(If you want to read the English version, please click here.)
Salib. Salib adalah pusat dari berita Alkitab mulai dari Kejadian sampai Wahyu, namun telah menjadi hal yang paling jarang diberitakan dari mimbar gereja-gereja hari-hari ini. Khotbah tentang berkat dan kemakmuran telah menjadi yang hal yang jauh lebih menarik didengarkan sekarang. Tuntunan gaya hidup modern dengan kondisi ekonomi yang jauh lebih baik di masyarakat umumnya telah membuat berita kematian Tuhan di atas kayu Salib menjadi kabur. Penekanan Dia telah menjadi miskin supaya kita menjadi kaya menjadi satu-satunya yang kita mengerti dari semua berita Salib yang sesungguhnya. Pengertian berkatpun kemudian hanya berfokus pada perkara-perkara duniawi seperti uang dan materi, harta dan kekayaan. Jika ada bagian yang bukan hal jasmani tentang berkat, maka yang dimaksudkan pun hanyalah rasa damai atau ketenangan, lebih tepatnya adalah hidup yang baik-baik saja dan tidak mengalami kesusahan atau masalah. Berkat kemudian disamakan dengan kebahagiaan. Padahal berkat sama sekali bukan kebahagiaan. Kebahagiaan hanyalah merupakan perasaan senang sementara yang berfokus pada kondisi jasmani yang baik. Berkat punya pengertian yang lebih luas dan jauh lebih dalam dari sekedar kebahagiaan.
Jika kita mau menilai dengan jujur, kita tidak memahami apa arti berkat Tuhan yang sebenarnya. Pengertian kita tentang berkat sama sekali menyimpang dari apa yang Alkitab jelaskan. Pengertian kita kebanyakan datang dari pemahaman kita sebelumnya karena latar belakang dari mana kita berasal dan apa kebutuhan yang paling mendesak saat sekarang ini. Kekristenan pun kemudian bukanlah menjadi perkara hidup dan mati bagi kebanyakan orang, tetapi lebih merupakan gaya hidup yang lebih baik, praktis dan efisien di jaman modern seperti sekarang ini. Banyak dari kita menjadi Kristen bukan karena pertobatan atau hidup yang berbalik kepada Tuhan tapi lebih karena Kristen adalah tren masa kini. Sama seperti murid-murid Tuhan di jaman Yesus, mereka sangatlah berharap supaya Yesus menjadi pelepas bagi mereka dari penjajahan Romawi saat itu. Kebutuhan paling utama di jaman itu adalah kemerdekaan. Jadi pengertian Mesias bagi mereka adalah pemimpin yang akan melepaskan mereka dari penjajahan Romawi dan datang menjadi Raja yang memerdekakan bangsa Israel. Demikian kebanyakan kita melihat Yesus hanya sebagai Juruselamat dari apa yang kita sangat perlukan sekarang ini. Dan kebanyakan yang kita perlukan saat ini adalah kelepasan dari hidup miskin dan keuangan yang buruk sebab tuntutan gaya hidup yang tinggi. Bagi kebanyakan kita, Yesus hanyalah Mesias yang melepaskan kita dari kemiskinan. Kita gagal melihat apa sebenarnya yang Yesus berikan kepada kita.
Dosa adalah persoalan utama kehidupan manusia. Persoalan manusia yang sebenarnya bukanlah kekurangan makanan, atau pakaian atau tempat tinggal. Tiga perkara ini seringkali dikategorikan sebagai kebutuhan utama yang mana ketika tidak terpenuhi, kita menganggap diri kita sedang menghadapi persoalan utama kehidupan. Tapi ada hal yang lebih mendasar dan lebih berakar dari pada sekedar ketiga hal-hal tersebut. Dosa yang merasuk dan merusak kehidupan manusia. Apa itu dosa? Dosa adalah pelanggaran terhadap hukum Allah. Kesalahan dan kefasikan hati manusia yang jahat, perbuatan salah dan pelanggaran terhadap etika moral serta tidak dipenuhinya standar yang seharusnya. Semuanya ini adalah dosa. Dan dosa bukan hanya merupakan tindakan salah pada kegagalan karakter atau tingkah laku kita tapi juga merupakan cacat jiwa yang telah merusak keberadaan manusia secara utuh. Sehingga memperbaiki suatu kesalahan karena dosa tidaklah sekadar belajar berbuat benar tapi bagaimana memulihkan jiwa yang rusak dan cacat karena dosa ini. Roma 3:23, semua telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Tuhan. Karena dosa setiap kita pasti binasa dihadapan Pencipta kita, Allah yang Mahasuci. Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Yakobus 1:17.
Sebenar-benarnya kita dihadapan Dia yang kudus, hanya akan menunjukkan cacat jiwa yang kita punya karena dosa yang telah merasuk kehidupan kita begitu rupa. Kita tidak dapat lolos dari terang kesucian Tuhan yang menembus segala sesuatu. Semuanya terbuka dan menjadi transparan dihadapan Dia. Dan karena itu kita semua binasa. Dosa telah membuat kita tidak dapat bertahan dihadapan Allah yang Mahasuci. Semua kita pasti akan dilempar dari hadapan-Nya karena dosa, dibuang dan terhilang ke dalam api Neraka. Tidak akan ada seorang berdosa yang sanggup berjalan masuk ke Surga yang menjadi terang karena kekudusan Tuhan disitu. Itu sebabnya upah dosa adalah maut, Roma 6:23.
Jika demikian, siapa yang sanggup menyelamatkan kita? Karena sekalipun kita sukses, sehat, kaya dan diberkati selama di dunia ini, tapi karena dosa kita binasa, maka siapa yang dapat menyelamatkan kita. Bagaimana lebih buruknya lagi, jika selama didunia ini kita mengalami keburukan, kejahatan, sial, miskin, sakit penyakit, hidup yang terkutuk, terbuang dan ditolak orang lantas di akhirat kita juga binasa karena dosa ini? Siapakah yang dapat diselamatkan? Matius 19:25. Siapa yang sanggup menyelamatkan kita?
Yesus lah yang sanggup menyelamatkan kita. Demikian kita mengenal bahwa masalah utama kehidupan kita adalah dosa. Disinilah Yesus menjadi jawaban yang sangat kita perlukan. Dia adalah korban pengampunan dosa yang disediakan Allah Bapa untuk kita. Jiwa kita memerlukan pengampunan dosa lebih dari sekadar menjadi kenyang karena makanan. Jiwa kita juga perlu dilahirkan kembali karena cacat dosa yang tidak bisa diperbaiki lagi. Itu sebabnya Dia menjawab murid-murid-Nya di ayat 26 Matius 19, bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin. Ke-MahaKuasa-an Tuhan yang ditunjukkan disini bukan karena Ia sanggup melakukan segala sesuatu dan bagi-Nya tidak ada yang tidak mungkin, tapi justru karena kerelaan Dia memberikan segalanya sekalipun nyawa-Nya sendiri diatas kayu Salib demi membuka jalan bagi kita yang berdosa. Itu lah berkat yang sesungguhnya. Bahwa Tuhan kita, Yesus Kristus mau dan telah mati bagi kita dikayu salib untuk menyediakan pengampunan dosa bagi kita yang percaya pada-Nya. Kematian dan kebangkitan-Nya adalah korban pendamaian Tuhan untuk memadamkan murka Allah terhadap kita karena dosa. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Roma 10:9. Sekarang, kita bisa berdiri dihadapan Tuhan yang Mahasuci karena Yesus yang membenarkan kita dihadapan-Nya.
Tapi saya bisa sendiri kok menolong diri saya sendiri. Apakah memang hal ini mungkin? Argumen si muda kaya terhadap Tuhan dalam Matius 19 menyatakan bahwa dia sudah melakukan (semua) taurat sejak kecilnya (ayat 20). Tapi mungkinkah kita bisa tidak dihukum di pengadilan manusia untuk pelanggaran kita terhadap orang lain dengan berbuat sosial menurut maunya kita? Apakah kita bisa dibenarkan untuk hasil curian kita jika separuhnya kita sumbangkan ke anak yatim atau kita pakai untuk bangun rumah ibadah? Bukankah suatu pelanggaran yang terbukti tetap harus dihukum lebih dahulu menurut hukum sebelum orang berbuat baik? Jika di pengadilan manusia hal hal demikian hampir tidak bisa lolos, bagaimana mungkin kita bisa membodohi Tuhan dengan perbuatan baik kita di hadapan Tahta Putih Pengadilan Tuhan sendiri? Adakah memang seorang manusia yang bisa melakukan hukum (Taurat) dengan sempurna tanpa cacat? Bukankah satu pelanggaran kecil terhadap hukum berarti adalah kesalahan fatal terhadap semuanya? Tidak seorang pun dapat dibenarkan karena hukum. Taurat itu pun sendiri diberikan hanyalah untuk membungkam setiap mulut manusia yang berkata bahwa mereka bisa dibenarkan dengan perbuatan mereka, Roma 3:19-20. Ketaatan kita terhadap hukum hanya akan menjadikan kita orang baik dihadapan manusia, tapi tidak dapat menolong kita menjadi benar dihadapan Allah. Perhatikan, ini dalam konsep menjadi selamat. Bukan masalah berubah dan berbuah setelah selamat. Bukankah justru karena hukum kita mengenal dosa? Ayat 20 Roma 3.
Pembahasan diatas baru tentang perbuatan. Jika memang ada orang yang bisa menjadi benar karena perbuatannya sendiri, bagaimana dengan keberadaan manusia yang sejak lahirnya sudah cacat dosa? Tidakkah kita semua tahu bahwa anak kecil tidak perlu diajar berbohong? Mereka justru perlu diajar jujur. Ini bukti sederhana bahwa kita telah cacat dosa sejak lahir. Cacat dosa ini merupakan bawaan kita dari sejak bapa Adam yang telah jatuh dalam dosa di taman Eden. Cacat dosa ini sendiri justru menjadi salah satu alasan paling kuat kenapa kita tidak bisa berdiri di hadapan Allah yang Mahasuci. Semua telah kehilangan kemuliaan Allah, Roma 3:23. Jika keberadaan kita didalam diri kita sendiri sudah salah sejak awalnya, apakah memang perbuatan kita diluar kita bisa menolong kita?
Tidak adilkah Tuhan terhadap kita, bukankah dosa kita sangat kecil? Masakan Dia tidak bisa mempertimbangkan semua kebaikan kita yang jauh lebih besar dibanding kesalahan kecil dan sederhana yang kita lakukan? Ah, Tuhan menetapkan standar yang terlalu tinggi untuk semua makhluk ciptaan-Nya. Tuhan tidaklah tidak adil! Mengapa upah dosa harus maut? Kesalahan saya terlalu kecil dibandingkan hukuman maut itu. Lagipula kesalahan saya tidak pernah merugikan orang lain, atau bahkan menyebabkan maut kepada orang lain. Bukankah mata ganti mata dan gigi ganti gigi sudah lebih dari cukup? Masakan Dia tidak bisa mengampuni saya begitu saja? Bukankah Dia Tuhan tidak ada urusannya dengan saya? Lagipula saya pun lahir bukan karena kemauan saya, kenapa saya harus dituntut begitu rupa?
Ya, ke-Maha Suci-an Tuhan menuntut hukum begitu rupa kepada semua manusia. Jika standar Tuhan direndahkan, bayangkan apa yang terjadi dengan dosa yang lebih besar. Lagipula Dia bukanlah Tuhan jika Hukum-Nya tidak sempurna, jika Hukum-Nya tidak menuntut begitu rupa. Dia Tuhan yang kudus, kita cuma dari tanah liat. Adam pun harus ditutupi dengan kemuliaan-Nya di taman Eden sebelum dia jatuh dalam dosa. Waktu mereka mengetahui bahwa mereka telanjang, kemuliaan itu telah hilang karena dosa. Kejadian 3:7. Dia memang Maha Pengasih, tapi tidaklah mungkin bagi-Nya melakukan sesuatu yang bertentangan dengan diri-Nya. Semuanya harus berjalan tanpa bertentangan kan. Atau adakah ayah disini yang karena kasihnya tidak akan mendisiplin anaknya jika anaknya berbuat salah? Apakah memang betul “membiarkan” adalah kasih?
Justru karena situasi diatas, Allah memberi Anak-Nya untuk kita. Yesus Kristus. Yesus telah menjadi bukti kasih Tuhan bagi kita dan keadilan Tuhan. Salib menyatakan dua hal tersebut dengan kuat sekali. Kematian Yesus adalah kasih Tuhan untuk kita bahwa Dia tidak menghukum kita untuk dosa dosa kita tapi menghukum Anak-Nya sendiri. Dia tidak memaku kita di Salib tapi justru Anak-Nya sendiri yang dipaku-Nya. Diatas Salib, Dia menegakkan keadilan dengan menjadikan Dia yang tidak mengenal dosa sebagai dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. 2 Korintus 5:21. Sekarang, jika Yesus telah diberikan untuk keselamatan kita, mengapa kita tetap menolak-Nya? Kita tahu kan bahwa kita butuh ditolong?
Yesus adalah korban yang sempurna. Kalau bukan Dia, siapa lagi yang bisa menolong kita? Bukankah hanya kita manusia yang berhadapan dengan Tuhan si Pencipta yang MahaKudus? Setan? Bukankah justru dia yang berusaha membinasakan kita? Bagaimana kalau malaikat? Bukankah mereka justru di pihak Tuhan, mereka diciptakan untuk melayani Dia yang kita hadapi? Sesama manusia yang lain? Adakah yang bisa menolong kita diantara kita sendiri? Manusia yang suci? Adakah yang bisa menjadi suci begitu rupa jika semua kita telah kehilangan kemuliaan Allah? Jika semua kita telah menjadi cacat karena dosa kita? Suka atau tidak, Yesus adalah satu-satu nya Jalan kepada Allah. Dia adalah korban yang sempurna. Ya, Dia adalah manusia sama seperti kita karena Dia lahir dari perempuan. Bukan makhluk yang turun dari langit atau alien. Tapi Dia bukan dari turunan Adam. Maria mengandung-Nya oleh kuasa Roh Kudus, bukan hasil hubungan dengan Yusuf. Lukas 1:35, Matius 1:25. Jadi Dia adalah manusia seperti kita tapi jenis yang baru, jenis yang tidak mempunyai cacat dosa bawaan seperti kita. Dia adalah Adam yang baru. Keberadaan-Nya sempurna. Perbuatan-Nya juga sempurna, Dia hidup sempurna tanpa cacat cela. Dia tidak membatalkan hukum Taurat tapi justru menggenapinya. Roma 3:23 tidak berlaku atas-Nya bahkan maut tidak berlaku atas-Nya, Roma 6:23. Tapi karena kejahatan kita, Dia dipaku diatas kayu salib. Dan mati sebagai korban penebus salah bagi kita semua.
Uniknya, Dia adalah Tuhan sejak awal. Oleh Dia semua diciptakan, Yohanes 1:1-4. Dia adalah perkataan Tuhan itu sendiri, bersama-sama dengan Bapa sejak mulanya. Dia adalah Tuhan sendiri. Hebatnya, Dia mau turun menjadi manusia sama seperti kita, Filipi 2:6-8. Ke-Maha Kuasa-an-Nya ditunjukkan bukan karena Dia sanggup mengerjakan segala sesuatu tapi karena Dia mau memberikan segala sesuatu termasuk diri-Nya sendiri. Siapakah kita ini yang demikian diinginkan Dia sampai Dia rela turun ke dunia, menjadi sama seperti kita dan taat sampai mati di kayu Salib demi menebus kita? Masihkah kita menolak Dia?
Salib telah menjadi tujuan Dia sejak awal. Dia tidak berusaha menjadi orang paling kuat didunia ini sekalipun Dia MahaKuasa. Dia tidak berusaha menjadi orang paling pandai dengan semua gelar yang bisa diraih-Nya. Bukankah Dia adalah Hikmat Tuhan sendiri? Dia tidak berusaha menjadi orang paling kaya sekalipun Dia yang memiliki langit dan bumi. Tapi Salib lah tujuan utama kehidupan-Nya. Dia datang untuk menegakkan keadilan Tuhan dengan mempersembahkan darah-Nya sendiri untuk menghapus dosa. Dan Dia mau melakukannya supaya jangan kita yang dihukum. Mungkin ada yang berpikir seperti ini, betapa bodoh-Nya Dia menciptakan sesuatu yang demikian pelik hingga Ia sendiri yang harus menanggung-Nya. Apakah hukum-Nya yang anda maksudkan? Bahwa Dia membuat Hukum yang mengakibatkan Dia sendiri mati? Bukan, dosa sudah ada sebelum Hukum Tuhan diberikan. Kesucian-Nya? Bukan, tapi justru kita manusia itu sendiri yang diciptakan begitu rupa sehingga menyebabkan Dia sendiri mati digantung, ya karena kita sendiri. Kita tidak mengenal-Nya, Yohanes 1:10-11.
Jika demikian rumit apa yang telah terjadi, mengapa Tuhan menciptakan kita? Mengapa Dia sangat menginginkan kita kembali? Coba bayangkan jika Dia tidak menginginkan kita kembali? Bayangkan jika Yesus tidak mau menjadi korban bagi kita? Bagaimana nasib kita kira-kira pada akhirnya? Coba renungkan semua pertanyaan ini.
Maukah engkau menerima Dia, Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan Juruselamat mu pribadi? Jika ya, naikkan doa ini kepada-Nya: Tuhan, aku datang kepada-Mu. Terima kasih karena Engkau telah mati bagiku diatas kayu salib. Terima kasih karena Engkau telah menjadi korban pendamaian dosa-dosaku dan terima kasih Engkau telah bangkit pada hari ketiga untuk membenarkan aku. Aku berbalik pada-Mu sekarang, bertobat dari hidupku yang lama. Biar rohku dilahirkan kembali sekarang karena Engkau sekarang adalah Tuhan dan Juruselamatku. Masuklah dalam hati dan hidupku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatku. Amin.
Vin
Great message… The only message that matters in life.
admin
Ha ha, a month with Yimmy had caused you to be able to understand Indonesian now!!