Part 1 – Part 2
Cuma banyak disayangkan bahwa karena gengsi, banyak dari kita kemudian tidak menjadi produktif. Akhirnya kita lebih membawa malu kepada diri kita sendiri dan nama Tuhan yang dilekatkan pada kita, hanya karena kita disebut pelayan-Nya. Bukankah Paulus berkata, jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. 2 Tesalonika 3:10, ayat 11 dan 12 berkata bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri.
Photo above is courtesy of the Museum of Church History and Art, Walter Rane: "In Remembrance of Me"
Perhatikan perkataan Paulus disini dalam 1 Tesalonika 4:11-12, dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu, sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada mereka.
Jangan malas!
Banyak kali kita menganggap bahwa menjadi menjadi murid Tuhan, kita harus meninggalkan pekerjaan kita. Ya jika kita tidak punya waktu lagi selain bekerja melayani Dia. Tapi jika tidak, kenapa tidak? Tapi kita justru sering menganggap jika bekerja kembali, kita telah berdosa dan meninggalkan Dia. Apalagi jika kita tidak punya modal atau skill untuk bekerja dengan baik di paruh waktu. Jika demikian mengapa kita tidak berdoa saja yang lebih banyak atau lebih lama? Doa untuk waktu sejam seringkali telah dianggap cukup oleh banyak dari mereka yang menyebut diri sebagai murid Tuhan. Kita menganggap telah melakukan perkataan Yesus, Matius 26:40, tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?
Padahal dalam konteks Matius 26 itu, Tuhan sedang bergumul begitu rupa hendak menghadapi salib. Peluh-Nya menjadi seperti darah, Lukas 22:44. Dia bergumul lama di taman Getshemani, Matius 26:36. Dia akhirnya menyerah pada kehendak-Nya, Lukas 22:42. Doa dan pergumulan Tuhan ini, terjadi dalam 3 jam berturut-turut. Matius 26:39-41, untuk yang pertama. Ayat 42-43, Tuhan pergi berdoa untuk kedua kalinya. Dan ayat 44, Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga.
Jika Tuhan memberi contoh demikian, mengapa kita sebagai murid-Nya tidak berdoa lebih banyak, lebih dari sekali (satu jam) dipagi hari? Atau berdoa lebih lama bahkan, lebih dari satu jam dalam sekali berdoa? Doa kita dipagi hari, doa selama satu jam, banyak kali dianggap sudah cukup. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa berdoa selama satu jam bukanlah pekerjaan mudah. Berapa banyak permintaan yang harus saya naikkan, pikir kita. Belum lagi ngantuk yang dilawan untuk bangun pagi. Tapi bagaimana jika kita memakai waktu-waktu luang kita di siang hari, jam 9 pagi sampai jam 3 sore, Senin sampai Jumat, untuk berdoa? Bukan hal yang mudah memang, bahkan hampir mustahil. Tapi bukankah banyak doa banyak berkat, sedikit doa sedikit berkat. Suatu ungkapan oleh seorang almarhum pendeta senior yang dikenal berdoa selama 8 jam setiap hari.
Tapi coba pikirkan ini, mungkin itu sebabnya banyak kehidupan pelayan Tuhan yang tidak produktif sama sekali. Terlalu banyak waktu yang kita miliki berlalu tanpa kegiatan yang produktif sama sekali, parahnya lagi kita memakai waktu-waktu itu untuk tidur lebih banyak! Ketika semua yang lain sibuk bekerja, mereka yang menyebut diri mereka pelayan gereja, justru tidur! Jangan heran kalau banyak dari kita yang miskin. Pergilah bekerja atau berdoa.
Berdoa
Perhatikan kehidupan doa Tuhan Yesus, Ia sering sekali berdoa.
Ketika Ia dibaptis, Ia berdoa, Lukas 3:21. Sebelum memanggil murid-murid-Nya Tuhan barusan saja selesai berdoa dan puasa, Matius 4. Sebelum jalan diatas air, Ia berdoa semalaman, Markus 6:46. Sebelum Ia membangkitkan Lazarus, Ia berdoa, Yohanes 11:41-42. Sebelum Ia memecahkan roti untuk orang banyak, Ia berdoa. Sebelum Tuhan naik ke Salib, Ia bergumul lama di taman Getshemani, Matius 26 dan Lukas 22. Ia sering pergi menyendiri untuk berdoa, Lukas 5:16. Ia bangun pagi-pagi untuk berdoa, Markus 1:35.
Belum lagi Ia berdoa yang panjang dalam Yohanes 17 dan mengajar kita berdoa dalam Matius 6:9-13. Bahkan sekarang Ia sedang berdoa untuk anda yang sedang membaca tulisan ini, Roma 8:34 dan Ibrani 5:7, 7:25.
Mengapa kita yang suka menyebut diri kita murid Tuhan, tapi kita jarang sekali berdoa? Jika Ia saja yang berdoa sebelum memilih murid-murid-Nya, masih menemukan ada 1 yang mengkhianati Dia, bayangkan berapa yang akan mengkhianati kita jika kita memilih murid-murid kita tanpa berdoa seperti Dia terlebih dahulu?
Mengapa kita suka menyebut diri kita murid Tuhan, tapi kita tidak menyukai jam-jam doa. Kita selalu menghindari waktu-waktu ini. Mungkin kita bukan murid Tuhan. Padahal panggilan-Nya kepada kita menjadi murid pertama-tama adalah panggilan untuk berdoa, bersekutu dengan Dia dalam hadirat-Nya, bersyafaat. Panggilan untuk mendirikan mezbah dan memanggil nama Tuhan. Panggilan untuk duduk dikaki-Nya seperti Maria belajar dari Firman-Nya.
Bukankah menjadi murid Tuhan berarti mencontoh Diri-Nya yang berdoa?
Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang
Lukas 9:57-58, Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”
Banyak dari kita mau mengikut Dia, seperti orang banyak ini yang berbondong-bondong, jalan mengikuti kemana saja Dia pergi. Tapi mengikuti Dia seringkali diikuti oleh banyak motivasi dan dorongan yang berbeda. Motivasi yang tidak benar, yang tidak kudus. Motivasi yang seringkali hanya untuk kepentingan diri sendiri, mengejar sesuatu yang bukan kehendak Tuhan. Orang banyak yang mengikuti Tuhan mengikuti Dia untuk segala macam alasan yang berbeda. Orang banyak mengikuti Tuhan karena segala macam mujizat dan kelepasan yang dialami mereka. Mereka mau menjadikan Dia Raja mereka, Yohanes 6:15. Mereka mengikut Dia karena bisa mendapatkan makanan gratis, mereka mengikut Dia untuk urusan perut mereka, Yohanes 6:26. Tapi ketika Tuhan menyatakan Siapa Diri-Nya sebenarnya, banyak yang justru meninggalkan Dia, Yohanes 6:66.
Coba kita perhatikan pengikutan kita kepada Dia. Apakah kita terpesona karena mujizat, kesembuhan dan kelepasan yang Dia perbuat bagi kita? Tapi ketika kebenaran Firman Tuhan dinyatakan, salib harus kita pikul, kita tertegun, manjadi segan, menolak bahkan memutuskan tidak mau lagi mengikut Dia. Mungkin kita bukan murid, mungkin kita cuma salah satu dari orang banyak yang berbondong-bondong mengikut Dia. Ah, saya tidak seperti itu, sangkal kita. Tapi coba perhatikan jenis khotbah yang pilih untuk kita dengar. Atau tulisan yang kita mau kita baca. Jika semuanya melulu hanya khotbah tentang berkat, kesaksian bagaimana Tuhan menjawab doa, 5 langkah pelepasan, 7 level financial freedom, dan bukan khotbah yang keras akan salib Tuhan, khotbah yang panjang akan apa arti menderita bagi Dia, bukan kebenaran yang sesungguhnya akan apa arti mengikut Dia. Mungkin kita Cuma orang banyak yang berbondong-bondong mengikut Dia. Ini adalah tipe pertama dari jenis orang yang mengikut Dia.
Tuhan berkata Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Lukas 9:58. Tuhan tidak berbicara bahwa Ia tidak punya bantal dan tempat tidur untuk berbaring, Tuhan berbicara bahwa Ia tidak punya rumah untuk pulang dan beristirahat! Perkataan Tuhan ini diawali dengan serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, ayat 57. Liang dan sarang adalah rumah bagi serigala dan burung di udara. Suatu tempat yang memberi rasa aman dan perlindungan, tempat dimana setiap makhluk hidup bisa terpelihara dan bertumbuh. Tapi mengikut Tuhan, jika yang kita kejar adalah sekedar menjadi aman dan terlindungi, sehat, diberkati serta terpelihara, seperti motivasi dan tujuan orang banyak yang mengikut Dia, Tuhan sedang berkata kepada kita bahwa, hei, ada harga besar dan mahal yang harus kamu bayar untuk mengikut Aku. Jangan terfokus pada segala hal fana akan kesuksesan dan keberhasilan dunia ini, akan menjadi mapan dan terpelihara. Tinggalkan semuanya itu untuk ikut Aku!
Maukah anda meninggalkan semuanya itu untuk mengikut Dia? Maukah anda seperti Tuhan yang berjalan keliling melayani kebutuhan orang banyak, menjadi jawaban atas semua keperluan mereka lebih dahulu? Tapi untuk anda sendiri, anda harus meninggalkan semua kebutuhan anda, menyerahkannya kepada Dia untuk memelihara anda, nanti. Jika Tuhan sadar sepenuhnya bahwa Ia bahkan tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya, mengapa kita menganggap bahwa kita harus diperhatikan lebih dahulu dalam mengikuti Dia sebagai murid? Menjadi murid Dia punya harga yang sangat mahal untuk dibayar, karena yang pertama harus ditinggalkan sebenarnya bukanlah pekerjaan jasmani kita, tapi diri kita sendiri dengan segala kepentingannya.
Biarlah orang mati menguburkan orang mati
Lukas 9:59-60, Lalu Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.”
Jika ayat ini dibaca begitu saja, perkataan Tuhan kedengaran sangat keras dan tidak sopan. Sepertinya Dia sedang mengajarkan perkara-perkara yang melawan dan tidak menghormati orang tua, ayah dan ibu kita. Tapi dalam terjemahan dan konteks yang sebenarnya, ayat-ayat ini berbunyi demikian.
Lukas 9:59-60, Yesus kemudian berpaling ke yang lain dan berkata, “Ayo jadilah muridku.” Orang itu menjawab, “Suatu hari nanti aku akan melakukannya, Tuhan, izinkan aku terlebih dahulu untuk memenuhi tugasku sebagai anak yang baik dan menunggu sampai ayahku meninggal.” Yesus berkata kepadanya, “Jangan menunggu sampai ayahmu tiada. Biarlah mereka yang sudah mati menunggu kematian itu. Tetapi kamu, pergilah dan proklamirkan kemana-mana bahwa kerajaan Tuhan telah tiba. “
Banyak kita bereaksi seperti orang ini, dalam ayat 59. Suatu hari nanti aku akan melakukannya, Tuhan. Suatu hari nanti, Tuhan. Aku masih harus menjadi anak yang baik mengurus orang tua ku. Aku masih harus menjadi suami dan ayah yang baik mengurus keluargaku. Aku baru saja menikah. Aku masih harus sekolah sampai selesai, ada gelar yang harus kupunya. Aku masih meniti pekerjaaan dan karirku, nanti ketika aku sukses. Atau waktu aku pensiun, nanti. Suatu waktu, Tuhan. Ya, banyak kita mau melayani Tuhan, kata mulut kita. Tapi hati kita tidak pernah menyetujui hal tersebut, ada banyak hal yang bagi kita tidak mau kita tinggalkan. Ada banyak perkara lain yang masih mau kita kejar. Suatu waktu saja nanti, tidak sekarang.
Tuhan berkata bagi semua mereka yang seperti ini, jangan menunggu sampai ayahmu tiada. Biarlah mereka yang sudah mati menunggu kematian itu. Tetapi kamu, pergilah dan proklamirkan kemana-mana bahwa kerajaan Tuhan telah tiba. Jangan menunggu, jangan menunda panggilan Tuhan. Memang ada harga yang harus dibayar mengikut Tuhan, dan harga itu mahal. Tapi jauh lebih baik daripada suatu penyesalan yang selalu datang terlambat. Jika kita menjadi sakit, hampir mati, kita akan menemukan kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk Tuhan. Dan dalam keadaan seperti itu, penyesalan tentang tidak segera menjawab panggilan Tuhan akan datang dan air mata itu tidak ada gunanya sama sekali. Sebab jika akhirnya kita mati dan tidak sembuh dari sakit itu, kita akan kembali kepada-Nya tapi tidak akan menerima upah atau bahkan mahkota yang seharusnya kita bisa terima jika kita mau menjawab panggilan-Nya. Jangan menunggu, biarkan yang mati mengurus yang sudah mati itu. Biarkan mereka yang mati, mati rohani karena tidak mengerti arti panggilan Tuhan, buta akan perkara-perkara diatas, tumpul ketajaman mereka akan segala hal-hal ilahi dari Tuhan, (mereka yang) cuma mengejar segala perkara fana ini, yang pada akhirnya akan mati binasa juga, biarkan mereka semua yang mati itu mengurusi kematian (hidup yang tanpa Tuhan) itu sendiri. Jangan menunggu mereka, tapi pergilah menjawab panggilan Tuhan. Beritakan kabar baik itu, Kerajaan Tuhan sudah datang!
Tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.
Lukas 9:61-62, Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”