Matius 13:44-46, Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.
Perumpamaan berikut yang diberikan Tuhan disini tentang Kerajaan Sorga adalah tentang 2 orang yang tergila-gila akan sesuatu yang kemudian rela menjual segala sesuatunya demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Uniknya Tuhan menyamakan kedua orang ini dengan Kerajaan Sorga.
Yang pertama ada dalam ayat 44. Cuma satu ayat, Tuhan menggambarkannya. Kerajaan Sorga diumpamakan seperti seseorang yang menemukan harta terpendam di suatu ladang. Orang yang dimaksudkan disini dalam terjemahan berbeda disebutkan sebagai seseorang yang hanya berlalu, seseorang yang hanya lewat dan tidak sengaja menemukan harta terpendam itu. Seperti seorang yang tersandung dengan sesuatu dijalan yang dilaluinya, berbalik untuk memeriksa apa yang menyandungnya. Ia kemudian justru menemukan ada harta terpendam disitu.
Ia segera pergi menjual seluruh harta miliknya dan membeli ladang itu, membeli seluruh area tanah disekitar tempat yang dilaluinya. Namun ayat 38 sebelumnya dalam pasal yang sama menunjukkan bahwa ladang itu disini adalah dunia. Tuhan tidaklah bermaksud membingungkan kita dalam hal ini, tapi ayat 44 mempunyai konteks berbeda dengan perumpamaan lalang diantara gandum sebelumnya.
Dalam ayat 44 ini, Tuhan bercerita tentang orang yang menemukan sesuatu yang bernilai sangat berharga, menemukan sesuatu yang bisa memberi keuntungan jauh lebih besar dari harta yang sedang dipunyainya. Sehingga orang itu rela menjual semuanya dan membeli ladang atau tanah sekitar yang memendam harta itu. Tuhan mengumpamakan Kerajaan Sorga seperti orang itu.
Kita yang hidup dijaman sekarang ini, bisa dengan mudah melihat diri kita dalam orang itu. Apalagi mereka yang pintar-pintar berdagang, yang pintar mencari uang. Ini adalah kesempatan yang sangat menggiurkan, sebab harta yang terpendam itu jelas akan memberikan keuntungan yang sangat besar, menghasilkan harta yang lebih banyak dibanding semua yang sedang dimiliki sekarang. Kata terpendam, atau tersembunyi disini dalam bahasa aslinya adalah kryptō (κρύπτω, Yunani). Kripto sendiri merupakan hal yang sedang trending di minggu minggu ini. Kripto adalah mata uang digital yang terlepas, tidak dikontrol oleh sistem keuangan dunia yang sedang berjalan, contohnya seperti Bitcoin, ethereum, ripple, doge, dan lain sebagainya. Dalam beberapa minggu yang lalu, nilainya naik sangat tinggi. Mereka yang trading kripto dengan mudahnya menghasilkan keuntungan 30% dalam hitungan menit dan jam. Tapi kemudian minggu berikutnya nilai kripto, digital currency, ini jatuh begitu rupa. Mereka yang telah untung 30% justru kehilangan lebih dari 30% dari modal awal yang mereka punya.
Tentu harta yang terpendam disini yang Tuhan maksudkan bukanlah krypto itu sendiri sama sekali, bukanlah uang dan segala harta didunia ini. Bukankah Ia datang untuk melepaskan kita dari dunia yang fana ini, dunia dengan segala isinya yang sedang berlalu dan lenyap itu?!
Tapi tentang keinginan manusia mengejar harta itu yang Tuhan maksudkan sebagai seperti Kerajaan Sorga, bahwa ada orang yang menemukan Kerajaan Sorga dan mengejarnya begitu rupa hingga rela menjual, melepaskan dan meninggalkan segala sesuatunya. Rela membayar berapapun harganya demi mendapatkan Kerajaan Sorga, harta yang terpendam itu. Pertanyaannya adalah berapa besar kita menginginkan Kerajaan Sorga itu? Berapa besar kerinduan kita akan Tuhan sehingga kita rela membayar harganya, seberapapun mahalnya demi mendapat Tuhan dan Kerajaan-Nya?
Banyak dari kita sukar memahami hal ini, dan ini disebabkan hal yang sederhana. Bahwa banyak dari kita tidak pernah bisa mengukur atau menilai sesuatu melebihi bagaimana kita menilai uang yang kita punya. Bahkan sekalipun uang yang kita punya tidak banyak, kita justru menilainya sangat tinggi. Kenapa demikian, karena bagi kita uang sangat berharga, sangat bernilai bagi kita. Kita sangat memerlukannya, kita tidak bisa hidup tanpa uang. Kita bergantung padanya, bahkan kita sangat merasa aman jika uang ada dengan kita. Untuk mereka yang menyangkali hal-hal ini, cobalah lakukan perintah Tuhan Yesus kepada si muda yang kaya. Matius 19:21, Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.
Coba apa yang anda pikirkan waktu membaca ayat itu. Ah.. itu untuk si muda yang kaya itu. Bukan untuk saya, saya tidak kaya. Atau saya tidak sekaya itu. Uang saya sedikit, harta saya tidak banyak. Apalah artinya untuk orang miskin. Saya juga miskin, tidak punya apa-apa. Itu untuk dia, kawan saya yang kaya itu. Kita akan berusaha membantah sedapat mungkin hanya karena kita juga, seperti orang muda kaya ini, tidak akan pernah menjual segala sesuatunya untuk mengikut Dia.
Jadi ayat 44, Matius 13 ini, jauh dilubuk hati kita, sekalipun kita tahu dan mengerti dengan benar apa yang Tuhan maksudkan, kita tidak akan pernah bisa mengalaminya. Ya benar, karena memang banyak yang Tuhan panggil namun sedikit yang dipilih-Nya. Bukan karena Ia pilih kasih, tapi banyak dari kita yang tidak mau memilih Dia melebihi semua harta, uang bahkan hidup yang kita punya. Hanya segelintir orang yang mau meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Dia. Lebih banyak yang suka memanfaatkan Dia untuk mengambil segala sesuatu yang Dia ajarkan supaya kita tinggalkan.
Mungkin itu sebabnya, sekalipun karya penebusan sudah selesai dikerjakan-Nya di kayu Salib, penggenapan segala sesuatunya belum Ia selesaikan sampai sekarang. Ia belum kembali seperti Firman-Nya, umat-Nya masih menunggu-Nya. Mengapa demikian? Karena Ia sedang menguji hati kita semua, menguji kita masing-masing sampai ke bagian terdalam, apakah kita seperti orang yang menemukan harta terpendam itu, yang rela menjual segala sesuatu demi membeli ladang itu. Apakah seperti itu kita akan mengejar Dia, mengejar Kerajaan-Nya? Atau tidak?
Ya, cuma kita yang bisa menjawabnya masing-masing. Tidak heran, kepada jemaat di Efesus, Ia berkata dalam Wahyu 2:4, Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Efesus adalah jemaat pertama dari 7 sidang jemaat yang ditegur Tuhan dalam Wahyu 2 & 3. Dan teguran pertama-Nya adalah hilangnya kasih mula-mula kita pada-Nya.
Paulus sendiri berkata dalam 1 Korintus 13:1-3, Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
Pertanyaannya kembali, apakah anda mengasihi Tuhan?
Yang juga menarik dalam Matius 13:44 ini adalah bahwa dalam suatu etnis tertentu, angka 13 dan angka 44 dipercaya sebagai angka sial atau angka kematian. Dan dari isi ayat ini, Matius 13:44, sekalipun bercerita tentang orang yang menemukan harta terpendam, banyak dari kita tahu dan mengerti dengan benar bahwa yang Tuhan maksudkan disini. Kita tahu bahwa kita harus mati untuk mendapatkan Dia. Mati terhadap segala sesuatu terhadap dunia ini, mati terhadap diri kita sendiri, mati terhadap banyak keinginan duniawi kita, mati terhadap egoisme kita, mati terhadap daging kita. Kita saja yang pura-pura tidak mau memahaminya, karena kita tidak pernah mau mengejar-Nya begitu rupa. Sebab kita tidak pernah rela mati untuk Dia.
Apakah kita rela meninggalkan segala sesuatu demi mengejar Dia, harta yang lebih berharga dari harta dunia ini?
Perumpamaan selanjutnya adalah perumpamaan yang justru lebih parah dalam konteks yang sama, Matius 13:45-46, Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.”
Jika dalam ayat 44 kita tahu bahwa orang yang menemukan harta terpendam itu memahami bahwa ia akan jauh lebih kaya setelah membeli ladang dimana harta itu terpendam, maka ayat 45-46 menunjukkan bahwa orang yang menemukan mutiara berharga itu, menjual segala sesuatunya untuk membeli mutiara itu. Pertanyaannya, setelah ia membelinya, kemana ia akan pulang? Bukankah rumahnya dan segala miliknya yang lain telah dijualnya untuk membeli mutiara ini? Dimana kemudian ia akan menyimpan mutiara itu? Bukankah uangnya sudah habis membeli mutiara itu, tidak ada yang sisa lagi untuk dipakai membayar deposit box suatu bank untuk menyimpan mutiara itu. Jika kemudian ia lapar, apa yang akan dibeli untuk dimakannya. Jika ia lelah dan pingin istirahat, kemana ia bisa membaringkan kepalanya? Bukankah tidak ada lagi yang dipunyainya selain baju yang dipakainya dan mutiara itu?
Mungkin anda berpikir saya menarik ayat ini terlalu jauh, tapi coba perhatikan apa yang Tuhan maksudkan disini, di ayat 45-46 ini. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.”
Pedagang yang dimaksudkan Yesus disini, yang mencari mutiara yang indah ini, adalah seorang trader, lebih jauh disebutkan ia seorang kolektor dalam terjemahan yang berbeda. Seorang kolektor yang mencari mutiara yang sangat indah, batu permata yang sangat berharga. Seorang kolektor adalah seorang yang mengumpulkan barang-barang unik, antik, langka, jarang didapatkan, dan punya nilai yang sangat tinggi. Dan biasanya, bagi mereka yang adalah kolektor sejati, tidaklah akan menjual kembali apa yang telah masuk menjadi koleksinya. Jadi setelah si kolektor ini menemukan apa dicarinya, mutiara yang sangat berharga itu, ia kemudian pergi menjual seluruh harta miliknya untuk ditukar, untuk membeli mutiara yang sangat benilai tinggi (KJV), langka (The Passion) dan tidak bercacat sama sekali (The Message)!
Seperti dalam beberapa paragraph diatas, selanjutnya apa yang terjadi dengan si pedagang, trader dan kolektor mutiara ini? Jika ia jatuh tertidur di pinggir jalan, kelelahan dan lapar setelah puas memiliki satu-satunya mutiara yang sangat berharga dan langka ini, tidak punya rumah untuk pulang, tidak punya uang untuk makan, dipinggir jalan, sendirian dengan mutiara itu, ditatapnya tanpa henti, dipegangnya dengan erat tidak mau dilepaskan. Seperti orang gila yang duduk dalam kesendiriannya, tersenyum puas dan tertawa sendiri karena berhasil memilik satu mutiara langka ini.. ia tertidur. Mutiara itupun jika tidak dimasukkan dalam kantong bajunya, bergulir terlepas dari tangannya. Anak-anak yang bermain disekitarnya berlarian melewati dia sambil memungut mutiara itu, dan lari menghilang entah kemana. Bayangkan, jika kemudian kolektor ini terbangun dan mendapati ia telah kehilangan mutiara itu. Tidakkah ia menyesali deal bisnis yang baru saja ia lakukan, menjual semua yang dipunyainya demi mendapat mutiara itu, tapi kemudian tidak punya lebih sama sekali untuk mengamankan apa yang telah dibelinya? Tidakkah pikirannya akan membuatnya menjadi gila memikirkan lost yang barusan terjadi padanya?
Jika Yesus mengumpamakan Kerajaan Sorga seperti orang yang menemukan mutiara ini, maka pertanyaan sebenarnya adalah suatu tantangan kepada kita semua akan berapa besar harga yang berani kita bayar untuk mengikut Dia, untuk mendapatkan Kerajaan Sorga itu? Apakah kita berani menukar segala sesuatunya untuk mendapatkan Dia? Berani menjawab panggilan-Nya, menjadi bodoh, menjadi seperti orang gila karena iman kita kepada-Nya? Beranikah anda?
Banyak yang mengikut Tuhan, tapi sedikit yang setia pada-Nya. Ada banyak saudara-saudara kita yang berasal dari agama yang diseberang, mengikut Dia dan telah kehilangan rumah, orang tua, saudara-saudarinya, kehilangan pekerjaan, mengalami dibuang dari komunitas mereka, harus mengembara sendirian, berharap mencari masyarakat yang mau menerima mereka atau paling tidak, tidak mengenal dari mana ia berasal sebelumnya. Banyak dari mereka telah membayar harga yang sangat mahal, seperti pedagang yang menjual seluruh hartanya demi membeli mutiara yang indah itu.
Menjadi murid Tuhan, menjadi talmidim (Ibrani, תלמידים), adalah menjadi orang yang bukan saja mendengar dan mempelajari ajaran Tuhan dan Firman-Nya tapi juga meniru Tuhan dan kehidupan-Nya.
Ketika Abraham memilih untuk tidak mengambil harta Sodom, memutuskan untuk mengembalikan semuanya kepada Raja Sodom, Kejadian 14:22-24, Tuhan kemudian datang kepadanya dalam ayat berikut, Kejadian 15:1, Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar. Dalam terjemahan KJV dikatakan bahwa TUHAN sendiri yang menjadi upah yang sangat besar bagi Abraham.
Ya, Abraham mendapatkan janji ini hanya setelah ia dengan beraninya tidak mengambil apa yang telah menjadi haknya, tetapi justru melepaskannya kembali kepada Raja Sodom. Kejadian 14 bercerita bagaimana Abraham pergi berperang melawan Raja Kedorlaomer dan sekutunya, mengalahkan mereka dan merebut kembali Lot, keponakan yang telah mengkhianati dia dalam Kejadian 13.
Ketika ia kembali, ia bertemu dengan Raja Yerusalem, Raja Melkisedek dan Raja Sodom. Raja Sodom meminta tentara yang menyertai Abraham dan mau menukarnya dengan harta rampasan perang yang sebenarnya adalah harta Raja Sodom sendiri, ayat 21. Tapi Abraham menolaknya. Ia memilih untuk tetap fokus pada tujuannya yang semula, menyelematkan Lot, anak saudaranya, Haran. Suatu karakter yang teguh dan setia, tidak bergeming dihadapan harta yang melimpah yang sebenarnya telah menjadi haknya sebagai hasil rampasan perang.
Banyak dari kita yang mengikut Dia, dengan mudahnya bergeming kepada harta dan kekayaan yang memang sebenarnya adalah hak kita. Karena mereka yang mengikut Dia pasti diberkati, Dia adalah sumber segalanya dan Dia pasti memberkati kita dengan limpahnya. Cuma sayangnya, banyak dari kita yang mengikut Dia punya tujuan hanyalah mendapatkan apa yang Dia bisa beri, apa yang Dia bisa lakukan bagi kita. Kita tidak pernah mau tertarik mengenal Dia lebih jauh, mengenal karakter dan kepribadian Tuhan. Kita tidak mau menyukai hadirat-Nya, siapa Dia bagi kita. Padahal, jika kita mau tetap fokus menginginkan Dia, mengejar Dia, berani membayar harga seberapapun mahalnya mengikut Dia, seperti orang yang menemukan harta diladang, bahkan lebih jauh seperti pedagang mutiara yang mengejar mutiara tak ternilai itu, Tuhan sendiri kemudian akan menjadi upah bagi kita.
Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar.
Kejadian 15:1
Akulah perisaimu; Akulah upahmu yang sangat besar melimpah!
Dialah harta terpendam itu, Dialah mutiara yang sangat indah, sangat mahal, langka dan tidak bercacat itu.
Herman
Amen
Simon katimin
Mantaaaappp bro…
Sangat inspiratif…
Bambang Wiedyo
Trimakasih Arnold