Tuhan tidak menyebabkan segala sesuatu, tapi bekerja melalui segala sesuatu.
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Roma 8:28, TB.
Karena Tuhan adalah yang menciptakan segala sesuatu, bisa dikatakan bahwa secara tidak langsung memang Tuhan menyebabkan segala sesuatu. Ya, karena segala sesuatu berasal dari Dia. Tapi hati yang berubah setia, hati yang berubah jahat tidak berasal dari Dia. Manusia sendiri yang memutuskan bagaimana mereka bereaksi, bagaimana mereka memberi respon setiap hari. Tidak bisa dipungkiri bahwa karena segala macam reaksi yang berbeda ini, manusia jatuh dalam berbagai situasi yang sulit, pedih bahkan pahit. Tidak, semua hal-hal ini tidak disebabkan oleh Tuhan. Tapi Dia sanggup bekerja melalui segala macam hal-hal tersebut, bahkan untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. Yusuf sanggup berkata bahwa ‘memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk mendatangkan kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi seperti sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.’ Kejadian 50:20 menunjukkan betapa dia memiliki jiwa yang besar untuk melihat lebih jauh melebihi hal-hal jahat yang telah dilakukan saudara-saudaranya.
Kepribadian Yusuf
Idealis dengan kebenaran
Yusuf adalah seorang yang memiliki sifat yang sangat idealis dengan kebenaran. Berkawan dengan orang seperti ini, pada umumnya tidak akan mendatangkan rasa nyaman. Sebab setiap saat, dia bisa saja melaporkan kesalahan yang anda buat. Ayat 2 dalam Kejadian 37, menunjukkan apa yang dia buat terhadap saudara-saudaranya sendiri. Jelas apa yang dia kerjakan benar, tapi banyak kali demi mencari aman kita tidak akan berani melaporkan apa yang salah yang kita lihat. Apalagi kita hidup dijaman dimana yang melapor menjadi yang lebih sering ditangkap. Kebenaran jelas mengganggu rasa aman kebanyakan orang.
Anak-anak Bilha dan Zilpa. Siapa mereka? Mereka adalah Dan dan Naftali dari Bilha (Kejadian 30:4-8) serta Gad dan Asyer dari Zilpa (Kejadian 30:9-13). Bilha adalah budak atau hamba dari Rahel. Seorang dayang-dayang yang melayani Rahel, istri kesayangan Yakub (Kejadian 29:30-31). Budak dari Laban sendiri yang diberikannya kepada anaknya Rahel ketika dia menikah dengan Yakub (Kejadian 29:29). Yang menarik untuk diperhatikan adalah arti nama dari Bilha sendiri: trouble atau persoalan, masalah. Tidak bisa dibayangkan seorang ibu yang karakternya selalu membawa masalah akan melahirkan anak-anak yang tidak bisa diatur. Bilha inilah yang ditiduri Ruben, anak pertama Yakub dalam Kejadian 35:22. Dan punya arti nama hakim yang mengadili (Kejadian 30:6) dan arti Naftali adalah bergulat, bergumul (Kejadian 30:9). Zilpa sendiri juga adalah seorang budak kepada Lea, seorang yang berasal dari Siria yang diberikan ayahnya, Laban, ketika dia menikah dengan Yakub (Kejadian 29:24).
Anak kesayangan
Dalam ayat ke-3, Kejadian 37 Yakub memberikan jubah yang maha indah kepada Yusuf. Suata pertanda bahwa Yusuf telah menjadi anak kesukaan di dalam rumah ayahnya sendiri diantara 12 saudara-saudaranya. Yakub tidak bisa dibilang seorang ayah yang baik dalam perkara ini. Tapi ini tidak sesederhana bahwa dia pilih kasih terhadap anak-anaknya karena dia sudah pilih kasih terhadap istri-istrinya lebih dahulu. Kejadian 29:30-32. Seharusnya dia jangan menikah kepada 4 istri jika memang cuma seseorang yang akan dicintainya. Bukankah Tuhan juga menghendaki demikian, Kejadian 2:24. Ya, dia ditipu sampai punya lebih dari satu istri, tapi karena fakta ia menikahi yang pertama lebh dahulu, dia harus bisa bertanggung jawab mencintai semuanya sama. Tindakannya tidak disetujui Tuhan, Kejadian 29:31. Dia membuka kandungan Lea dan menutup kandungan Rahel. Dia Tuhan yang adil. Jadi, apapun yang terjadi dia seharusnya mengasihi semua anaknya sama. Jadi jelas yang terjadi disini adalah bahwa Rahel wanita yang dicintai Yakub, anak yang dilahirkannya kemudian menjadi anak favorit dalam keluarga.
Lagipula, jubah yang mahaindah itu tidak hanya sekedar berarti bahwa Yusuf telah menjadi anak kesukaan ayahnya, tapi lebih dari itu dia telah dipilih sebagai penerus keluarga Yakub ini. Dengan kata lain, jika Yakub meninggal suatu waktu Yusuflah yang akan mewarisi seluruh usaha ayahnya, memimpin seluruh keluarga besar ayahnya. Karena hal ini, seluruh saudara-saudara Yusuf menjadi benci dan tidak ramah kepadanya (Kejadian 37:4). Terlepas dari salah ayahnya dalam perkara ini, bukankah Yusuf sebagai yang tidak bersalah, the innocent one, yang mencintai kebenaran, tapi justru menjadi yang berada diujung tanduk semua perkara yang sangat sensitif ini? Jika anda adalah Yusuf dalam perkara ini, apakah jari anda akan teracung kepada Tuhan mempersalahkan Dia karena semuanya?
Punya mimpi, dua kali bahkan!
Tidak sampai disini situasi Yusuf, dia bermimpi. Suatu peristiwa yang terjadi waktu dia tidur. Keadaan yang muncul diluar kendalinya ketika dia sedang berada pada saat paling tidak berbuat apa-apa selain menutup matanya. Dia bermimpi, dua kali. Yang lebih parahnya lagi, dia tidak menahan dirinya menceritakan mimpi-mimpinya ini kepada saudara-saudaranya (Kejadian 37:5-6). Mungkin kita akan berpikir dua kali ketika kita berada dalam situasi pelik dan rumit seperti Yusuf untuk keluar dari kamar dengan cerita yang isinya menunjukkan keadaan yang justru dibenci oleh semua saudaranya. Bahkan rupanya Yusuf tidak belajar dari akibat mimpi pertamanya (Kejadian 37:8) dengan kembali menceritakan mimpinya yang kedua (Kejadian 37:9-10). Semuanya mengakibatkan kemarahan saudara-saudaranya semakin memuncak (Kejadian 37:11). Belum lagi ditambah dengan sekarang ayah Yusuf mulai keberatan dengan mimpi Yusuf. Dia berpikir matahari dan bulan pada mimpi kedua Yusuf punya arti bahwa dia dan ibu Yusuf akan sujud menyembah kepada Yusuf (Kejadian 37:9-10).
Salah siapa semua ini? Kenapa Yusuf harus sampai pada keadaan yang sangat runyam seperti ini? Dimana Tuhan yang menjadi pembela dan penolong bagi Yusuf? Bukankah dia adalah anak yang teristimewa diantara semua saudara-saudaranya menurut Firman Tuhan? Kejadian 49:26.
Celaka Yusuf
Sumur
Mungkin kita berpikir, saya jangan jadi tukang lapor, lebih baik cari aman saja. Saya jangan cerita mimpi saya kepada yang lain, takutnya mereka justru jadi cemburu dan iri hati. Bahkan jangan suruh saya datang mencari mereka, Ayah! Kejadian 37:13, tapi sahut Yusuf, ya Bapa! Sifat dan karakter Yusuf ini sangat mencermikan 1 Korintus 13: Kasih itu sabar (terhadap saudara-saudaranya); kasih itu murah hati (masih mau mengetahui kabar saudara-saudaranya); ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain (tidak menyimpan dendam terhadap saudara-saudaranya). Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu (tetap sangat mempercayai saudara-saudaranya, dan berharap mereka akan tetap berlaku baik kepada dia!). Seperti Yesus dalam Yohanes 1:11, Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
Jadi pergilah Yusuf kepada mereka dan ia sampai pada puncak kebencian mereka (Kejadian 37:20). Dia dirampok oleh saudara-saudaranya sendiri, dilucuti jubah maha indahnya, dibuang kedalam sumur (Kejadian 37:23). Mereka semua menjadi saksi bagaimana Yusuf memohon belas kasihan mereka (Kejadian 42:21). Tragis. Untung ada Ruben disitu, kalau tidak Yusuf telah dilempar ke dalam sumur sebagai mayat. Ya, rencana awal mereka adalah bunuh dan lempar ke sumur (Kejadian 37:20). Tapi Ruben telah dipakai Tuhan mencegah hal tersebut, Kejadian 37:22. Keuntungan berikutnya adalah sumur itu kosong dan tidak berair (Kejadian 37:24). Mungkin ini juga jadi penyebab kemarahan saudara-saudaranya memuncak. Mereka telah berjalan jauh dari rumah (Kejadian 37:14) ke lembah Hebron, bahkan lebih jauh ke Dothan (Kejadian 37:17), hanya untuk menemukan sumur kosong yang tidak berair (Kejadian 37:24). Bagaimana mereka bisa memberi minum atau makan domba-domba gembalaan mereka. Apalagi ketika melihat Yusuf datang, mereka mungkin sekali berpikir, jangan-jangan Yusuf ini datang untuk meng-check situasi mereka, melaporkan kepada ayah mereka bahwa mereka sekali lagi sudah berjalan keluar dari tempat awal kemana mereka disuruh untuk menggembalakan kawanan domba-domba ini. Bunuh saja dia! kata mereka (Kejadian 37:20).
Tapi sumur kosong tidak berair ini adalah anugerah bagi Yusuf. Selain Ruben yang menyelamatkan dia dari niat jahat saudara-saudaranya, Yusuf menemukan dirinya jatuh ke dalam sumur yang kosong dengan hanya tidak berpakaian, bukan tidak bernyawa. Jatuh ke tempat yang seharusnya berair, dia tidak jatuh untuk tenggelam lantas mati. Dia jatuh terpelanting ke tempat gelap dan kering dari mana terang hanya datang lewat sinar matahari yang masuk dari lubang diatas kepalanya. Tempat yang tidak memberinya jalan keluar lain kecuali dari atas. Suatu tempat yang mana kalau dia mendongak untuk melihat keluar maka yang dilihatnya adalah langit biru: rumah Tuhan! Ya, situasi yang begitu pelik dimana pertolongannya hanya dari Tuhan saja.
Kita semua pasti berharap pada Tuhan, bukankah kita semua rajin beribadah. Ya, hampir tidak ada diantara kita yang tidak mengandalkan Dia. Namun banyak diantara kita melakukan ini dengan segala macam rencana cadangan yang lain yang sudah kita siapkan sebelumnya. Jikalau doa kita gagal, rencana cadangan telah siap menolong kita. Sumur adalah tempat dimana Yusuf belajar untuk berharap HANYA kepada Tuhan saja. Sumur adalah tempat dimana semua rencana cadangan dirampas dan dilepaskan dari kita! Mari kita belajar HANYA mengandalkan Dia (Yeremia 17:5-8), jangan tunggu kita dibuang ke dalam sumur lebih dahulu sebelum kita mau belajar mengandalkan Dia. Ya, mengandalkan Tuhan bukanlah suatu statement luarbiasa untuk dipost di FB atau IG. Bukan suatu kata-kata indah yang sekedar menghiasi doa kita, mengandalkan Tuhan harus dipraktekkan begitu rupa setiap hari. Jangan tunggu Tuhan membiarkan kita dibuang kedalam sumur dahulu, baru kita mulai berdoa dengan bersungguh hati kepada-Nya.
Dothan tempat dimana Yusuf dibuang ini, punya arti 2 sumur. Salah satunya masih dikenal sampai sekarang sebagai sumur Yusuf. Dan selain peristiwa Yusuf dibuang disini, Dothan juga adalah tempat dimana Elisa berdoa meminta Tuhan membuka mata hambanya untuk melihat tentara Tuhan yang menyertai mereka lebih besar daripada tentara raja Aram (Siria). 2 Raja-raja 6:13. Ada banyak hal yang mulia dan ilahi yang tersembunyi di Dothan rupanya. Saudara akan mengerti dan melihat dengan mata rohani yang terbuka apa arti sumur disini setelah selesai membaca kisah Yusuf ini, seperti hamba Elisha yang matanya terbuka melihat tentara Tuhan yang lebih besar jumlahnya sedang menyertai mereka.
Tidak lama berselang, lewatlah kafilah orang Ismael (Kejadian 37:25). Yehuda mengusulkan kepada yang lain untuk menjual Yusuf saja (Kejadian 37:26-27) dari pada membunuhnya. Yusufpun ditarik keluar dari sumur, bukan untuk diselamatkan tapi untuk dijual kepada pedagang-pedagang Ismael seharga 20 syikal perak. Jika 1 gram perak hari ini berkisar 7.000 rupiah, maka 20 syikal perak = 20 x 11,5 gram (per 1 syikal) x 7.000 rupiah (per 1 gram) = 1.610.000 rupiah harga Yusuf hari ini. Jika uang ini dibagi diantara 10 saudara-saudara Yusuf (tanpa Benyamin, dia yang bungsu dan tinggal dirumah saat itu), maka setiap mereka mendapat 161.000 rupiah! Betapa rendah seringkali kita menilai saudara kita karena benci! Amarah dan kebencian telah merendahkan nilai dan martabat manusia begitu rupa.
Dengan berjalan kaki tanpa kasut dibelakang unta-unta pedagang Midian ini, Yusuf mulai berjalan melalui panas terik tanpa makanan dan minum yang cukup. Dia kerapkali harus menginjak kotoran hewan didepannya, mungkin juga sering dicemeti untuk terus maju tanpa istirahat. Yusuf harus menempuh jarak kurang lebih 750 sampai 1.000 km dari Dothan tempat dia dibuang ke Mesir dimana dia akan dijual lagi. Tapi rute ini tidak sesederhana melewati rute pantai Mediterania yang lebih cepat dan pendek.
Pedagang Ismael ini pasti lebih cenderung mengikuti jalur perdagangan rempah, melewati Edom dan Petra modern. Melewati Hebron dari mana dia datang awalnya sebelum ke Dothan. Hebron adalah tempat Abraham dimakamkan bersama Sarah dan para leluhur lainnya di gua Makpelah. Melalui daerah yang akan menjadi Betlehem nantinya, tempat dimana ibunya, Rahel meninggal saat melahirkan Benyamin dan dimakamkan di sana. Bahkan melewati Yerusalem, area bukit Moria pasti kelihatan kepadanya dari jauh, tempat dimana Ishak kakeknya hampir dikorbankan oleh buyutnya sendiri Abraham. Dia pasti tahu cerita bagaimana Malaikat Tuhan yang datang mencegah tangan buyutnya Abraham menyembelih kakeknya Ishak. Dimana Malaikat Tuhan itu sekarang? Kenapa Tuhan tidak datang membela aku? Pikir Yusuf.
Juga Bethel mungkin saja dilewatinya, tempat dimana buyutnya, Abraham dan kakeknya, Ishak mendirikan mezbah dan mempersembahkan korban. Yusuf seperti dibawa kembali ke masa lalu, menyusuri jejak leluhurnya dan pada saat yang sama dia berusaha mencari jawaban untuk apa yang sedang terjadi padanya saat-saat itu. Satu perkara rupanya disini, Tuhan sedang mengajarkan Yusuf tentang pengorbanan yang berkenan kepada-Nya, dan ia menemukan dirinyalah korban itu!
Kemudian Yusuf tiba di Mesir, telanjang sebagai budak!
Di rumah Potifar
Tuhan memakai kepala Algojo Firaun untuk membeli Yusuf dari pasar budak. Kejadian 39. Potifar membeli Yusuf dan menjadikan dia budak dirumahnya. Oleh karena penyertaan Tuhan kepada Yusuf (Kejadian 39:3), segala yang dikerjakannya menjadi berhasil. Karena itu Potifar mengangkat Yusuf menjadi kepala budak (Kejadian 39:4) atas seluruh rumahnya (Kejadian 39:5) kecuali piring makan (Kejadian 39:6) si Potifar.
Ujian ditempat ini adalah si istri Potifar yang tertarik kepada Yusuf (Kejadian 39:7). Berhari-hari dibujuknya Yusuf (Kejadian 39:10) untuk tidur dengannya, bahkan sampai pada titik dimana mereka berdua saja dalam rumah (Kejadian 39:11). Yusuf menolak dan lari dari padanya (Kejadian 39:12).
Masalahnya, baju Yusuf tertinggal ditangan si istri Potifar (Kejadian 39:13).
Karena itu dia difitnah dan akhirnya dibuang ke penjara (Kejadian 39:20).
Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa baju Yusuf harus tertinggal ditangan istri Potifar? Bukankah jika ia ingin lari dari padanya, ia seharusnya langsung saja berlari keluar? Tidaklah perlu untuk menanggalkan bajunya dahulu baru ia berlari keluar. Tapi fakta bajunya tertinggal kemudian menjadi celah untuk menfitnah Yusuf karena ego istri Potifar yang memuncak tinggi setelah ditolak oleh Yusuf. Ya, semurni-murninya Yusuf seperti yang sering dikhotbahkan, bajunya yang tertinggal menunjukkan dia juga manusia yang bisa (hampir) saja terlena oleh rayuan si istri Potifar ini. Setelah bajunya terlepas karena rayuan maut si istri Potifar, sadarlah Yusuf dan berlari keluar meninggalkan dia. Ketika istri Potifar menemukan dirinya ditolak dengan larinya Yusuf keluar, ia menjadi marah begitu rupa. Malu, pikirnya!
Anehnya, si Potifar dengan mudah mempercayai istrinya dan langsung menjebloskan Yusuf ke dalam penjara tanpa pengadilan yang benar. Tidakkah seharusnya dia merasa janggal tentang baju yang tertinggal itu? Dimana ada pemerkosa atau orang yang mau melecehkan seorang perempuan secara seksual justru membuka bajunya sendiri terlebih dahulu dan bukan baju si perempuan? Yusuf ditangkapnya dan langsung dipenjarakan (Kejadian 39:20). Kejanggalan tindakan Potifar ini justru hanya menunjukkan bahwa dia sebenarnya tahu siapa istrinya yang sebenarnya. Tindakannya terhadap Yusuf hanyalah untuk menutupi malu dan aib yang telah ditanggungnya selama ini karena istrinya.
Sekali lagi, salah siapa untuk situasi Yusuf ini? Pengalaman sumur membuat kita berpikir bahwa seharusnya dia jangan jadi tukang lapor, jangan mau terima jubah maha indah itu. Jangan mau disuruh pergi sendiri menemui saudara-saudaranya di Dothan. Tapi bagaimana dengan pengalaman di rumah Potifar ini? Apakah dia seharusnya tidur aja dengan si istri Potifar? Bukankah dia juga menikmatan keintiman itu dengan istri Potifar dan bahkan bisa menyelamatkan dia dari di penjara? Bukankah tidak ada yang tahu? Bahkan mungkin dengan reputasi si istri Potifar diantara para budak di lingkungan rumah itu, dia mungkin bisa aman-aman aja? Banyak dari kita lebih rela berkompromi dengan dosa dan tidak mau berdiri atas kebenaran karena harga bayar kebenaran yang terlalu mahal. Kita lebih kuat memadamkan jeritan hati nurani kita daripada menanggung penderitaan dan kesendirian ketika kita berani melawan arus!
Lanjut baca...
Dipenjara
Sekarang Yusuf ada dipenjara. Penjara dijaman Yusuf bukanlah seperti penjara di kantor polisi sekarang ini, ruangan paling belakang dengan tembok paling tebal dan jeruji besi. Atau bahkan bukan seperti Lembaga Pemasyarakatan di kota-kota modern sekarang. Tempat-tempat itu lebih seperti tempat makan dan tidur gratis sekarang justru karena penegakan hak-hak azasi manusia.
Di jaman Yusuf, penjara mereka lebih seperti lobang bawah tanah yang besar (dungeon) tempat dimana semua penjahat dibuang dan dilocked-up bahkan untuk selama-lamanya. Uniknya, penjara macam ini, atau dungeon, terletak persis dibawah istana Firaun. Ini disebabkan karena disini juga dibuang semua lawan-lawan politik dan musuh-musuh kerajaan Mesir (Kejadian 39:20).
Di tempat seperti ini pun, Tuhan tidak meninggalkan Yusuf. Bahkan disebutkan dalam Kejadian 39:21 bahwa kasih setia Tuhan justru menjadi makin nyata dengan dilimpahkan-Nya kasih setia-Nya kepada Yusuf. Sekali lagi dia menjadi kepala atas semuanya didalam penjara (Kejadian 39:22). Tuhan menyertainya dan menjadikan segala sesuatu yang dikerjakannya berhasil (Kejadian 39:23).
Ujian Yusuf ditempat ini adalah ketika ia bertemu dengan juru minuman raja dan juru roti raja. Kejadian 40. Ketika dia mengartikan mimpi mereka (Kejadian 40:12) Yusuf kemudian meminta tolong (Kejadian 40:14) juru minuman itu melepaskannya dari kesesakan yang dialaminya (Kejadian 40:15). Secara manusia, hal ini merupakan hal yang biasa. Orang bertukar sesuatu demi kepentingan bersama. Ini yang disebut berdagang. Dua orang bertemu dengan kepentingan yang sama, saling memerlukan sesuatu. Dan masing-masing mempunyai sesuatu yang dibutuhkan pihak lawan. Terjadilah pertukaran diantara keduanya. Waktu Yusuf meminta tolong untuk diingat setelah juru minuman itu dilepas, ia berharap ia bisa menukar kemampuannya menafsirkan mimpi dengan kebebasan melalui koneksi seorang petinggi kerajaan. Yang terjadi, dia justru dilupakan (Kejadian 40:23).
Yeremia 17:5 berkata, Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Suatu pelajaran yang sangat mahal yang harus dibayar oleh Yusuf sekali lagi. Di dalam penjara ini, ia menemukan dirinya harus belajar pelajaran yang sama ketika ia mengalami sumur pertama kali. Saat itu ia menemukan bahwa pertolongannya hanyalah berasal dari atas waktu ia mendongakkan kepalanya melihat lobang dari mana ia dibuang ke bawah. Dan waktu ia melihat ke atas, dilihatnya rumah Tuhan itu sendiri: langit biru. Waktu ia disumur ini, dia pun berada dibawah. Suatu keadaan yang sama seperti di dalam sumur. Sebab penjara ini ada dibawah tanah. Dibawah istana Firaun itu sendiri. Ukurannya jelas berbeda karena penjara ini lebih besar dan luas dari sekedar sebuah sumur kering. Dan untuk melihat keatas, memandang kepada lobang dari mana dia dibuang kedalam penjara itu ia harus datang pada posisi tertentu. Lagipula waktu ia mendongak keatas, bukanlah langit yang dia lihat tapi penutup lobang itu, semacam pintu yang dijaga. Tapi prinsipnya sama, bahwa ia ada dibawah tanah. Jadi disinipun ia harus belajar prinsip yang sama dalam Yeremia 17:7, diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Memang tidak mudah, bahkan sangat mustahil kelihatannya. Tapi seringkali cuma ini pertolongan kita dalam situasi-situasi seperti ini: janji Tuhan. Terus mempercayai bahwa Firman Tuhan tetap berlaku dan pasti akan digenapi suatu waktu. Memang betul bahwa tetap memiliki iman dalam kondisi terpuruk dan sangat dibawah seperti Yusuf ini adalah hal yang sangatlah mustahil. Terlebih bahwa iman itu seharusnya bisa menghasilkan sesuatu: kelepasan yang dicarinya selama ini.
Roma 4:18-21, Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Abraham pun mengalami apa yang dialami Yusuf, keadaannya berbeda namun prinsipnya sama. Betul bahwa ia tidak mengalami keterpurukan kehidupan seperti Yusuf. Tapi bukankah kalau Abraham tidak memiliki iman, Yusuf sebagai cicit Abraham sendiri tidak akan pernah ada? Justru karena iman Abraham, lahirlah Ishak keturunan yang dijanjikan Tuhan pada masa tuanya dan seterusnya. Ya, banyak kali kita harus tetap percaya bahwa Ia masih bekerja membuat jalan sekalipun tidak ada jalan yang kelihatan sama sekali dalam pandangan mata jasmani kita. Bukankah Ibrani 11:1 berkata, Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat?
Membicarakan hal ini memang jauh lebih mudah dari pada mempraktekkannya. Yusuf gagal, ia meminta tolong pada si juru minuman itu segera sesudah ia mengartikan mimpinya (Kejadian 40:14), ingatlah akan daku. Ya berharap pada manusia biasanya berakhir sangat menyakitkan. Apalagi kepada seorang politikus. Juru minuman raja, seorang petinggi yang punya posisi sangat dekat ke raja sendiri yang biasa berbisik kepada raja. Dalam ayat selanjutnya, Kejadian 40:15, Yusuf pun menambahkan kata-katanya dengan menunjukkan apa yang terjadi padanya. Suatu sikap mengasihani dirinya sendiri! Ya, hal ini bisa dimaklumi mengingat kondisinya. Tapi ini justru menunjukkan ia gagal memelihara harapannya pada janji (Firman) Tuhan tetap hidup. Iman itu sendiri bukanlah sekedar perkataan yang keluar dari mulut kita bahwa kita tetap percaya, tapi harus lahir dalam perbuatan kita sebab tanpanya iman kita itu mati pada hakekatnya. Yakobus 2:17. Ya, setiap dari kita harus diuji. Dan tidak ada seorangpun yang akan dipakai Tuhan luarbiasa kecuali melewati ujian yang sangat dalam.
Kemudian akhirnya 2 tahun berlalu, Kejadian 41:1.
Istana Firaun
Hikmat Tuhan
Firaun bermimpi. Suatu mimpi yang menyesakkan dada. Dipanggilnya semua ahli dan orang pintar, tapi tak seorangpun sanggup mengartikannya. Disinilah juru minuman itu teringat kepada Yusuf (Kejadian 41:9). Yusuf pun dipanggil, tidak lama berselang ia menjadi penguasa atas seluruh Mesir.
Yang menarik untuk diperhatikan adalah lokasi penjara bawah tanah dimana Yusuf ditahan. Sekali lagi, penjara ini persis dibawah istana Firaun. Jadi Yusuf sebenarnya sudah berada di istana Firaun jauh sebelum dia menjadi penguasa. Apa yang dianggap musibah bagi Yusuf ternyata adalah repositioning oleh Tuhan, pengalihan lokasi. Tuhan memakai fitnah istri Potifar untuk memindahkan lokasi Yusuf untuk langsung berada pada titik dimana ia seharusnya memerintah sebagai penguasa. Tuhan bekerja melalui segala sesuatu.
Tuhan menaruhnya disitu supaya ia mendapatkan jalan keatas karena disitu ia akan bertemu dengan juru minuman. Dan disitu Tuhan bisa mendemonstrasikan kuasa-Nya yang bekerja melalui karunia mimpi dan karunia mengartikan mimpi yang dipunyai Yusuf, kepada si juru minuman. Bagaimana ia bisa sampai ke istana, jika ia tidak kenal orang dalam. Bagaimana ia bisa sampai kehadapan Firaun kecuali ia punya orang yang dekat dengan Firaun. Dan sebagai budak di Mesir, berbicara dengan bebas hampir mustahil kecuali (mungkin) kepada tuannya sendiri. Apalagi bisa berbicara dengan petinggi, seorang politikus. Tuhan tahu bahwa mereka ini, juru minuman dan juru roti suatu waktu akan masuk penjara. Jadi Tuhan telah mengutus Yusuf duluan kesana. Tuhan tahu bahwa bukan saja si juru minuman itu perlu dihibur dalam kesusahannya tapi terlebih dia perlu menyaksikan sendiri kuasa Tuhan melalui Yusuf. Maka ditaruhlah Yusuf bersama dengan mereka (Kejadian 40:4). Tuhan bekerja melalui segala sesuatu.
Jalan-jalan Tuhan
Apa yang terjadi merupakan jalan-jalan Tuhan yang misterius dalam menggenapi mimpi Yusuf. Ia bermimpi sebanyak dua kali, Kejadian 37:5 & 9. Dan khususnya dalam mimpi kedua, ia bermimpi menjadi penguasa seluruh dunia. Dalam mimpinya itu ia melihat secara khusus bahwa matahari, bulan dan 11 bintang sujud menyembah kepada dia. Di jaman itu, matahari, bulan dan bintang adalah ilah-ilah yang disembah oleh masyarakat. Mereka adalah dewa-dewa yang berkuasa atas seluruh dunia saat itu. Dan ia melihat bahwa semuanya itu sujud menyembah kepada dirinya. Suatu jenis mimpi yang terlalu besar untuk dimimpikan sampai saat ini, suatu mimpi yang sangat mustahil digenapi. Tapi sejak mimpinya itu, tangan Tuhan telah mulai bekerja bagi Yusuf menggenapi semuanya.
Tuhan memakai kebencian dan kemarahan saudara-saudara Yusuf untuk melepaskan Yusuf dari keterikatannya pada ayah dan rumahnya. Tidaklah mungkin ia bisa pindah ke Mesir ketika ayahnya telah menetapkan dia sebagai penguasa di rumahnya sendiri. Pahit rasanya untuk melalui semuanya ini, tapi ini menjadi satu-satunya jalan bagi Yusuf karena Yusuf adalah anak kesukaan ayahnya. Cinta ayahnya telah menjadi penghalang besar bagi masa depan Yusuf, Tuhan memakai kebencian saudara-saudaranya untuk mencabutnya dari situ.
Tuhan memakai Ruben dan Yehuda untuk menyelamatkan Yusuf dari pembunuhan saudara-saudaranya. Kekejian mereka terlihat jelas dalam Kejadian 34:25 ketika Simeon dan Lewi membunuh tanpa ampun seluruh laki-laki yang sedang tidak berdaya karena disunat. Tuhan menyediakan sumur kosong tidak berair sebagai pertolongan sementara bagi Yusuf sampai pedagang-pedagang Midian tiba untuk menyelamatkan dia.
Melalui kafilah orang-orang Midian inilah Yusuf dibawa ke Mesir, suatu perjalanan panjang sejauh hampir 1.000 km melalui tempat-tempat bersejarah bagi leluhur Yusuf. Tuhan pasti mengajar banyak perkara kepada dia sejak saat itu akan apa arti korban yang menyenangkan bagi Tuhan dan bagaimana merendahkan diri melayani sesama manusia. Tuhan mengirim Potifar ke pasar budak untuk membeli Yusuf tidak lama setelah ia tiba. Di rumah Potifar ini, kecakapan Yusuf dalam mengatur segala sesuatu mulai terpakai dengan baik. Tapi tidak sekedar Tuhan mau Yusuf mempergunakan dan melatih keahliannya dengan baik disitu, Ia kemudian menguji Yusuf melalui istri Potifar sekaligus mengirimnya ke penjara dalam ujian ini. Yusuf lulus ujian (bukan lolos) dengan sempurna, dan dengan sempurnanya jalan-jalan Tuhan ia pun menemukan dirinya berada di posisi paling tepat dalam rencana Tuhan sesuai dengan mimpinya menjadi penguasa dunia. Dari Sorga, Tuhan melihat kebawah dan Ia telah menemukan Yusuf berada pada posisi yang tepat dibumi ini dimana dengan segera Ia akan mempromosikan Yusuf. Sekali lagi, Tuhan bekerja melalui segala sesuatu.
Karena mimpi, Yusuf dibuang. Karena mimpi, dia dipromosikan.
Karena Tuhan, bermimpilah Firaun!
Ke dalam sumur yang pertama ia dibuang karena mimpi, dari dalam sumur (penjara bawah tanah) kemudian ia dimuliakan karena mimpi juga. Jangan berhenti bermimpi!
Jubah Maha Indah
Coba bayangkan ketika seseorang dari istana datang kepada Yusuf dibawah di dalam penjara itu. Ia datang dengan misi untuk membawa Yusuf menghadap Firaun. Tapi ia datang dengan permintaan ini lebih dahulu, Yusuf harus bercukur dan berganti pakaian (Kejadian 41:14). Yusuf yang tidak mengerti awalnya tujuan permintaan ini pastilah merasa was-was sekali lagi.
Mungkin dia berusaha membantah permintaan ini, apalagi ketika utusan Firaun meminta baju yang sedang dikenakannya untuk dilepas sekali lagi. Yusuf lalu teringat akan jubah maha indah yang pernah sekali ia punya, dirampas dan dilucuti. Ia dibuang ke dalam sumur telanjang. Bahkan ia harus berjalan jauh ke Mesir sejak saat itu dengan telanjang sebagai budak. Di Mesir pun, ia teringat pernah punya baju yang menandakan dia sebagai kepala budak di rumah Potifar. Tapi baju itu terlepas dari tangannya dan karenanya ia berada di dalam penjara saat ini untuk sekian tahun lamanya tanpa harapan sama sekali. Sekarang, orang yang ada dihadapannya memintanya untuk melepas baju penjaranya sekali lagi. Ini adalah baju satu-satunya yang terakhir yang ia punya ditempat paling hitam dalam sejarah hidupnya sendiri. Kenapa harus dilepas lagi?
Jubah Maha Indah dan semua baju-baju Yusuf, baik yang di rumah Potifar maupun yang dalam penjara ini bercerita tentang pencapaian Yusuf dalam kehidupannya. Ia berhasil menjadi penguasa pada suatu titik dimanapun dia berada. Baju-baju itu menandakan kepercayaan yang diterimanya, hak yang berhasil diraihnya. Baju-baju itu menunjukkan kehebatan Yusuf. Tapi dalam setiap musim hidupnya, setiap baju itu harus terlepas dari padanya pada akhirnya. Termasuk yang didalam penjara ini.
Waktu Tuhan mengijinkan hal-hal demikian terjadi, ketika semua yang kita miliki direbut dari kita, Tuhan tidaklah bertujuan untuk mencelakakan kita. Dia tidak sedang menghancurkan kita, Dia sedang mempersiapkan sesuatu yang lebih besar untuk kita. Dia mengenal, mengerti semua yang terjadi pada kita. Dia sedang memberikan hari depan yang penuh harapan. Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Yeremia 29:11.
Jadi lepaskan baju itu! kata utusan istana. Yusuf mungkin dengan berat hati harus melepaskan bajunya sekali lagi. Tapi yang berikut diketemukannya adalah ia berdiri dihadapan Firaun! Suatu perkara yang tidak pernah dimimpikannya. Dan setelah ia mengartikan mimpi Firaun, ia pun jadi penguasa (Kejadian 41:40). Mimpinya sendiri digenapi (Kejadian 37:9). Tapi yang hebatnya lagi adalah kepada Yusuf, Firaun mengenakan cincin meterainya, pakaian dari lenan halus, kalung emas. Dan dia dibawa keliling Mesir diatas kereta Firaun dengan orang berseru dihadapannya: Hormat! (Kejadian 41:42-43). Dan lagi, seperti di rumah Potifar dan di dalam penjara: kepadanya dipercayakan segala sesuatu! Kejadian 41:44.
Yusuf harus melepaskan baju penjaranya hanya untuk mengenakan baju dari lenan halus. Suatu pakaian seorang yang berasal dari istana Firaun. Suatu pakaian yang menandakan bahwa yang mengenakannya berkuasa atas segala sesuatu di Mesir. Jika anda tahu besarnya berkat yang akan datang, anda tentu akan mengerti bagaimana besarnya peperangan yang anda lalui.
Tuhan bekerja melalui segala sesuatu.
Elfi Jane FM
Yeah absolutely right, God’s work through everything!
Arnold
Hallelujah!
Hollie Arif
Puji Tuhan Yesus….
Terima kasih pak.
Yunianto
Ijin di khotbahkan ke jemaat ya…