Tidak banyak dari kita menyadari bahwa keluhan yang suka keluar dari mulut kita adalah kesalahan besar yang bisa mengakibatkan kita “dibunuh Tuhan”. Mungkin tidak benar-benar sampai mati betulan, tapi paling tidak kita bisa mengalami kesialan besar, kesialan yang tidak perlu sama sekali. Ya, kita suka berpikir bahwa hanya dosa seperti membunuh, merampok, memperkosa dan segala macam perkara seperti itu yang masuk dalam kategori mematikan, kita lupa bahwa keluh-kesah kita dianggap dosa oleh Tuhan. Ingatlah bahwa apa yang keluar dari mulut kita bisa membawa entah kehidupan atau kematian. Bukankah benar peribahasa ini, mulutmu adalah harimaumu?
1 Korintus 10:11 berkata, semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba. Semuanya ini adalah perkara-perkara yang terjadi dalam beberapa ayat sebelumnya.
1 Korintus 10:6-10, Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: “Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.” Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
Jadi bukan hanya penyembah berhala dan yang cabul yang dibenci Tuhan dalam 5 ayat diatas tapi juga sikap hati yang suka mengeluh, menggerutu, bersungut-sungut. Semuanya itu adalah mencobai Tuhan. Kata malaikat maut di ayat 10 bagian terakhir ini adalah kata yang sama yang menunjuk pada malaikat maut yang membunuh semua anak sulung orang Mesir ketika tulah terakhir ditimpakan pada mereka. Kita tidak mau kan karena keluhan kita, kita dilawat malaikat yang sama yang membunuh anak-anak sulung Mesir.
Ya, mereka yang dimaksudkan disini adalah bangsa Israel yang dibawa Tuhan keluar dari Mesir menuju Kanaan. Ini dijelaskan dalam ayat 1-5, 1 Korintus 10. Betul bahwa Tuhan hanya membutuhkan 10 tulah untuk mengeluarkan Israel dari Mesir. Tapi Ia perlu 40 tahun mengeluarkan Mesir dari hati mereka, dan pada akhirnya Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun. 1 Korintus 10:5. Tragis memang.
Benar kata Yesus sendiri bahwa yang menajiskan kita itu adalah apa yang keluar dari mulut kita, bukan apa yang masuk ke dalam perut kita, Matius 15:11. Kita sibuk menjaga diet kita demi tubuh yang sehat, kita lupa bahwa kita sering mengutuki hidup kita karena kita tidak diet dengan perkataan yang keluar dari mulut kita. Ini bukan sekedar berhenti dari kebiasaan suka ber-sumpah serapah atau selalu perlu berkata-kata positif, tapi ini masalah bagaimana kita menjaga hati kita benar dihadapan Dia.
Yeremia 17:9-10, Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.”
Bilangan 14:20-23 menjelaskan kepada kita apa yang dimaksud Paulus dalam 1 Korintus 10 ini. Berfirmanlah TUHAN: “Aku mengampuninya sesuai dengan permintaanmu. Hanya, demi Aku yang hidup dan kemuliaan TUHAN memenuhi seluruh bumi: Semua orang yang telah melihat kemuliaan-Ku dan tanda-tanda mujizat yang Kuperbuat di Mesir dan di padang gurun, namun telah sepuluh kali mencobai Aku dan tidak mau mendengarkan suara-Ku, pastilah tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka! Semua yang menista Aku ini tidak akan melihatnya.
Dalam ayat 13-19, Musa mencoba melunakkan hati Tuhan yang bangkit murkanya terhadap Israel dalam ayat 11-12 disebabkan karena pemberontakan bangsa Israel dalam ayat 10. Mereka hendak melempari Yosua dan Kaleb dengan batu disebabkan karena kedua orang ini sangat mempercayai bahwa negeri yang Tuhan janjikan baik adanya dan Tuhan pasti akan menolong mereka menaklukkan negeri Kanaan itu sekalipun ada banyak raksasa didalamnya, ayat 5-9.
Pemberontakan ini dimulai karena sungut-sungut yang keluar di Bilangan 14:1-2. Ya, gerutu dan keluhan yang keluar setelah mereka mendengar laporan 10 pengintai atau mata-mata Israel di pasal 13, ketika mereka pulang dari memata-matai negeri Kanaan. Mungkin itu sebabnya memang lebih baik spy business tetap tinggal sebagai hal yang rahasia khususnya dari masyarakat umum.
Bilangan 14:1-2 adalah keluhan mereka yang ke-10, seperti yang Tuhan katakan dalam ayat 22, namun telah sepuluh kali mencobai Aku.. . Perhatikan 10 daftar keluh kesah mereka ini.
PERTAMA, salah belok?
Keluaran 14:10-12, Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN, dan mereka berkata kepada Musa: “Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini.” Mungkin kita bisa memahami ketakutan mereka ketika Firaun dengan pasukannya mendekat dengan cepat kepada perkemahan Israel yang sekarang terjepit karena berada ditepian Laut Merah. Ya, Israel saat itu baru saja keluar dari Mesir dan sedang menuju ke tanah Kanaan. Dan sekarang mereka menemukan diri mereka yang terjepit antara pasukan Firaun di satu sisi dengan Laut Merah yang terbentang luas disisi yang lain.
Pertanyaannya adalah mengapa mereka harus berkata-kata seperti ini, ayat 11-12.
Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini.
Bukankah seruan, Tuhan tolong kami! sudah cukup? Coba perhatikan apa yang terjadi ayat 1 dari Keluaran 14. Berfirmanlah TUHAN kepada Musa, demikian: “Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka balik kembali dan berkemah di depan Pi-Hahirot, antara Migdol dan laut; tepat di depan Baal-Zefon berkemahlah kamu, di tepi laut. Kemungkinan besar yang terjadi disini adalah bangsa Israel tidak memahami bahwa ketika mereka berbelok (bukan langsung menuju ke tanah Negeb di selatan Kanaan dan naik ke utara setelah itu seperti Abraham dalam Kejadian 13 setelah ia balik dari Mesir), bahwa mereka berbelok oleh kehendak Tuhan seperti yang disebutkan dalam ayat 1 ini. Tuhan berfirman kepada Musa, bukan kepada seluruh Israel langsung. Jadi perkataan mereka dalam ayat 11-12 sudah dimulai dengan gerutu dan keluh-kesah ketika menemukan mereka harus berbalik kembali dan bukan langsung keluar dari Mesir.
Lho? Kok belok? Ini salah jalan kan? Katanya Musa dengar suara Tuhan, kok ia memimpin kita justru kesini, bukannya harus ke..? Dan segala macam gerutu dan keluh kesah lainnya.
Ya, tidak mudah memang mengikuti tuntunan Tuhan dihidup ini. Jalan yang diambil-Nya bagi kita banyak kali bertentangan dengan yang seharusnya kita pikir. Kita selalu tertarik untuk sampai ditujuan segera, fokus kita adalah akhir dari perjalanan itu. Kita tidak mau buang-buang waktu. Tapi Tuhan lebih tertarik pada setiap hari di perjalanan itu, bukan akhirnya. Ia lebih fokus pada proses daripada tujuan akhir. Seandainya saja Keluaran 14:1 diberitahukan lebih dulu kepada umat Israel sebelum mereka sungguh-sungguh berbelok. Ini pikir kita.
Ulangan 8:2, Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak. Ini adalah kesimpulan apa yang terjadi sejak mereka keluar dari Mesir. Bahkan dengan beberapa ayat berikutnya dalam Ulangan 8 ini, Tuhan bermaksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak. Pertanyaannya, maukah kita merendahkan diri, menyelidiki hati kita? Keluh kesah dan gerutu kita menunjukkan sikap hati kita yang menolak proses Tuhan dalam hidup kita.
Seandainya saja Keluaran 14:1 diberitahukan lebih dulu kepada umat Israel sebelum mereka sungguh-sungguh berbelok. Ini pikir kita, tapi pertanyaannya lagi.. jika mereka semua tahu apa maksud Tuhan, maukah mereka ikut? Bukankah mereka justru lebih cepat berontak dan melawan Tuhan, apalagi karena menganggap berbelok itu salah jalan?!
Ketika Ayub dicobai di pasal 1 mulai ayat 13, ia tidak tahu akan ada nya percakapan Tuhan dan si Iblis sebelumnya dalam ayat 6-12. Bahkan 6 ayat pertama di pasal 2 menceritakan pada kita apa yang tidak diketahui Ayub ketika kesusahannya bertambah sulit. Kita pasti berpikir seandainya saja ia tahu.
Waktu Tuhan dengan sengaja menunda kedatangannya (ayat 6) ketika ia mendengar kawan dekatnya sedang sekarat dalam Yohanes 11, Ia dengan sengaja membiarkan Maria dan Martha tinggal dalam kegelapan (tanpa informasi dan alasan yang jelas kepada mereka), bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Ya, iman punya pengertian bahwa mempercayai Dia ditempat yang gelap. Karena jika semuanya terang benderang, itu bukan lagi iman.
Lagipula, maukah anda mengalami dibangkitkan dari kematian seperti Lazarus? Bukan hanya sembuh dari sakit penyakit? Maukah anda menerima berkat 2 kali ganda seperti Ayub, atau tetap tinggal dalam berkat 1x saja seperti sebelum dia dicobai? Maukah anda berjalan melewati dasar laut yang kering dengan air laut yang menjadi tembok kiri dan kanan seperti orang Israel yang mengalami kedahsyatan Tuhan yang luar biasa itu? Kalau iya, tutup mulut anda dan berhenti menggerutu. Jalan terus dan percayalah kepada-Nya walau rasanya kita seperti berjalan ditengah malam buta! Ingat, kita tidak harus tahu semuanya lebih dahulu, itu bukan iman. Dan jangan membiarkan diri kita yang bertanya-tanya menghentikan langkah iman yang harus kita ambil. Iman yang luarbiasa hanya lahir melalui pergumulan yang hebat!
KEDUA, air pahit?
Keluaran 15:22-24, Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air. Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara. Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: “Apakah yang akan kami minum?”
Bersungut-sungut kembali. Padahal mereka baru saja mengalami kedahsyatan Tuhan yang membawa mereka melalui tembok-tembok air, Laut Merah yang terbelah dua. Ayat 21 sebelumnya, baru saja Miryam selesai memuji Tuhan yang menyelamatkan mereka. Ya, hati yang suka mengeluh seperti mata air yang pahit ini. Sumber yang menghasilkan kepahitan. Musa mengambil sepotong kayu dan dilemparkan kedalam air itu mengubah air itu menjadi manis, ayat 25.
Kata Ibrani yang dipakai pada sepotong kayu itu bukan menunjuk pada sebatang ranting pohon, tapi seperti sebuah balok kayu besar. Seperti sebuah pohon sendiri, batangnya, balok kayu besar yang dipakai Musa. Seperti Yesus yang memikul balok kayu salib yang besar itu menuju Golgota. Di Salib itu Tuhan mengubah hidup kita yang pahit menjadi manis.
KETIGA, perut lapar?
Keluaran 16:1-3, Di padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaah Israel kepada Musa dan Harun; dan berkata kepada mereka: “Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan.”
Di pasal ini kita mulai menemukan manna, roti yang turun dari Surga kata orang banyak dalam Yohanes 6:31. Menariknya bahwa seperti orang Israel kita cepat sekali berbangga akan suatu mujizat yang hebat seperti ini, kita lupa bahwa ini terjadi bukan karena suatu doa yang hebat yang naik kepada Tuhan tapi justru karena keluh kesah nenek moyang mereka sendiri. Dan kebanggaan itu tidak akan mengubah hati yang jahat yang mereka warisi dari nenek moyang mereka yang suka mengeluh, orang banyak ini juga akhirnya meninggalkan Tuhan karena tersinggung akan perkataan Tuhan yang keras! Yohanes 6:66.
Kembali pada Ulangan 8:2, Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak. Ayat 3 khususnya berkata tentang hal ini, Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.
Apa hati dan siapa kita sebenarnya sangat nyata ketika perut kita lapar. Banyak yang bahkan tidak bisa berpura-pura tenang, menyembunyikan rasa marah ketika lapar. Memang betul, hungry sangat dekat dengan angry.
KEEMPAT, tidak bersyukur?
Keluaran 16:19-20, Musa berkata kepada mereka: “Seorangpun tidak boleh meninggalkan dari padanya sampai pagi.” Tetapi ada yang tidak mendengarkan Musa dan meninggalkan dari padanya sampai pagi, lalu berulat dan berbau busuk. Maka Musa menjadi marah kepada mereka.
Memang tidak disebutkan apa mereka disini bersungut-sungut atau tidak. Tapi tindakan mereka tidak menghabiskan apa yang Tuhan sudah sediakan bagi mereka menunjukkan sikap hati yang tidak mensyukuri apa yang mereka telah terima sebagai penyediaan Tuhan dipadang gurun. Ya, ucapan syukur kita dalam doa makan seringkali hanyalah ucapan bibir belaka. Bagaimana sikap kita menghadapi makanan didepan kita menunjukkan hati yang sebenarnya. Saya sedang tidak berkata bahwa kita harus tetap menghabiskan makanan kita walau kita tidak menyukainya. Tapi banyak kali kita tidak mau mengerti bagaimana situasi yang sedang kita lalui, proses yang sedang kita jalani, kita hanya selalu mengeluh dan berharap untuk punya yang lebih senantiasa. Kita tidak bisa mensyukuri keadaan sekarang yang sedang kita lalui. Ini bukan menunjukkan Tuhan tidak bisa memelihara kita, ini menunjukkan betapa jahat hati kita. Keluhan menunjukkan wajah batin dan hati kita yang jelek begitu rupa.
KELIMA, tidak dengar-dengaran?
Keluaran 16:27-30, Tetapi ketika pada hari ketujuh ada dari bangsa itu yang keluar memungutnya, tidaklah mereka mendapatnya. Sebab itu TUHAN berfirman kepada Musa: “Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti segala perintah-Ku dan hukum-Ku? Perhatikanlah, TUHAN telah memberikan sabat itu kepadamu; itulah sebabnya pada hari keenam Ia memberikan kepadamu roti untuk dua hari. Tinggallah kamu di tempatmu masing-masing, seorangpun tidak boleh keluar dari tempatnya pada hari ketujuh itu.” Lalu beristirahatlah bangsa itu pada hari ketujuh.
Apa yang terjadi disini adalah umat Israel tetap membangkang dan melawan perintah Tuhan. Mereka tetap pergi keluar dihari ke-7 untuk memungut manna dipagi hari, tapi tidak mendapatkan apa-apa. Tuhan sendiri mulai kesal dengan sikap mereka ini, Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti segala perintah-Ku dan hukum-Ku?
Ketika Israel mulai mengeluh pertama kali kepada Tuhan dalam Keluaran 14:11, Tuhan masih bisa memakluminya. Tapi keluhan kedua mulai dibalas Tuhan dengan peringatan dalam ayat 26 Keluaran 15, firman-Nya: “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau.”
Disini, keluhan mereka yang ke-5, Tuhan mulai sungguh-sungguh tidak suka.