Ibrani 11:4, Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.
Pahlawan iman yang pertama adalah Habel, atau Abel.
Ya, imanlah yang membuat Habel dan persembahannya berbeda dari Kain. Dan karena jenis persembahannya, seekor binatang, imannya menjadi nyata. Banyak dari kita melihat bahwa karena Habel seorang peternak, seorang gembala, maka ia mempersembahkan hewan sebagai hasil gembalaannya. Dan Kain mempersembahkan hasil dari tanah yang dikelolanya. Dari pemikiran modern kita, kita akan bertanya mengapa Tuhan memilih Habel dan bukan Kain? Bukankah mereka sama-sama mempersembahkan hasil usaha mereka? Bukankah persembahan Habel maupun Kain punya nilai yang sama karena itu adalah hasil usaha dan jerih payah mereka masing-masing? Mengapa Tuhan justru lebih berpihak pada Habel?
Ibrani 11 ayat ke-4 ini lah yang menjelaskan mengapa Tuhan berkenan kepada Habel. Sebab ketika Habel membawa persembahannya kepada Tuhan, ia datang dengan iman, dengan percaya. Dan karenanya Tuhan berkenan, ayat 6, tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Imannya nyata dalam tindakannya yang membawa binatang sebagai korban persembahan. Jadi ia membawa korban binatang bukan sebagai hasil usahanya sendiri, ia membawa korban binatang karena percayanya pada Dia yang akan menerimanya lewat korban binatang itu.
Habel mengerti bahwa tanpa penumpahan darah tidak akan ada pengampunan dosa, Ibrani 9:22. Ia mengerti hal ini bukan karena ada yang menjelaskan Hukum Taurat kepada dia. Bukan karena ada yang membuat dia mengerti apa arti 5 korban pertama dalam kitab Imamat. Tapi karena ia dan Kain menjadi generasi pertama yang mendengar kesaksian kedua orang tuanya, bagaimana mereka diterima kembali oleh Allah setelah Adam dan Hawa melanggar perintah Tuhan. Bagaimana Tuhan Allah sendiri memotong seekor binatang diatas mezbah sebagai korban penghapus dosa untuk menutupi kesalahan dan pelanggaran mereka. Bagaimana setelah itu Tuhan Allah sendiri mengenakan pakaian dari kulit (bulu) domba (Kejadian 3:21) sebagai ganti cawat dedaunan (daun pohon ara, Kejadian 3:7) yang menutup aurat orang tua mereka.
Jika Kain menolak membawa jenis persembahan yang sama seperti Habel, itu adalah keputusannya sendiri. Keputusan yang menolak mengerjakan yang diminta Tuhan sebagai persyaratan untuk boleh datang menghadap-Nya. Keputusan yang menunjukkan kekeras-kepalanya sebagai manusia yang menganggap bisa menjadi benar melalui tindakannya sendiri. Keputusan yang akhirnya membuatnya ditolak karena tindakannya menunjukkan ia tidak mempunyai iman kepada Dia yang sanggup menyelamatkannya. Ia berpikir ia bisa menyelamatkan dirinya sendiri, atau membuat dirinya diterima dihadapan-Nya oleh usahanya sendiri. Tanpa kita sadari banyak dari kita suka berpikir seperti ini bahwa untuk berkenan kepada-Nya, untuk diterima oleh Dia, kita bisa datang dengan usaha kita sendiri. Kita tidak perlu siapapun menjadi Juruselamat bagi kita, kita menolak Yesus, yang adalah pintu kepada Bapa, jalan kepada Tuhan Allah.
Yesaya 64:6 bagian pertama menjelaskan bahwa segala kesalehan kita seperti kain kotor; Kain kotor yang dimaksudkan disini bukanlah sekedar kain lap kotor, kain yang habis dipakai membersihkan kendaraan kita. Bukan sekedar kain kotor yang habis dipakai mengepel rumah kita, atau membersihkan dapur kita. Kain yang dimaksudkan disini adalah kain yang dipakai oleh wanita sehabis membersihkan diri setelah mengalami menstruasi. Itu adalah kesalehan kita menurut Yesaya. Kita tidak pernah bisa menjadi benar, berkenan dihadapan-Nya, oleh usaha kita sendiri, oleh perbuatan baik kita, oleh kesalehan kita tanpa Yesus. Bukankah kita sebagai manusia, tahu dengan benar bahwa sebenar-benarnya kita, kita pasti punya kesalahan. Sekalipun itu kecil dan sederhana.
Ya, imanlah yang membuat Habel mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dan karenanya ia memperoleh kesaksian, bahwa ia telah dibenarkan, karena Allah berkenan akan persembahannya itu. Ya, imannyalah yang membenarkan dia dihadapan Allah yang menerima persembahannya itu. Dan karena kesaksiannya itu, karena iman, ia masih berbicara sekalipun ia sudah mati. Tahukah anda bahwa kesaksian iman kita akan terus berbicara kepada banyak orang lama setelah kita sudah pergi?. Iman kita pada-Nya yang membuat hidup kita berbeda.
Leave a Reply