Mazmur 37:23 berkata bahwa TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; Dalam terjemahan Amplified dikatakan, langkah-langkah orang (baik) diarahkan dan ditetapkan oleh Tuhan waktu Dia berkenan pada jalannya (dan dia menyibukkan dirinya dengan setiap langkah-Nya). Di terjemahan KJV disebutkan, langkah-langkah orang baik diatur oleh Tuhan; dan Dia berkenan pada jalannya.
Ya, tiap langkah kita diatur oleh Tuhan. Termasuk segala macam badai yang harus kita lalui. Seringkali kita suka berpikir kalau Tuhan yang atur jalan-jalan hidup kita, Dia akan mengaturnya dengan baik dan tidak akan mencelakakan kita. Pasti berhasil dan menyenangkan, Dia tidak akan membawa yang buruk dalam hidup kita. Tapi fakta yang terjadi justru sebaliknya. Ada banyak masalah, kesulitan dan bencana dihidup ini. Rupanya badai kehidupan itu lebih akrab kepada setiap kita dari pada kita ke Dia. Dimanakah Tuhan?
Bertobat
Tentu jika ada badai menerpa kehidupan kita, yang pertama yang harus kita buat adalah memeriksa atau mengintropeksi hidup yang kita punya. Jangan-jangan ada dosa atau hal-hal yang tidak berkenan dihadapan Tuhan. Badai atau masalah tidak akan timbul dengan sendirinya. Ataupun jika pertolongan Tuhan tidak kunjung datang, mungkin kita harus berbalik dan bertobat dari segala jalan-jalan kita yang jahat.
Yesaya 59:1-2, Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.
2 Tawarikh 7:13-14, Bilamana Aku menutup langit, sehingga tidak ada hujan, dan bilamana Aku menyuruh belalang memakan habis hasil bumi, dan bilamana Aku melepaskan penyakit sampar di antara umat-Ku, dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.
Mari kita mengoreksi diri, bertobat dan berbalik dari jalan-jalan kita yang jahat.
Namun, hidup benar kudus tidak menjamin hidup kita bebas dari badai. Jika bebas dari badai adalah tujuan hidup kita, mungkin kita salah memahami kehidupan di dunia ini.
Pertumbuhan Rohani
Dari 1 Yohanes 2:12-14, kita bisa melihat ada 3 tingkatan atau level kehidupan atau pertumbuhan rohani orang percaya. Anak-anak, orang muda dan bapa-bapa.
1 Yohanes 2:12-14, Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, sebab dosamu telah diampuni oleh karena nama-Nya. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu telah mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu telah mengalahkan yang jahat. Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, karena kamu mengenal Bapa. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat.
Anak-anak, dosamu telah diampuni oleh karena nama-Nya (ayat 12). Karena kamu mengenal Bapa (ayat 14a).
Orang-orang muda, karena kamu telah mengalahkan yang jahat (ayat 13b). Karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat (ayat 14c).
Bapa-bapa, karena kamu telah mengenal Dia, yang ada dari mulanya (ayat 13a). Karena kamu telah mengenal Dia, yang ada dari mulanya (ayat 14b).
Anak-anak kepada orang muda
Ketika kita pertama kali berbalik kepada Dia, bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita pribadi, kita berada pada level anak-anak. Kita mengalami pengampunan dosa dan mulai mengenal Dia sebagai Bapa yang mengasihi kita. Lebih jauh kita di dalam Tuhan, kita mulai bertumbuh karena Firman-Nya dan menjadi orang-orang muda yang bisa mengalahkan si jahat. Lebih jauh lagi, kita seharusnya bisa menjadi bapa-bapa di dalam iman, seseorang yang mengenal Dia begitu rupa dari mulanya.
Ya, paling tidak teorinya seperti itu. Karena yang terjadi, ada banyak anak-anak Tuhan yang tetap tinggal sebagai anak-anak dalam kehidupan kerohanian mereka. Bertahun-tahun lamanya, mereka tidak pernah bertumbuh menjadi orang-orang muda di dalam Tuhan.
Bagaimana tidak, mereka berharap untuk bisa tumbuh lebih dewasa dengan makan seminggu sekali. Seorang bayi yang diberi makan cuma seminggu sekali akan segera mati. Ya, itu fakta yang terjadi dengan banyak anak-anak Tuhan, kematian rohani. Tidak heran, di dalam gereja ada banyak pergesekan dan perselisihan, masalah demi masalah. Ada banyak (yang masih) anak-anak disitu.
Kalau kita mau naik level, atau bertumbuh, suka atau tidak seperti yang Firman Tuhan katakan, Firman Tuhan harus diam di dalam kita. Firman Tuhan harus menjadi makanan yang memberi nutrisi setiap hari kepada kita. Cara Firman Tuhan berdiam di dalam kita: baca, renungkan, hafalkan, ucapkan Firman itu. Jika demikian, kita tidak hanya akan bertumbuh tapi bahkan sanggup mengalahkan yang jahat. Yang jahat disini bukan menunjuk kepada si jahat yang menguasai dunia ini tetapi lebih kepada kedagingan kita yang suka memberontak kepada Firman Tuhan. Coba perhatikan, tubuh kita yang masih kuat dan segar akan dengan mudah merasa mengantuk dan lelah ketika diajak membaca Alkitab. Betul, kan? Itu karena daging kita pasti melawan Firman Tuhan.
Peperangan Rohani
Peperangan rohani, bukanlah masalah bagaimana kita bisa atau kuat menghardik iblis dan badai kehidupan. Tetapi bagaimana kita mengalahkan kedagingan kita, bagaimana kita bisa mengalah, letting go, mengampuni, memberi, tidak mementingkan diri sendiri, tidak (cepat) tersinggung, mau memberi kesempatan pada yang lain, melayani sesama, dan banyak yang lainnya. Peperangan rohani adalah adalah bagaimana kita menuruti roh kita, mengikuti Roh Kudus yang menuntun kita, melakukan Firman Tuhan. Bukankah kita mengalahkan dia si jahat dengan Darah Anak Domba dan kesaksian kita? Wahyu 12:11.
Minta, cari & ketok
Matius 7:7 berkata pada kita, mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Ayat ini bukan menunjukkan kepada kita bagaimana kita bisa menemukan jawaban doa kita dalam 3 cara. Ayat ini berbicara tentang pertumbuhan rohani kita di dalam doa. Jika doa kita dipenuhi permintaan yang panjang dan begitu banyak, mungkin kita masih anak-anak. Jika kita tahu mencari kehendak Tuhan, kita udah mulai naik level. Dan jika kita tidak marah kapan saja Tuhan mau menjawab doa kita, kita telah belajar menjadi dewasa. Karena hanya orang dewasa yang tidak akan menerobos pintu yang telah dia ketok.
Nah, setiap murid sekolah mengerti satu perkara ini. Untuk naik kelas, semua murid harus ikut ujian. Jika ada yang tidak lulus, ia harus mengulang. Dan badai dihidup ini adalah ujian naik level pertumbuhan rohani kita.
Badai itu (adalah) ujian
Di dalam 4 Injil, ada 2 badai yang diceritakan. Badai pertama terambil dari Matius 8:23-27, Markus 4:36-41 dan Lukas 8:22-25. Badai kedua ada di Matius 14:22-33, Markus 6:47-51 dan Yohanes 6:16-21.
Disetiap badai yang terjadi, 12 murid-murid selalu menemukan diri mereka bersama dengan Tuhan ditengah danau (Galilea) yang sama, diterpa badai hebat diwaktu malam sampai perahu mereka hampir-hampir tenggelam. Tapi kedua badai tersebut terjadi diwaktu yang berbeda.
Di badai pertama, Yesus ada bersama mereka tapi tertidur. Dia dibangunkan murid-murid lalu menghardik badai ini menjadi tenang. Di badai yang kedua, Dia tidak ada karena sibuk berdoa dibukit. Dia baru datang kepada mereka ditengah malam, ditengah-tengah badai Dia jalan diatas air. Ketika Ia naik ke perahu, Markus mencatat badainya langsung berhenti. Yohanes mencatat, perahu mereka sampai ke seberang ke pantai yang mereka tuju segera.
Mana yang kita pilih? Yesus ada tapi tertidur, atau Yesus yang tidak ada di perahu. Ya, datangnya baru kemudian setelah beberapa saat. Banyak dari kita memilih badai yang pertama, badai dimana Yesus ada tapi tertidur. Mungkin karena itu menunjukkan kebanyakan kita masih anak-anak di level pertumbuhan rohani kita. Cuma orang yang lebih dewasa yang berani menghadapi persoalan kehidupan sendiri. Bukan itu saja, kita selalu secara natural pasti memilih untuk berteriak minta tolong ditengah badai dan mau supaya badai ini segera berakhir. Hardik saja! pikir kita.
Berapa dari kita mau belajar menjadi lebih dewasa dengan menunggu sampai Tuhan datang, seperti pada badai kedua. Bahkan belajar menunggu Dia sendirian. Dalam menantikan Tuhan, apalagi ditengah kesulitan, adalah momen dimana kita belajar menyerah dan berubah mengikuti kehendak Tuhan. Momen dimana kita bisa belajar melalui badai tanpa harus menghardik badai itu. Momen dimana kita bisa belajar menemukan bahwa ada hasil-hasil akhir yang berbeda dari sekedar menghardik badai yang berkecamuk. Momen dimana kita bisa belajar menemukan ketenangan, damai yang sejati di hati kita, bahwa ditengah-tengah badai kita belajar mempercayai Tuhan tidak meninggalkan kita, Tuhan tidak berencana mencelakakan kita, Tuhan tetap ada menyertai kita.
Punya damai yang memberi tidur ditengah badai.
Itu sebabnya Tuhan bisa tetap tertidur ditengah badai yang berkecamuk begitu rupa, ada damai yang lebih kuat yang menjaga diri-Nya ditengah badai yang sedang berkecamuk.
Kembali pada 1 Yohanes 2:14, orang-orang muda itu kuat karena Firman Tuhan berdiam di dalam mereka. Kekuatan kita ditengah badai kehidupan datang hanya dari Firman Tuhan. Jika Firman Tuhan tidak diam di dalam kita, kita tidak mungkin bisa bertahan. Itu sebabnya penting bagi kita untuk tidak hanya hidup karena 1 kali ibadah di hari Minggu. Kita sendiri masing-masing harus belajar untuk punya mezbah pribadi dirumah kita, punya hubungan pribadi dengan Tuhan. Momen-momen dimana kita berhenti dari segala pekerjaan dan kesibukan kita dan mulai berdoa dan membuka (Alkitab) Firman Tuhan untuk dibaca. Jika Firman-Nya diam di dalam kita, kita akan menjadi seperti orang membangun rumah diatas batu karang, bukan diatas pasir. Ketika angin topan dan banjir datang, rumah kita tidak hancur dan roboh. Matius 7:24-27.
Ya, berhentilah mengeluh ketika seseorang berkhotbah melewati jam-jam yang ditentukan. Kita tidak senang jam makan siang kita ditunda, atau waktu jalan-jalan kita diambil. Sikap ini menunjukkan kita lebih mengutamakan kedagingan kita diberi makan dari pada roh kita. Kita bahkan tidak suka dengan Firman Tuhan yang dalam dan panjang-panjang, apalagi kalau harus membaca sendiri tulisan-tulisan panjang akan Firman Tuhan. Tidak heran banyak dari kita tidak mempunyai kerohanian yang tebal, cuma tubuh daging kita yang gemuk. Tubuh rohani kita kurus kerempeng kekurangan gizi. Dan ketika badai datang, kita protes kepada Tuhan karena angin-Nya bertiup terlalu kencang. Kita berkata, Tuhan aku tidak siap!
Ya persiapkan diri Anda. Mulai ambil waktu duduk dikaki-Nya, belajar sendiri akan Firman-Nya. Hentikan kebiasaan nonton (Youtube) dan baca (forwarding whatsapp) hal-hal yang tidak memberi makan roh kita. Yang hanya memberi makan daging kita. Ini memang bukan pekerjaan gampang, ini membutuhkan kerja keras. Jika anda menolak, badai itu akan segera menghancurkan anda. Badai itu tidak akan menjadi ujian, badai itu akan menjadi bencara yang tidak terhentikan.
Diam didalam Firman-Nya
Kebiasaan kita mempunyai jam-jam pribadi dengan Tuhan untuk berdoa dan membaca Firman-Nya akan menolong kita untuk tetap memandang kepada Tuhan dan janji-Nya ditengah-tengah badai besar. Bagaimana kita bisa menjaga mata ini memandang kepada Yesus saja supaya kita jangan tenggelam jika kita menolak untuk meluangkan waktu-waktu kita dengan Dia? Ya, cuma itu yang menjaga Petrus untuk tetap mengambang diatas air yang mengamuk dan tidak tenggelam. Dia harus menjaga matanya pada Yesus. Jika kita tidak punya hubungan pribadi dengan Dia, tidak punya waktu-waktu sendiri dengan Tuhan, tidak menjaga mezbah pribadi kita tetap menyala, bagaimana bisa mata kita terus memandang kepada Dia ditengah-tengah badai? Jangan menjadi terlalu sibuk untuk tidak bisa punya waktu-waktu dengan Tuhan.
Firman-Nya harus tinggal didalam kita, suka atau tidak itu adalah saat-saat dimana Tuhan sedang mengajar kita. Saat-saat dimana Tuhan berbicara pada kita. Jangan lewatkan. Jangan tunggu pendeta besar datang, jangan tunggu mereka yang punya karunia nabi datang baru kemudian kita kejar-kejar demi mendapat suara Tuhan. Alkitab adalah Firman-Nya yang tersedia bagi kita setiap saat, 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Alkitab yang kelihatan bagus dan rapi biasanya justru menunjukkan pemiliknya tidak pernah membukanya. Padahal Tuhan mau selalu berbicara pada kita. Sekarang kita hidup dijaman smartphone dimana Alkitab tersedia bagi kita dalam bentuk digital. Alkitab dalam bentuk aplikasi ini tersedia dengan mudahnya dalam banyak terjemahan berbeda dan dalam satu hp kita bisa membawa sekian banyak Alkitab tanpa repot keberatan atau kebanyakan. Seharusnya tidak ada alasan lagi sama sekali untuk tidak membaca Firman-Nya (melalui hp kita), tidak perlu menyalakan lampu ditengah malam karena hp punya terang sendiri. Dan tidak ribut karena harus membuka tiap lembar halamannya, tinggal discroll ke atas.
Di jaman pandemik seperti sekarang, banyak dari kita bahkan protes terhadap kebijakan pemerintah untuk beribadah secara online dari rumah. Kita masih suka menganggap harus ke gereja, ke rumah Tuhan. Kita rasanya tidak bisa beribadah online, tidak sreg. Tuhan serasa online. Padahal banyak dari kita seharusnya mengaku dosa bahwa ditengah-tengah ibadah di gereja, kita semua sibuk online. Tidak heran, badai ini mengambil tempat ibadah kita. Badai ini mengungkung kita dalam rumah. Kita suka atau tidak harus belajar ibadah online. Jika badai ini masih tidak membawa kita kembali berbalik pada Tuhan sungguh-sungguh, entah bencana macam apalagi yang jauh lebih parah yang bisa menimpa kita.
Tuhan berdiam diri
Ditengah-tengah ujian, tidak ada guru yang sibuk berbicara dan mengajar. Paling banyak, para guru hanya akan sibuk memberitahu bagaimana ujian harus dilaksanakan. Selebihnya, mereka akan diam dengan mata melotot mengawasi kita mengerjakan ujian. Demikian Tuhan, Ia akan kebanyakan diam ditengah badai yang datang menimpa kita. Tuhan mengharapkan kita bisa menyelesaikan ujian (badai) kita dengan baik seperti yang telah Ia ajarkan sebelumnya. Sebelumnya? Ya, Dia sudah selalu mengajar kita sebelumnya, tapi seperti Martha kita selalu sibuk dengan banyak perkara lainnya yang sama sekali tidak penting untuk Kerajaan Allah. Atau bahkan kita menolak untuk diajar Tuhan karena kita selalu lebih sibuk dengan banyak urusan yang kita pikir lebih produktif hanya karena lebih menghasilkan uang bagi kita. Kita lupa bahwa berkat Tuhan melalui Firman-Nya yang akan menjadi kekuatan kita ditengah badai yang melanda.
Apakah anda telah lulus ujian atau cuma lolos?
Ketika kita protes waktu Ia berdiam diri, protes kita ini justru menunjukkan bahwa banyak dari kita tidak pernah punya intensi yang baik dan benar untuk lulus dari ujian badai kehidupan. Kita cuma ingin lolos dan bukan lulus. Kita lebih ingin segera menghardik badai itu sebab kita selalu mencari jalan yang gampang dan singkat. Kita menolak berjalan melalui badai itu. Kalau bisa bahkan kita rela memutari badai itu biar kita tidak ditimpanya. Mengapa demikian?
Ada banyak dari kita yang tidak mau berubah. Tujuan utama setiap badai adalah menciptakan karakter Kristus dalam diri kita. Mengenal Dia punya pengertian menjadi seperti Dia. Dan memahami kekekalan adalah mengenal Dia sebagai Tuhan yang telah diutus bagi kita, Yohanes 17:3. Dan ketika badai terjadi, itu untuk mengambil semua yang melekat dalam diri kita tapi tidak berguna untuk menghasilkan buah. Dan banyak dari kita yang tidak rela melepaskan hal-hal itu. Jika pada akhirnya badai tidak mengubahkan kita, mungkin kita perlu bertanya apakah mungkin kita telah lolos dan bukan lulus dari ujian Tuhan?
Dari 2 badai dalam 4 Injil yang telah disebutkan diatas, menunjukkan bahwa jika kita tidak lulus pada ujian pertama, ujian susulan jelas akan datang. Dan seringkali, pengulangan yang berikutnya tidak memberi jaminan bahwa kesulitannya akan berkurang. Tuhan yang tidak hadir diperahu pada badai kedua menunjukkan bahwa murid-murid ditantang kembali menghadapi badai yang serupa dengan situasi yang berbeda. Sekarang, suka atau tidak suka, mereka harus belajar menjadi dewasa menghadapi kesulitan hidup sendiri dan tidak cengeng lagi seperti anak kecil.
Tujuan yang lebih besar, lebih mulia
Dibadai yang pertama, dalam terjemahan yang berbeda menyebutkan bahwa badai yang bangkit melawan mereka diisyaratkan timbul karena adanya gempa bawah tanah di area danau itu. Tidak heran betapa besar nya ombak yang menggulung menerpa perahu mereka dan besarnya angin yang bertiup menghujam perahu mereka. Tapi Tuhan tertidur.
Namun, kuasa alam ini tidak sekedar natural terjadi begitu saja karena adanya penyebab alami. Diperikop selanjutnya kita bisa menemukan bahwa Yesus rupanya tiba di pantai Gadara, atau Gerasa dimana ada orang gila kerasukan setan legion (ribuan, satu kompi atau batalion tentara = 6.800 prajurit) yang tinggal dikubur yang Tuhan mau lepaskan. Tidak heran, jika penguasa-penguasa teritorial pantai Gadara telah melihat dari kejauhan bahwa Sang Juruselamat sedang menuju ke mereka untuk melepaskan host mereka dari cengkeram kerajaan kegelapan ini. Mereka jelas-jelas mengamuk dan berusaha menghentikan Yesus dan murid-murid-Nya untuk tiba di wilayah kekuasaan mereka. Tapi tentu mereka tidak bisa menyerang begitu saja kecuali Tuhan, Allah Bapa, mengijinkannya.
Tujuan Bapa di Sorga mengijinkan amukan badai besar dari kerajaan kegelapan ini untuk mengajarkan iman kepada para murid. Bahwa tidak ada yang bisa menghentikan serangan Kerajaan Terang yang datang untuk melepaskan manusia yang tertawan. Bagaimanapun kerajaan gelap berusaha menahan, Tuhan dengan tidak terkendalikan mampu menerobos melepaskan mereka yang telah dipilih-Nya.
Coba perhatikan bahwa, diayat 35 dalam Markus 4, Tuhan mengajak para murid untuk segera menyeberang dipenghujung hari ketika Ia selesai mengajar orang banyak. Tuhan tidak membuang-buang waktu, Ia paham bahwa ini perjalanan yang jauh. Ia memutuskan untuk beristirahat dalam perjalanan itu dengan mencuri tidur diatas tilam diburitan perahu. Dan ketika sampai ditengah danau, ditengah malam, Tuhan yang masih tertidur tetap pulas tertidur waktu badai mulai menerpa dengan dahsyatnya. Dia tetap bisa beristirahat ditengah-tengah hempasan perahu keatas dan kebawah, ke kiri dan ke kanan. Dia sedang mempersiapkan diri-Nya menghadapi perang yang lebih besar dipantai yang mereka tuju. Murid-murid-Nya tidak habis pikir kenapa Dia bisa tetap tidur seakan-akan tidak perduli bahwa mereka hampir binasa (tenggelam). Ketika Tuhan dibangunkan, dalam satu hardikan badai itu tenang. Begitu tenangnya, dalam salah satu terjemahkan dikatakan bahwa permukaan air didanau itu justru berubah begitu calm seperti layar kaca! Kuasa Tuhan jauh lebih besar dari semua amukan alam yang berusaha menghentikan Dia.
Ketika Tuhan sampai, si orang gila itu langsung dilepaskan dan Tuhan membiarkan legion masuk ke dalam 2.000 ekor babi yang terjun bebas ke tebing laut dan mati tenggelam. Tidak lama setelah itu, Tuhan harus segera pulang, kembali ke pantai dari mana Ia datang. Sebab kehadiran-Nya telah menghancurkan ekonomi daerah itu, 2.000 ekor babi yang jatuh dan mati itu senilai ¼ juta dollar dijaman sekarang!
Jadi praktis, Tuhan menunjukkan kerelaan-Nya untuk menemukan waktu menolong satu orang yang tertawan kerajaan gelap. Kasih-Nya begitu besar bagi orang ini, Tuhan mau melepaskan dia. Dia rela menyebrang danau sepanjang malam, mencuri istirahat-Nya dengan bisa tidur diburitan kapal beralaskan tikar saja. Badai yang datang menerpa dan hampir menenggelamkan perahu mereka tidaklah menghentikan Yesus dan mengubah pikiran-Nya untuk berbalik arah. Tuhan terus maju. Dan ketika Ia mendapati orang gila yang kerasukan setan legion ini, Ia rela mengorbankan 2.000 ekor babi, ternak orang-orang di daerah itu. Hal yang Ia sadar sepenuhnya akan menyebabkan-Nya ditolak dan tidak menjadi populer, diusir keluar dari daerah itu. Padahal orang yang dilepaskan ini hanyalah orang gila, kerasukan setan, tinggal dikubur. Seorang yang ditolak masyarakat, sampah bagi manusia. Tidak punya masa depan dan apalagi potensi yang baik, ditakuti orang dan dirantai ditempat orang mati. Tuhan datang hanya untuk dia dan membayar harga yang mungkin terlalu mahal menurut ukuran kita.
Kita pasti berpikir mengapa harus orang gila itu yang dilepaskan, bukankah lebih baik jika yang punya babi yang Yesus layani? Tentu setelahnya ada lebih banyak di kota itu yang bisa dijangkau oleh pelayanan Yesus. Tapi coba pikirkan jika andalah yang adalah orang gila itu, tidakkah anda akan berseru begitu rupa.. Tuhan selamatkan aku! Siapa lagi yang mau tergerak, mau membayar semua harganya untuk datang melepaskan anda kalau bukan Yesus? Tidakkah anda menyadari bahwa pengorbanan-Nya dikayu Salib adalah tindakan-Nya yang sama seperti ketika Ia menyelamatkan orang gila kerasukan ini. Ia turun dari Sorga, lahir menjadi manusia, taat sebagai hamba, bahkan sampai mati dikayu Salib untuk saudara dan saya. Harga yang sangat-sangat mahal Tuhan bayar dengan darah-Nya sendiri demi keselamatan kita.
Bagi Tuhan, nilai sebuah jiwa sangat berharga bagi-Nya. Ia tidak menyerah, tidak mundur dan tidak berbalik hanya ketika badai datang menghalangi-Nya. Tuhan tahu, besarnya badai yang dihadapi-Nya menunjukkan besarnya hasil yang akan Ia capai. Besarnya badai yang dihadapi-Nya menentukan besarnya berkat yang disediakan Bapa-Nya bagi Dia. Tidak heran bahwa didalam nama Yesus segala lidah akan mengaku dan semua lutut akan bertelut bahwa Dia Tuhan dan Juruselamat manusia.
Jangan takut, badai itu adalah ujian. Tuhan mengatur semuanya ini untuk membawa kita dekat pada Dia.
16 April 2020
Arnold Sigik
Leave a Reply