Ya‘akov (Ibrani) atau Yakub (Indonesia) mengalami perjumpaan pertama dengan Tuhan di Betel ketika ia sedang lari menuju Padan-Aram ke tempat Laban. Ia keluar dari rumahnya (kemah Ishak dan Ribka) disebabkan karena 2 hal,
- Kejadian 27:43-45, Jadi sekarang, anakku, dengarkanlah perkataanku, bersiaplah engkau dan larilah kepada Laban, saudaraku, ke Haran, dan tinggallah padanya beberapa waktu lamanya, sampai kegeraman dan kemarahan kakakmu itu surut dari padamu, dan ia lupa apa yang telah engkau perbuat kepadanya; kemudian aku akan menyuruh orang menjemput engkau dari situ.
- Kejadian 28:1-2, Janganlah mengambil isteri dari perempuan Kanaan. Bersiaplah, pergilah ke Padan-Aram, ke rumah Betuel, ayah ibumu, dan ambillah dari situ seorang isteri dari anak-anak Laban, saudara ibumu.
Jadi Yakub pergi atau lebih tepatnya lari karena Esau yang ingin membunuhnya, Kejadian 27:41, Esau menaruh dendam kepada Yakub karena berkat yang telah diberikan oleh ayahnya kepadanya, lalu ia berkata kepada dirinya sendiri: “Hari-hari berkabung karena kematian ayahku itu tidak akan lama lagi; pada waktu itulah Yakub, adikku, akan kubunuh.
Ya, Esau telah menjadi begitu marah kepada Yakub disebabkan apa yang terjadi dalam Kejadian 27. Ia menganggap bahwa Yakub telah dua kali menipunya, Kejadian 27:36. Hak kesulunganku telah dirampasnya, dan sekarang dirampasnya pula berkat yang untukku. Karena ayat-ayat ini (35-36), kita seringkali dengan cepat berpikir bahwa Yakub adalah seorang yang jahat, yang menipu saudaranya. Sikap kita sebagai manusia yang biasanya suka menghakimi orang lain membuat kita segera menunjuk tangan pada Yakub dan punya rasa tidak suka pada karakter ini. Padahal sekiranya saja kita mau belajar Firman Tuhan lebih jauh, kita akan segera menemukan mengapa Tuhan memilih Yakub dan bukan Esau.
Coba perhatikan ayat-ayat ini. Ibrani 12:16, Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.
Tidak heran mengapa Esau kehilangan hak kesulungannya untuk menerima janji Abraham dan Ishak. Bukan sekedar karena dia ditipu oleh Yakub tapi karena nafsu rendah Esau sendiri. Hanya demi semangkuk kacang merah! Hanya semurah itu ia memandang haknya. Ia tahu dan mengerti apa itu hak kesulungan tapi memandang rendah perkara-perkara itu. Lagipula dengan nafsunya yang tidak bisa ia kendalikan, ia telah menjadi batu sandungan, menjadi sakit hati, kepedihan bagi kedua orang tuanya, Kejadian 26:34-35.
Jadi tidaklah heran jika dalam Ibrani 11:20, Ishak dengan sengaja memberkati Yakub (lebih dahulu, sebagai yang sulung) baru Esau (yang terkemudian). Firman Tuhan berkata, karena iman maka Ishak, sambil memandang jauh ke depan, memberikan berkatnya kepada Yakub dan Esau. Diterjemahan lainnya, disebutkan karena percaya, kepercayaan, bukan tanpa sengaja, tapi justru karena memandang ke masa depan, Ishak dengan sengaja memberikan berkatnya kepada Yakub dan (bukan) Esau. Ishak tahu siapa yang lebih pantas menerima hak menjadi bapa patriakh selanjutnya. Ya, jika pada perkara lebih kecil kita gagal, mengapa Tuhan harus mempercayakan kita perkara yang lebih besar?
Apalagi Tuhan, dalam ke-Maha-Tahu-an-Nya, Ia mengenal dengan jelas apa yang akan terjadi. Dalam Kejadian 25:23, perkataan Tuhan bukan hanya bersifat nubuatan, memberitahukan apa yang terjadi dikemudian hari pada kedua anak ini, tapi perkataan ini mengandung janji Tuhan yang memilih yang kedua dan bukan yang pertama. Maleakhi 1:1-3, Firman TUHAN kepada Israel dengan perantaraan Maleakhi. “Aku mengasihi kamu,” firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami?” “Bukankah Esau itu kakak Yakub?” demikianlah firman TUHAN. “Namun Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau. Sebab itu Aku membuat pegunungannya menjadi sunyi sepi dan tanah pusakanya Kujadikan padang gurun.”
Roma 9:13-16, seperti ada tertulis: “Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.” Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! Sebab Ia berfirman kepada Musa: “Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.” Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. Pilihan Tuhan selalu bergantung pada kedaulatan-Nya, pada kemurahan hati-Nya. Bukan pada kehendak atau usaha kita. Ya, karena Ia melihat (jauh) sampai ke lubuh hati kita paling dalam, 1 Samuel 16:7. Kita sebagai manusia hanya selalu melihat pada apa yang tampak diluar. Atau pada keadaan sekarang saja, kita cepat melupakan masa lalu, masa depan kitapun tidak tahu. Dan seringkali hanya karena keadaan sekarang yang kita lihat, kita suka menghakimi terlalu cepat. Termasuk Tuhan kita sering anggap salah, padahal kita tidak tahu ia sedang menyelamatkan masa depan kita.
Jadi Yakub bukanlah seorang penipu seperti anggapan kebanyakan kita. Bukankah kitapun bisa berlaku seperti Ishak dan Ribka jika kita punya anak seperti Esau? Bukankah kita mengerti bahwa kitalah yang bodoh jika kita masih menyerahkan mutiara kita kepada seorang yang kelakuannya seperti babi? Matius 7:6. Tapi bukankah itu hak Esau (mungkin sekali lagi kita mendebatkan hal ini), bukankah dia yang lahir pertama? Ya, justru karena itu haknya, maka Kejadian 27 itu ada. Ishak dan Ribka bukanlah 2 orang tua yang bodoh-bodoh begitu saja mau menyerahkan “mutiara” mereka kepada Esau.
Tapi bagaimana dengan Kejadian 25:29-33, bukankah Yakub menipu Esau dengan semangkuk kacang merah. Pertanyaannya adalah ini, pernahkah anda bertemu dengan orang yang menjual rumah atau mobil dengan harga yang sangat-sangat murah. Tentu pernah, atau paling tidak pernah mendengar hal tersebut. Apakah kemudian orang yang menjual dengan harga murah itu boleh menyebut anda seorang penipu setelah transaksi itu terjadi? Bukankah kita akan membantah hal tersebut dengan berkata, engkau sudah setuju kan? Yang terjadi dalam Kejadian 25:29-33 bukanlah suatu tipuan Yakub kepada Esau, it is a fair trade! Suatu pertukaran, dagang dan bisnis yang jujur. Esau meminta makan, Yakub tidak akan menyetujuinya kecuali Esau menukarnya dengan hak kesulunganya! Kalau Esau tahu bahwa ia ditipu (seperti perkataannya dalam Kejadian 27:36), mengapa ia justru bersumpah dalam Kejadian 25:33 kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. Yang bodoh disini siapa?
Tapi bagaimanapun juga Yakub harus lari pada akhirnya dan kali ini untuk mencari istri, membangun keluarganya demi penggenapan janji Abraham. Ia dilepas pergi dengan berkat dari Ishak dalam Kejadian 28:3-4,
- Moga-moga Allah Yang Mahakuasa memberkati engkau,
- membuat engkau beranak cucu dan
- membuat engkau menjadi banyak, sehingga engkau menjadi sekumpulan bangsa-bangsa.
- Moga-moga Ia memberikan kepadamu berkat yang untuk Abraham, kepadamu serta kepada keturunanmu, sehingga engkau memiliki negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yang telah diberikan Allah kepada Abraham.”
Berkat keturunan dan berkat tanah perjanjian.
Tuhan kemudian datang menjumpai Yakub di Betel. Ini perjumpaan Yakub yang pertama dengan TUHAN, YHWH yang berjanji! Kejadian 28:13-15,
Akulah TUHAN, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak;
- tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu.
- Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya,
- dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan,
- dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.
- Sesungguhnya Aku menyertai engkau
- dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi,
- dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini,
sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu.
Dalam pertemuannya yang pertama dengan Tuhan ini, Yakub menerima janji yang sama seperti yang diterima Abraham dan Ishak sebelumnya. Coba bandingkan dengan Kejadian 12:1-3, janji Abraham dan Kejadian 26:2-5, janji Ishak. Uniknya, ia membalas janji Tuhan dengan sumpah (atau nazar), Kejadian 28:20-22, Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu.
Ia meminta penyertaan, perlindungan, roti untuk perutnya dan pakain untuk badannya sampai ia pulang kembali ke rumah orang tuanya. Dan sebagai balasannya ia bersumpah, bahwa batu yang didirikannya, yang diolesi dengan minyak (urapan, Kejadian 28:18-19) akan menjadi rumah Tuhan dan ia akan memberikan perpuluhan kepada Tuhan. Kedengaran mencurigakan, Yakub sedang memberi syarat kepada Tuhan dengan perkataan jika, maka aku akan.
Ya, seperti kebanyakan kita yang tidak mengenal Tuhan dan masih kanak-kanak dalam kerohanian kita, kita selalu berusaha tukaran, trade dengan Dia. Kita suka berjanji kepada Dia demi supaya apa yang kita doakan, inginkan tercapai. Kita pikir Tuhan akan menjawab doa kita dengan segala iming-iming kita terhadap-Nya. Kita pikir Dia akan lakukan apa yang kita mau ketika Ia dijanjikan sesuatu, seperti Ia memerlukan semuanya itu. Masalahnya setelah semua yang kita doakan dan inginkan tercapai, banyak dari kita juga dengan segera menyangkali janji dan nazar kita. Tahukah anda dengan lelucon seseorang yang diterpa angin topan ketika ia sedang dipuncak pohon kelapa yang tinggi? Dia pun berdoa dan berjanji akan menjadi pendeta kalau ia bisa turun dengan selamat. Ketika ia bisa turun setengah pohon, doanya mulai berubah bahwa ia hanya akan jadi aktivis gereja, pelayan Tuhan yang baik. Kurang dari satu meter, ia pun berkata, ah Tuhan saya hanya main-main dengan doa saya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa seperti kebanyakan kita, Yakub masih sangat muda. Dalam kerohaniannya, ia masih sangat kanak-kanak. Sebab orang yang mengenal Dia akan mendirikan rumah Tuhan jauh sebelum rumahnya sendiri didirikan, Haggai 1:2-11. Orang yang mengenal Tuhan akan tetap memberi kepada Dia bagaimanapun keadaannya, diberkati atau tidak. Imamat 27:30, Maleakhi 3:7-11, Matius 22:21. Dalam perkara ini, janganlah kita seperti Yakub. Jangan suka berjanji atau bernazar sembarangan, dan jika anda berjanji tepatilah. Baik kepada Tuhan maupun kepada manusia.
Ketika Yakub kembali dari Laban setelah 20 tahun berlalu di Kejadian 33, tidaklah dicatat dengan jelas apa ia pernah menepati janjinya ini. Memang ada mezbah yang kemudian berdiri di Betel ini di pasal 35, tapi jelas ini bukan rumah Tuhan yang seharusnya seperti janjinya. Tidak pernah ditunjukkan juga bahwa ia membayar perpuluhan. Mungkin itu sebabnya dalam Kejadian 34, pasal berikutnya ketika Dina, anak Yakub yang perempuan dari Lea, diperkosa, oleh banyak tafsiran ini dianggap sebagai hukuman Tuhan kepada Yakub yang mengingkari sumpahnya di Betel. Benar atau tidaknya hal ini, kita semua mengerti bahwa apa yang telah kita janjikan, nazarkan (dengan bersumpah) kepada Tuhan, jangan sampai kita didapati-Nya mengingkarinya.
Jika Alkitab menyebut Yakub adalah penipu, maka peristiwa di Betel inilah yang seharusnya menjadi acuan hal tersebut. Ia sedang berusaha menipu Tuhan dengan segala macam janji-janjinya, Ia pikir Tuhan bisa terbuai dengan rayuan gombalnya. Tidak heran ketika ia dirumah Laban, Kejadian 29, ia sendiri segera tertipu dalam pernikahannya, ayat 23. Perlindungan Tuhan terlepas dari padanya. Perhatikan bahwa walau kita semua setuju bahwa Tuhan tidak bisa ditipu, banyak dari doa-doa kita seperti doa Yakub di Betel ini. Itu sebabnya juga banyak dari doa kita tidak dijawab karena Tuhan tahu dengan tepat kita tidak akan pernah menepati janji kita pada-Nya.
Daerah Sikhem ini sendiri, Kejadian 33:17-20 dan pasal 34, seringkali dianggap sebagai area terkutuk. Disebabkan karena bukan hanya disitu Dina diperkosa, tapi disitu juga Yusuf dijual, Kejadian 37:12, dan Kerajaan Israel bersatu terpecah, 1 Raja 12:1.
Perjumpaan kedua Yakub dengan Tuhan ada di pasal 32 ketika ia bertemu malaikat-malaikat Allah dengan dia. Ketika Yakub melihat mereka, berkatalah ia: “Ini bala tentara Allah.” Sebab itu dinamainyalah tempat itu Mahanaim. Perjumpaan ini menunjukkan bagaimana Tuhan menepati bagian-Nya dalam Firman-Nya di Betel.
Kejadian 28:15, Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu.”
Penyertaan dan perlindungan yang sangat ia perlukan ketika ia harus melepaskan diri dari Laban yang mengejarnya dalam Kejadian 31 dan Esau yang datang menyambutnya dengan 400 orang, Kejadian 32:6 & pasal 33:1.
Seperti kebanyakan kitapun, Yakub tidak bisa mengalihkan pandangannya dari kesulitan berikut ini: Esau. Ia sangat ketakutan mengingat apa yang terjadi dalam Kejadian 27, akan dendam Esau di ayat 41. Lagipula yang menyertai Esau ada 400 orang. Ia tidak bisa fokus bahwa Tentera Tuhan yang menyertai dia jauh lebih banyak dari 400 orang Esau. Kejadian 32:1 menunjukkan bahwa kata Mahanaim itu sendiri berarti ada 2 perkemahan Tentera Tuhan yang mengawali Yakub di kiri dan kanannya ketika ia dengan rombongannya lewat. Bandingkan dengan kisah Elisa dan pembantunya waktu dikepung tentara raja Aram di Dotan, 2 Raja-raja 6:15-17.