26 menunjukkan bahwa istri Lot bukan hanya sekedar menoleh kebelakang ketika mereka berlari meloloskan diri. Tapi ia berjalan dengan tidak sepenuh hati, menyeret-nyeret kakinya, berlambat-lambat karena hartanya yang tidak bisa dibawa sertanya keluar dari Sodom. Jika hidup anda hanya berpusat mencari duit, jangan salahkan jika istrimu menjadi orang yang sangat materialistis. Sebagai kepala keluarga, seorang laki-laki harus menjadi teladan kepada istri dan anak-anaknya dalam mencari Tuhan, menjadi imam dan bukan hanya penyedia. Kemudian, anak-anak perempuannya tidak menemukan laki-laki untuk dinikahi (ayat 31) waktu mereka lari ke Zoar. Mereka justru mendapat ide untuk memabukkan ayah mereka lalu tidur dengannya supaya bisa punya anak sebagai penerus keluarga ini yang habis dalam sekejap. Tapi kemudian mereka justru melahirkan 2 bangsa musuh Israel: Moab dan Amon.
Lot pasti telah melewatkan sesuatu
Apa yang terjadi di sini? Lot sepertinya telah melewatkan sesuatu di sini, dia melewatkan sesuatu yang menyebabkan akhir yang mengerikan dalam hidupnya. Dia berhasil mencapai banyak hal, menjadi orang yang sangat sukses bahkan menjadi pemimpin kota yang telah membantunya tumbuh. Dia sudah berada di posisi yang sangat tinggi, seorang kaya yang sangat berkuasa. Tapi kemudian semuanya tiba-tiba berakhir begitu saja. Lot pasti melewatkan sesuatu di sini.
Lanjut baca...
Dalam Kejadian 12:7-8, kita dapat melihat di sini bahwa kemanapun Abram pergi, dia pasti membangun sebuah mezbah atau altar untuk memanggil nama Tuhan. Di pasal ini ia berhenti setidaknya dua kali, dan disetiap tempat ia berhenti ia pasti membangun mezbah. Mezbah adalah suatu altar yang dibangun untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan dalam Perjanjian Lama. Mezbah menandai suatu ibadah yang dikerjakan oleh yang membakar korban. Jadi mezbah berbicara tentang adanya suatu hubungan (yang hidup) dengan Tuhan. Lot ada di sana bersama Abram dalam Kejadian 12. Mungkin sekali dia juga ada disitu membantu Abram pamannya membangun mezbah ini. Perhatikan bahwa mendirikan mezbah bukanlah hal mudah dilakukan sendiri, seringkali membutuhkan bantuan orang lain. Jadi Lot ada disitu bukan cuma untuk membantu tapi bahkan menyaksikan seluruh tindakan pengorbanan hewan diatas mezbah yang dilakukan Abraham. Tapi Alkitab juga kemudian tidak pernah menyebutkan Lot pernah membangun mezbahnya sendiri!
Tidak, tidak ada satu pun ayat ditulis yang menyebutkan bahwa Lot pernah mendirikan mezbahnya sendiri memanggil nama Tuhan. Dengan kata lain, Lot tidak punya hubungan dengan Tuhan. Itulah yang dilewatkan Lot. Dia begitu fokus untuk membangun hidupnya, membangun kesuksesannya sendiri di mana kemudian dia melewatkan satu hal sederhana yang paling kita butuhkan dalam kehidupan ini: doa, ibadah, hubungan pribadi dengan Tuhan.
Mezbah
Mezbah berbicara tentang hubungan kita dengan Tuhan: komitmen kita, penyembahan, dan pengorbanan kita kepada-Nya. Di situlah kita menemukan berkat, perlindungan dan bimbingan yang paling kita butuhkan. Ya, Anda bisa sangat sukses dalam kehidupan ini dengan kerja keras. Tapi jangan lupa, justru kehidupan doa Anda yang akan menolong dan memberkati kerja keras anda. Bahkan akan melindungi berkat yang selalu Anda cari. Mezbah atau doa Anda akan memberi petunjuk ke mana Anda harus pergi atau keputusan apa yang harus Anda ambil. Lebih jauh, kehidupan yang berdoa akan membawa Anda lebih dekat kepada Tuhan. Dan kita semua membutuhkan hal ini lebih dari segalanya, kita semua sangat membutuhkan Dia.
Abram begitu fokus membangun mezbah di hidupnya. Tidak hanya dalam ayat 7 & 8 dari Kejadian 12. Namun sepanjang hidupnya, dalam banyak pasal di Kejadian kita selalu mendapati dia berdiri didekat mezbah yang dibangunnya. Padahal kita juga tahu bahwa Abram bukan hanya seorang yang berdoa: dia adalah suami dari Sara (Kejadian 12:4), ayah bagi Ismael (Kejadian 16) dan Ishak (Kejadian 19). Juga seorang penggembala ternak dengan kawanan yang begitu banyak (Kejadian 13) sehingga dia harus mempekerjakan banyak pembantu, pekerja, pelayan dan budak: pria dan wanita. Tapi Alkitab justru menyebutkan lebih banyak akan kehidupannya di mezbah daripada yang semua yang lainnya. Yang lain-lain hanya disebutkan seperti pelengkap kehidupan Abram.
Abraham dan mezbahnya, baca disini.
Ya, karena kehidupan Abram memang sangat terfokus pada mezbah yang dibangunnya untuk memanggil nama Tuhan. Tidakkah Anda akan berpikir jika seorang begitu fokus kepada doa dalam kehidupannya maka dia bisa kehilangan banyak hal karenanya (terlalu fokus pada doa)? Justru sebaliknya, karena doalah hidup Abram betul-betul terfokus pada perkara yang tepat. Perkara itu adalah Tuhan, Tuhan yang menjadi fokusnya di mezbah itu. Tuhan inilah yang kemudian membalasnya dengan sangat memberkati segala hal-hal lainnya yang dia tidak fokus, termasuk bisnis ternak dan semua perdagangan yang dia lakukan. Dan justru melalui perselisihan dengan Lot, dia dilindungi dan dibawa pergi jauh-jauh hari dari bencana yang akan menimpa Sodom dan Gomora, dan pada akhirnya menyelamatkan Abram dari kehilangan banyak hal yang telah dia bangun selama ini.
Menaruh banyak diri Anda kedalam hadirat Allah melalui doa akan menyebabkan Dia menjadi banyak dalam semua aspek kehidupan Anda. Ketika kita terbiasa berada di hadirat-Nya, kehadiran-Nya akan selalu ada melindungi kita. Mazmur 91:1. Melalui mezbah ini, Abram sampai pada suatu hubungan yang sangat kuat dengan Tuhan: lebih dari segalanya dan lebih dari semua hal lainnya. Hubungannya begitu dalam dengan Tuhan di mana dia mendapati dirinya rela memberikan kembali putra yang dijanjikan kepadanya dari Tuhan diatas mezbah, Kejadian 22. Tuhan kemudian bersumpah atas Diri-Nya sendiri, bahwa Dia pasti akan memberkatinya. Tidak sekali pun Abram kehilangan fokusnya dari mezbah, bahkan tidak dari berkat terbesar yang dihasilkan mezbah ini untuknya: Ishak, anak yang dijanjikan.
Kebanyakan kita justru sebaliknya, doa kita hanyalah sarana untuk mendapatkan sesuatu dari-Nya. Hanya untuk menuai keuntungan, kita biasanya mau berdoa. Dan berkali-kali ketika kita sudah mendapatkan hal yang kita doakan itu, kita lalu berhenti berdoa. Masihkah kita mau kembali berdoa setelah doa kita dijawab? Lukas 17:17 menyebutkan cuma satu orang yang kembali kepada Tuhan setelah 10 disembuhkan dari kusta. Atau bahkan, berani kah kita mengembalikan jawaban doa itu kepada-Nya sehingga kita akan selalu perlu datang untuk berdoa lagi? 1 Samuel 1:11, Hana mempersembahkan Samuel kembali kepada Tuhan. Sebagian besar dari kita justru akan marah kepada-Nya ketika menemukan Dia berkata tidak untuk doa kita. Apakah kita bersedia untuk selalu kembali ke hadirat-Nya dimana kita pada akhirnya benar-benar tinggal dalam Naungan Yang Maha Tinggi? Mazmur 91:1. Sebab saat kita tinggal dalam Naungan Yang Maha Tinggi, kita akan bisa beristirahat dengan tenang dalam Perlindungan Yang Mahakuasa.
Apakah Anda juga akan ragu-ragu seperti Lot?
Inilah yang dilewatkan Lot dalam perjalanan hidupnya. Jadi pada akhirnya, dia tidak pernah tumbuh dalam hubungannya dengan Tuhan. Sebagai gantinya, ia menjajaki hubungan yang lebih erat dengan uang. Dia punya terlalu banyak saat ditantang untuk memilih antara nyawa atau hartanya. Dia bahkan belum ditantang untuk memilih antara Tuhan atau kekayaannya; hanya antara jiwanya atau uangnya. Jika bukan karena para malaikat yang menarik tangannya untuk diselamatkan (Kejadian 19:16), Lot akan memilih hartanya dan mengorbankan diri serta keluarganya. Matius 6:21, karena di mana hartamu berada, di sanalah hatimu juga berada. Ayat ini tidak pernah ditulis sebaliknya. Karena uang kita tidak akan pernah mengikuti kita, tapi hanya diri kita yang akan selalu mengikuti kemana uang kita pergi. Itulah sebabnya Mazmur 62:10 berkata jika kekayaan meningkat, janganlah hatimu terikat padanya. Bagaimana? Belajarlah memberi dan terus memberi seperti yang Yesus maksudkan dalam Matius 6:20, simpanlah bagi dirimu harta di surga. Juga 1 Yohanes 2:15, jangan mengasihi dunia, bahkan jangan mengasihi segala hal-hal yang ada di dalam dunia ini. Jika ada orang yang mengasihi dunia, maka kasih Bapa tidak ada dalam dirinya. Jadi, jika Yesus kembali hari ini, seberapa sukar Tuhan harus menarikmu keluar dari dunia ini? Apakah Anda juga akan ragu-ragu seperti Lot?
Yesus berkata, kita tidak bisa mengabdi pada dua tuan. Matius 6:24. Kita akan selalu memilih salah satu dari mereka: Tuhan atau mammon. Matius 6:24. Ini tidak berarti bahwa kita perlu berhenti mencari uang, atau kehilangan sikap rajin dan kerja keras kita dalam hidup ini. Justru ini berarti kita perlu memiliki fokus yang benar dan fokus itu adalah pada Tuhan. Fokus pada Tuhan memang akan membuat kita banyak mengambil keputusan yang bersifat mengorbankan yang lain tapi yang pasti berkat Tuhan kepada kita justru akan bertahan selamanya. Jangan lewatkan mezbah kita, ini akan membantu kita untuk fokus pada perkara yang benar di hidup ini.
Banyak dari kita melihat doa sebagai sarana untuk mengubah Dia. Mezbah, atau doa bukanlah cara membujuk Tuhan mengikuti apa yang kita inginkan. Tidak, kita adalah orang yang harus berubah lewat doa, bukan Tuhan. Bukankah itu sebabnya doa dilambangkan dengan mezbah? Tempat untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan. Dan korban yang dipersembahkan itu sendiri adalah diri kita di atas mezbah, bukan yang lain. Kita harus belajar untuk menyerah pada kehendak-Nya. Bukankah kehendak-Nya lebih baik dari pada kita? Bukankah jalan-Nya jauh lebih baik dari pada jalan kita? Di mezbah ini, kita bisa menemukan tempat untuk menyerahkan hidup kita kepada-Nya. Ya, disini kita belajar untuk mengalah dan berserah dalam banyak hal kepada Dia. Seperti membiarkan pintu-pintu yang ditutup Tuhan untuk terus tertutup. Atau belajar mengubah arah langkah kaki kita mengikuti jejak-Nya dan bukan memaksakan maunya kita. Di sini kita belajar untuk mencintai Dia lebih daripada mencintai diri kita sendiri. Di mezbah kita belajar meletakkan segala sesuatu dibawah kaki-Nya.
Fokus pada Tuhan
Di mezbah kita belajar menemukan bahwa hanya Dia yang harusnya tetap tinggal dalam pandangan kita karena segala sesuatu yg lain seharusnya menjadi kabur dan hilang lenyap seperti korban sesungguhnya yang dibakar menjadi abu dan habis sebagai persembahan kepada Dia. Ya, dan bukan hanya itu tapi kita harus benar-benar belajar menemukan diri kita tinggal sendiri bersama Dia sampai akhir ketika segala sesuatu yang lain hilang lenyap. Karena hanya jika kita kehilangan segalanya kecuali Dia, maka kita baru akan mulai memiliki Dia sebagai segala sesuatu dalam kehidupan ini. Mezbah mengajarkan kita hal ini: Tuhan adalah gembalaku, aku tidak menginginkan yang lain lagi (Mazmur 23:1, KJV).
Jika saja Lot mau mengikuti contoh kehidupan mezbah Abram, pasti dia tidak akan kehilangan segalanya karena Sodom dan Gomora. Dia masih akan memiliki istrinya, mereka akan dapat menemukan suami untuk anak-anak perempuan mereka dan keturunan mereka tidak akan menjadi musuh orang-orang yang dijanjikan. Tapi maukah dia mengalah untuk berbagi rumput dan air yang dia justru butuhkan untuk menumbuhkan kawanan ternaknya lebih besar? Maukah dia terus tunduk pada pamannya dan mengikutinya panggilan pamannya itu? Tapi, bagaimana dia bisa melakukan semua ini ketika dia tidak mau memberikan waktu dan usaha untuk membangun mezbahnya sendiri, mengikuti hal yang paling utama dilakukan Abraham untuk menjawab panggilannya? Mezbah. Ingatlah bahwa banyak dari kita tidak dipanggil seperti Abraham dan kebanyakan dari kita lebih seperti Lot. Kita senang mengikuti hamba-hamba Allah karena anugerah Tuhan atas hidup mereka tetapi tidak dengan harga yang mereka bayar dalam kesendirian. Andai saja Lot mau mendirikan mezbahnya sendiri mengikuti mezbah pamannya, Abram, sama seperti Yosua tetap tinggal di kemah Pertemuan setelah Musa pergi (Keluaran 33:11). Atau seperti apa yang dikatakan Paulus kepada orang-orang di Korintus (1 Korintus 11: 1): teladani aku, sama seperti aku juga meneladani Kristus. Jika saja Lot mau mengikuti jejak Abram di mezbah, pasti dia akan membangun perlindungan Tuhan kepadanya yang akan berguna dalam jangka panjang. Jika Lot mau tinggal di naungan Yang Mahatinggi, ia akan menemukan istirahat di dalam perlindungan Yang Mahakuasa. Tetapi ketika dia kehilangan mezbah, dia kehilangan sesuatu yang sangat besar! Bagaimana dengan anda?
3 November 2020 (ditulis kembali)
Arnold Sigik
ALe
Mezbah adalah sesuatu yang serius tapi justru banyak ditinggalkan oleh mereka yang memiliki kemampuan dan potensi seperti Lot. Saya melihat bagaimana Tuhan begitu sabar dengan sikap sok kita dan kita yang begitu tidak sabar untuk unjuk gigi meninggalkan DIA. Terimakasih sudah berbagi revelasi ini!
Arnold
Tuhan memberkati!
Reduard
Mengapa Tuhan tidak menghukum anak2 lot yg sudah bersetubuh dgn ayahnya sendiri
Arnold
Coba baca ini, https://en.wikipedia.org/wiki/Moab dan https://www.britannica.com/topic/Moabite
Ya, Dia tidak langsung menghukum mereka karena panjang sabar-Nya kepada kita semua. 2 Petrus 3:9 & Roma 3:25 (dibaca ayatnya ya). Tapi generasi selanjutnya dari Moab dan Amon jatuh ke dalam tangan penghukuman Tuhan melalui kerajaan Babel. Yeremia 48 & 49.