(If you want to read the English version, please click here.)
Diamlah dan ketahuilah bahwa Akulah Allah, Mazmur 46:10. Ketika Tuhan mengatakan hal ini kepada kita, semua yang Dia inginkan bagi kita adalah berdiam diri dan membiarkan Dia menjadi seperti apa yang Dia seharusnya jadi: Tuhan. Tapi kebanyakan kita tidak akan bisa berdiam diri. Sebenarnya wajar sebagai manusia jika kita selalu berusaha membela diri. Kita membuat begitu banyak rencana cadangan bila yang pertama gagal. Kita akan terus melindungi diri kita sebaik mungkin dalam segala hal terutama saat menghadapi masa-masa sulit.
Seperti cacing yang diambil dari tanah lalu ditaruh di atas aspal panas di jalan, kita tidak bisa dan tidak akan diam. Kita akan selalu mencari solusi dan jawaban dengan segera. Tapi Tuhan justru berfirman kepada kita, DIAMLAH! Berdiam diri adalah teriakan Dia menyuruh kita (pertama-tama) menutup mulut kita, menjadi tenang dalam tindakan kita dan tidak panik, serta menyerahkan segala sesuatu kedalam tangan-Nya, 1 Petrus 5:7. Sebelumnya, Petrus juga menyebutkan supaya kita menenangkan diri, menguasai diri supaya kita bisa berdoa, 1 Petrus 4:7. Tapi tetap saja, sukar bagi kita untuk berdiam diri. Ini secara harfiah berarti: jangan bergerak! Seperti polisi berteriak kepada orang jahat saat mengacungkan senjata mereka kepada mereka. Ya, kita harus belajar untuk benar-benar berhenti dari segala hal yang (ingin) kita lakukan demi menyelamatkan diri sendiri. Dalam terjemahan lain, berdiam diri berarti mengalah, atau bahkan lepaskan dari tanganmu (kendalimu)! Kita harus melepaskan kecemasan itu. Serahkan segala sesuatu kedalam tangan Tuhan. Bukankah Dia Tuhan dan bukan kita? Bila hal-hal terjadi di luar kendali, kita sering lupa bahwa Dia masih tetap Tuhan. Kita malah akan lebih sering berpikir bahwa hal-hal itu terlewatkan dari Dia! Tidak, itu semua tidak akan pernah terlewatkan dari Dia. Hanya pikiran kita saja berkata seperti itu, lebih dari itu, justru hati kita lah yang gagal untuk percaya kepadaNya.
Perlu diketahui bahwa kebanyakan dari kita sangat menyukai kata-kata manis keluar dari mulut kita tapi hati kita menunjukkan hal-hal yang berbeda. Perilaku kita justru menunjukkan apa yang benar-benar kita percaya bukan apa yang diucapkan mulut kita. Bagaimana kita akan bereaksi atau menanggapi situasi akan menunjukkan siapa kita sebenarnya dihadapan Dia. Ya perilaku kita tidak akan berbohong! Orang lain bahkan akan ada yang mengatakan bahwa betapa sedikit (atau banyak) kekhawatiran yang kita tunjukkan menentukan seberapa jauh (atau kurang) tingkat iman kita kepada Dia. Jadi belajarlah untuk tetap berdiam diri, lepaskan semuanya dan mengalahlah. Biarkan Tuhan menjadi Tuhan di dalam kita dan melalui kita!
Ada 3 hal paling tidak yang harus kita lihat dalam berdiam diri.
Yang pertama-tama, Kenali Kuasa-Nya
Ketahuilah bahwa Akulah ALLAH, berarti secara harfiah hal pertama adalah Dia punya Kuasa yang kita butuhkan. Dan banyak dari kita percaya bahwa tidak ada yang mustahil, Lukas 1:37. Tapi kemudian seperti ayah seorang anak di Markus 9:23-24, kita gagal percaya kepada Firman dan Janji-Nya kepada kita. Kita (mungkin) percaya Dia bisa, ya. Tapi kemudian kita masih mencari dalih dengan mempertanyakan apakah Dia bersedia membantu saya? Kita memilih untuk tetap khawatir, karena kita menemukan bahwa dengan khawatir kita pikir kita aman. Tidak dalam arti memberi kedamaian tapi jika kita tidak khawatir, kita merasa kita tidak melakukan apa-apa! Yesus menyebutkan bahwa kekhawatiran tidak akan memperpanjang rentang hidup kita, Matius 6:27. Tapi kita pikir kita perlu khawatir, seperti kekhawatiran itu bisa membantu kita. Tidak! Kekhawatiran dan kegelisahan Anda tidak akan mengosongkan kesedihan hari esok tapi jelas akan mengosongkan sukacita dan kedamaian hari ini!
Jadi tolong percayalah bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Dia dan bagi orang yang percaya juga, Markus 9:23. Bukankah kita membawa Roh yang sama yang membangkitkan Yesus dari kematian? Kuasa-Nya begitu hebat sehingga tidak ada yang bisa menghentikan-Nya, tidak ada yang bisa mengalahkan-Nya. Kuasa Tuhan tidak mempunyai batas, cuma imajinasi kita yang justru membatasi kuasa-Nya untuk bekerja di dalam dan melalui kita. Masalah sebenarnya adalah ini, berkali-kali kita gagal mempercayai bahwa kuasa-Nya sedang bekerja karena kita tidak pernah tinggal dekat dengan Dia. Kami tidak mengikatkan diri pada Pokok Anggur yang Benar itu, Yohanes 15:4-5. Dan kita hanya akan datang kepadaNya saat kita membutuhkan Dia. Jika tidak mempunyai kebutuhan, kita tidak mau repot hadir kedalam hadirat-Nya! Itulah alasan mengapa kuasa-Nya tumpul dan tidak bekerja untuk kita!
Kita harus selalu dekat dengan-Nya. Kita perlu terikat pada-Nya. Karena kita tidak dapat menghasilkan buah dari diri kita sendiri, atau menggunakan kuasa-Nya tanpa terhubung pada sumber-Nya! Seperti lampu tidak akan menyala dengan sendirinya jika tidak tersambung pada aliran listrik! Baca tentang Lot. Kita begitu sibuk mempertahankan diri kita, buat ini dan itu demi mengamankan diri kita sendiri. Kita lupa bahwa kita harus datang ke hadirat-Nya dan duduk diam membiarkan kuasa-Nya bekerja untuk kita. Terikatlah pada Dia, fokus untuk membangun mezbah doa Anda. Jaga matamu tetap tertuju pada Yesus melalui doa apapun yang terjadi, kita akan melihat kekuatan kuasa-Nya yang tak terbatas bekerja untuk kita!
Berikutnya, Pahami Waktu-Nya
Bukan hanya kuasa-Nya yang perlu kita ketahui, tapi kita juga perlu memahami waktu-Nya. Ketika kita terikat pada hadirat-Nya kita seharusnya mengerti bahwa kuasa Tuhan hanya akan bekerja sesuai dengan waktu-Nya. Dan waktu-Nya jauh berbeda dengan waktu kita. Tuhan bekerja sesuai dengan waktu yang Dia tetapkan untuk segalanya. Pengkhotbah 3:1. Tuhan tidak pernah terburu-buru, atau pun berlambat-lambat. Dia akan selalu tepat waktu sesuai dengan waktu-Nya.
Kami suka untuk percaya bahwa Dia tidak akan pernah terlambat, bahkan kita mengutip Yohanes 11 untuk mendukung pendapat ini. Tapi justru dalam Yohanes 11:6, kita menemukan bahwa Ia dengan sengaja menunggu 2 hari lebih lama. Dia datang sangat terlambat dimana Lazarus sudah dikuburkan selama 4 hari (ayat 17). Lewat seruan Maria dan Martha yang sama, mereka berharap dia tidak terlambat datang menolong mereka. Tetapi jika Dia berada di sana pada waktunya seperti yang kita inginkan, kita hanya akan mengenal Lazarus sebagai orang yang disembuhkan dan bukan orang yang dibangkitkan. Sebagian besar dari kita mencintai mukjizat besar tapi hanya sedikit yang mau membayar harganya. Dan berkali-kali, harga yang harus dibayar adalah tegangnya waktu menunggu yang begitu dekat namun Tuhan terasa begitu jauh. Maukah kita menunggu? Akankah kita mau membiarkan Dia jika dengan sengaja Dia melewati waktu jatuh tempo kita? Apakah ini akan menghancurkan hati kita atau akankah kita memilih untuk percaya bahwa Dia memiliki rencana yang lebih baik (atau bahkan waktu yang lebih baik) untuk kita?
Memahami waktu Tuhan tidaklah mudah karena ini berarti kita harus menyerahkan waktu kita. Kita harus menyesuaikan diri dengan Dia dan tidak memaksanya untuk mengikuti kita. Ini tidak berarti bahwa kita menyerah pada takdir tapi karena kita percaya bahwa Dia memiliki waktu yang lebih baik untuk kita. Menjadi dewasa berarti kita tidak akan marah kepada-Nya kapan pun Dia memutuskan untuk menjawab doa kita. Bahkan ketika hal tersebut melewati waktu jatuh tempo kita. Waktu Tuhan adalah yang terbaik. Waktu Tuhan ini akan memberi kita kesempatan kedua dan situasi yang lebih baik. Dan ketika waktu Tuhan tiba dan bekerja melalui kuasa-Nya, kita akan melihat bahwa Dia dapat mengerjakan apapun yang kita minta dalam hitungan detik dibandingkan dengan segala hal yang kita coba selama bertahun-tahun!
Yang terakhir, Ambil Jalan-jalan-Nya
Waktu Tuhan juga sangat terkoneksi dengan jalan-jalan-Nya. Kita seharusnya tidak hanya mengenal Kuasa dan memahami Waktu-Nya tetapi juga mau mengambil jalan-jalan-Nya. Dengan kata lain, kita harus belajar untuk mengubah arah dan berbelok jika diperlukan untuk mengikuti Dia dan jalan-jalan-Nya.
Yesaya 55:9 mengatakan kepada kita bahwa jalan-jalan-Nya setinggi langit dari bumi. Bahkan pemikiran-Nya juga. Tapi lucunya, kita membaca dan menghafal ini namun kemudian saat Dia muncul dengan agenda yang berbeda untuk kita, kita mulai (terlalu) banyak bertanya dan bahkan mulai mempertanyakan Dia (dan kredibilitas kasih-Nya pada kita) seperti Dia perlu menjawab kita setiap kali Dia mau mengatur hidup kita. Sikap ini benar-benar menunjukkan bahwa jauh di lubuk hati kita, masih kita yang adalah Raja atas kehidupan kita sendiri. Bukan Dia seperti yang kita suka deklarasikan pada hari Minggu pagi!
Tidak, jangan bertanya. Ikuti saja Dia. Dia pasti akan memberitahu kita semua alasan yang kita perlu tahu ketika Dia memiliki rencana yang berbeda, namun sebagian besar Dia akan meminta kita dulu untuk mengambil langkah iman pertama untuk mempercayai-Nya. Saya percaya Dia akan menjelaskan semuanya sepanjang jalan, tapi jika Anda tahu semua jawabannya di awal: apakah itu masih disebut iman? Ambillah langkah pertama, berbalik arahlah dan belok untuk mengikuti Dia.
Tuhan itu baik! CARA-Nya sempurna, tapi HANYA jika sesuai dengan WAKTU-Nya yang bekerja melalui KUASA-Nya yang besar itu. Dan semakin besar ketika kita duduk diam dan membiarkan Dia menjadi TUHAN seperti apa yang Dia seharusnya jadi di dalam kita!
Fitriyani
Hi pak Arnold
Khotbah Anda begitu mengesankan.
Arnold
Tolong check email anda untuk balasan saya.
Lastiar
Sangat bermanfaat
Arnold
Puji Tuhan, terima kasih.