Yohanes 11:43, Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: “Lazarus, marilah ke luar!
Yohanes 11 dimulai dengan pernyataan bahwa Lazarus sedang sakit, seorang yang tinggal dikampung Betania (Bethany), tempat tinggal Maria dan Marta. Bahkan dalam ayat selanjutnya disebutkan bahwa ia adalah saudara laki-laki mereka (ayat 3). Mereka berdua ini yang mengirim kabar ke Tuhan bahwa Lazarus yang Engkau kasihi sakit. Yang Engkau kasihi, Injil Yohanes memakai kata phileō, kata yang berarti kasih diantara sahabat. Mereka meminta Tuhan segera datang menolong Lazarus, sahabat-Nya.
Kisah ini menceritakan bagaimana Tuhan berkuasa membangkitkan seseorang yang telah mati, walau ia sudah 4 hari dalam kubur. Namun kisah yang adalah mujizat ke-7 dalam Injil Yohanes bukanlah satu-satunya kisah Tuhan membangkitkan orang mati. Markus 5:35-42, menceritakan bagaimana putri Jairus, kepala rumah ibadat orang Yahudi, synagoge, dibangkitkan Tuhan. Lukas 7:11-16 juga menunjukkan bagaimana Tuhan membangkitkan anak seorang janda di Nain. Bagi Tuhan tidak ada yang pernah mustahil, tidak ada Firman-Nya tanpa kuasa dan tidak ada Firman-Nya yang tidak mungkin bisa digenapi, Lukas 1:37 Amplified Bible.
Waktu Tuhan
Tapi Tuhan tidak segera datang ketika Ia mendengar kabar tentang Lazarus ini, Ia malah tinggal 2 hari lebih lama, Yohanes 11:6. Padahal jarak yang harus ditempuh ke Betania sangat jauh. Tuhan bukan ada di Yerusalem, Yohanes 11:18, tapi diseberang Yordan, ditempat Yohanes membaptis, Yohanes 10:40. Ketika Ia tiba, Lazarus sudah 4 hari dalam kubur, Yohanes 11:39. Lazarus yang sudah dikubur ini pasti sudah mengeluarkan bau menyengat. Kisah ini memang berbeda dengan 2 kisah Tuhan membangkitkan orang mati di Injil Synoptik (Matius, Markus, Lukas). Janda di Nain itu, Lukas 7:12, menunjukkan bahwa anaknya sedang diusung keluar untuk dikubur. Tuhan berpapasan dengan mereka. Anak Yairus, Markus 5:35-36, barusan saja meninggal karena sakitnya. Kisah Lazarus yang cuma ditulis di Injil Yohanes, tidak di Injil Matius atau Markus dan Lukas, menunjukkan bagaimana kuasa Tuhan yang tetap sanggup membangkitkan orang mati bahkan jika dikubur 4 hari lamanya!
Ayat 4 berkata, Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan. Dalam banyak terjemahan Inggris, disebutkan bahwa penyakit itu tidak akan berakhir dengan kematian. Artinya kisah Lazarus dalam Yohanes 11 tidak akan berakhir dengan kematian, tapi dengan dimuliakan-Nya Tuhan. Jadi memang Tuhan tidak menyebutkan bahwa Lazarus tidak akan mati pada akhirnya, tetapi melalui kematian-nya Tuhan akan mendemonstrasikan kuasa-Nya berkuasa atas maut sekalipun. Makanya Tuhan kemudian tinggal 2 hari lebih lama, ayat 6. Dalam ayat 5, disebutkan bahwa Ia mengasihi mereka, Maria, Marta dan Lazarus. Kata kasih yang dipakai disini adalah agapaō, bukan phileō, kata yang menunjuk pada kasih Tuhan yang tidak bersyarat, tanpa batas, kasih yang terus memberi. Kasih yang diatas segala kasih yang lain, phileō (sahabat) dan erōs (kekasih). Banyak kita sukar memahami agapaō, hanya karena kita selalu melihatnya sebagai hal yang menguntungkan kita. Sehingga banyak dari kita mempertanyakan, jika Ia mengasihi mereka (kita), Yohanes 11:5, mengapa Ia justru tinggal lebih lama? Mengapa Tuhan menunda? Yohanes 11:6. Memang obyek dari kasih Tuhan adalah kita, kita yang menerima dan menikmati kasih-Nya. Tapi agapaō, juga menunjuk bahwa Tuhan dan kehendak-Nya adalah yang pertama harus dikerjakan, yang menjadi prioritas. Dengan kata lain, Ia adalah yang nomor satu diatas segala-galanya. Bukan diri kita, bukan kepentingan dan kehendak kita. Ya, Tuhan mengasihi kita, Tuhan agapaō kepada kita. Tapi bukan berarti kita kemudian menjadi lebih utama dari diri-Nya dan kehendak-Nya, apapun alasannya! Bahkan tidak sekalipun itu adalah suatu keadaan yang sangat mendesak. Tuhan sedang akan menunjukkan kuasa-Nya yang lebih luarbiasa, itu sebabnya Ia dengan sengaja tinggal 2 hari lebih lama. Tapi, percaya saja!
Tuhan juga tertahan ketika Ia bergegas ke rumah Yairus, disebabkan karena ada seorang perempuan menjamah ujung jubah Tuhan, bukan ujung pakaian (baju) Tuhan, tapi ujung kain yang dipakai Tuhan untuk berdoa. Jubah-Nya. Dan karenanya Tuhan terlambat! Percaya saja! Markus 5:36, Lukas 8:50, demikian kata Yesus kepada Yairus. Harapan Yairus bangkit kembali setelah sebelumnya ia sempat shock mendengar kabar yang menyebutkan, anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru? Markus 5:35. Mungkin pikirnya sebelumnya, ah mengapa Tuhan repot mengurusi hal ini (si perempuan pendarahan). Harusnya Ia tahu kan bahwa ada orang banyak yang ikut dan berdesakan bersama, guman dia, seperti kata Petrus, Lukas 8:45. Percaya saja! Harapan Yairus bangkit kembali.
Waktu Tuhan berbeda dengan waktu kita. Banyak dari kita suka berpikir akan 3 cara atau 3 metode untuk menemukan jawaban doa kita dalam Matius 7:7. Mintalah, carilah, ketoklah. Padahal ini lebih menunjuk kepada level pertumbuhan kita sebagai anak-anak Tuhan dalam doa. 1 Yaohanes 2:12-14.
- Jika kita masih anak-anak, kita akan meminta.
- Sebagai orang muda, kita mencari.
- Dan sebagai seorang yang dewasa didalam Tuhan, kita mengetok.
Sebab seorang yang dewasa didalam Tuhan dan dalam Firman-Nya mengerti bahwa tidak ada yang pernah mustahil bagi Tuhan, tapi ia tahu bahwa ia harus menunggu waktu Tuhan. Menunggu waktu yang lebih baik, waktu yang lebih tepat, lebih dari sekedar waktunya sendiri yang sedang mendesaknya begitu rupa. Ia harus belajar mempercayai bahwa jalan dan rencana Tuhan lebih baik dari jalan dan rencananya. Ia tahu Ia sedang mengetok dalam doa, dan sebagai orang dewasa ia menunggu Tuhan disisi yang satu untuk membuka pintu bagi doanya. Ia tidak akan marah kapanpun Tuhan menjawab doanya.
Pernyataan akan Tuhan tidak pernah terlambat suka digaungkan lebih hanya untuk menyenangkan telinga kita sebagai manusia yang selalu merasa kita perlu dikasihi dan ditolong tepat waktu. Mereka yang menyebutkan ini seringkali menyebutkannya tanpa pemahaman yang benar akan kehendak dan rencana Tuhan. Lebih tepat sebenarnya jika disebutkan Tuhan menolong pada waktu yang tepat. Sebab perkataan waktu yang terlambat hanya ada pada pengertian kita sebagai manusia. Kita mengukur waktu menurut kepentingan dan keuntungan kita. Dan banyak kali kita mengerti bahwa jika waktu-waktu yang telah ditentukan itu dilewati, kita tidak lagi punya kuasa dan kekuatan untuk membalik keadaan yang terlambat itu. Kita lupa bahwa Tuhan ada diluar waktu kita sebagai manusia. Kuasa-Nya tidak ada batasnya dan tidak bisa dibatasi.
Lebih jauh, kita juga tidak suka akan perubahan, kita mau keadaan yang tetap sama. Padahal waktunya sudah lewat, musim yang baru sudah tiba. Persis seperti Pengkhotbah 3:11, kita tahu bahwa untuk segala sesuatu ada waktunya tapi kita menolak memahami rencana Tuhan. Seandainya Raja Hizkia tidak cengeng (ini kata yang lebih tepat untuk seharusnya dipakai menggambarkan tangisannya saat ia berbalik ke tembok ketika Yesaya datang dan memberitahukan waktu kematiannya telah tiba, 2 Raja-raja 20:2), mungkin Manasye tidak pernah lahir dan Israel tidak pernah dibuang ke Babel pada akhirnya. Jawaban Tuhan yang menambahkan umurnya 15 tahun lagi, 2 Raja-raja 20:6, menjadi kutuk kepada Israel ketika Manasye lahir di tahun ke-3 dalam 15 tahun ini. 2 Raja-raja 21:1. Manasye berbuat jahat begitu rupa, membalikkan semua keadaan yang dikerjakan oleh ayahnya Hizkia, 2 Raja-raja 20-21, dan membuat Israel akhirnya dibuang, Yeremia 15:4. Sekalipun Manasye pada akhirnya berbalik kepada Tuhan, 2 Tawarikh 33:23, tapi tidak terbayangkan kerusakan dan kehancuran yang menimpa Yehuda karenanya. Seandainya saja ia tidak pernah lahir! Jangan menolak waktu Tuhan, sekalipun Ia dengan sengaja menunda dan terlambat datang menolong anda.
Coba pikirkan ini, jika Tuhan tidak terlambat datang ke Betania: mungkinkah kita mempunyai kisah Tuhan membangkitkan Lazarus, atau kita cuma memiliki kisah Tuhan menyembuhkan Lazarus? Berapa dari kita berani membayar harga untuk tantangan yang lebih besar? Bukankah mujizatnya juga bakal lebih hebat?
Marta
Di ayat ke-11, Tuhan kemudian menyadari bahwa Lazarus sudah mati. Dan Ia kemudian memutuskan untuk pergi ke Betania. Ia bersyukur karena Ia tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagi murid-murid-Nya untuk dapat belajar percaya, Yohanes 11:15. Ketidakhadiran Tuhan secara fisik seringkali terasa lebih menakutkan tapi itu selalu merupakan kesempatan untuk belajar percaya. Sama seperti dalam peristiwa Ia berjalan diatas air, murid-murid sebelum itu harus menghadapi angin dan gelombang badai seorang diri tanpa Dia.
Lazarus sudah 4 hari dikubur, ketika Tuhan tiba di Betania, suatu kampung yang berjarak kurang lebih 3 km dari Yerusalem. Rumah mereka penuh dengan orang-orang yang datang berkabung menghibur Maria dan Marta.
Ketika Marta dan Maria menjumpai Tuhan, Alkitab menunjukkan bahwa Maria sujud menyembah Tuhan, Yohanes 11:32, sedangkan Marta tidak. Tapi Marta menjadi yang pertama pergi menjumpai Tuhan segera setelah didengarnya bahwa Tuhan datang, Yohanes 11:20. Maria datang setelah Marta kembali dan membisiki dia bahwa Tuhan memanggilnya, Yohanes 11:28-29.
Menariknya, baik Marta maupun Maria, mengucapkan kata-kata yang sama ketika berjumpa dengan Yesus. Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati, kata Marta dalam Yohanes 11:21. Demikian perkataan Maria dalam ayat 32. Yang membedakan ada pada kata kematian yang digunakan Maria berbeda dengan yang dipakai oleh Marta. Marta menyebutkan kematian dengan thnēskō, suatu bentuk lebih kuat dari thanō yang lebih sederhana. Kata ini berarti mati, atau menjadi mati, dan dijaman sekarang melalui pop-culture, kata ini menjadi sangat populer, Thanos.
Lanjut baca...
Ketika Tuhan menantang Marta untuk percaya bahwa saudaramu akan bangkit, Yohanes 11:23. Marta menjawab dengan iman kepada masa depan, aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman, Yohanes 11:24. Walau sebelumnya ia berkata bahwa Allah akan memberikan kepada Yesus segala sesuatu yang Ia minta kepada-Nya, Yohanes 11:22. Tuhan segera menantang Marta lebih jauh untuk mengenal Diri-Nya lebih dekat melalui iman bahwa Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini? Yohanes 11:25-26.
Seperti Marta, banyak dari kita bisa bersaksi akan kuasa Tuhan dimasa lalu dan percaya akan janji Tuhan dimasa depan. Tapi kita gagal melihat Dia berkarya nyata hari ini. Ketika kita ditantang untuk punya iman, semua dari kita sadar bahwa perkataan percaya kepada-Nya tidak akan cukup jika tidak disertai dengan tindakan percaya yang seharusnya lahir dari hati yang percaya. Kita terkejut menemukan bahwa kita mempunyai hati yang tidak percaya akan Firman-Nya untuk hari ini. Kegelisahan dan resahnya sikap kita menunjukkan banyak perkataan iman yang keluar dari mulut kita menjadi sekedar lip-service untuk menutupi hati kita yang tidak percaya.
Marta pun berkata, ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia, Yohanes 11:27. Kedengaran sangat luarbiasa, hampir seperti pengakuan Petrus akan ke-Mesias-an Tuhan dalam Matius 16:15-17. Tapi tindakannya kemudian yang pergi meninggalkan Tuhan dan memanggil Maria menunjukkan sikap menghindari Tuhan yang sedang menelanjangi ketidakpercayaannya akan kuasa Tuhan yang bisa bekerja saat itu juga. Apa yang diucapkan dalam ayat 27 tidak memberikan jawaban terhadap pertanyaan Tuhan dalam ayat 26, sekalipun kedengaran sangat luarbiasa tapi hanya berupa pernyataan yang menutupi sikap hati yang sebenarnya, tidak percaya. Tahukah anda bahwa kita bisa dengan mudahnya berkata seperti Marta? Mengucapkan sesuatu yang luarbiasa hebat seakan-akan kita penuh dengan iman tapi tindakan kita justru berlawanan dan menunjukkan perkataan kita penuh kebohongan. Ya, iman kita justru menjadi nyata dari tindakan yang lahir dari kondisi hati kita yang sebenarnya, bukan dari perkataan mulut kita. Ya, Marta melengos pergi meninggalkan Tuhan yang masih berbicara padanya. Ketika Maria datang pada Tuhan, Tuhan masih berada ditempat yang sama ketika Marta menjumpainya, Yohanes 11:30. Tuhan tetap menunggu Marta untuk percaya pada-Nya.
Maria
Ketika berjumpa dengan Tuhan, Yohanes 11:29-32, Maria juga mengucapkan kata-kata yang sama ketika berjumpa dengan Yesus seperti perkataan Marta. Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati, kata Maria dalam Yohanes 11:32. Tapi tidak seperti Marta, kata kematian yang diucapkan Maria berbeda dan punya sedikit penambahan. Maria memakai kata kematian dengan apothnēskō yang juga berarti kematian tapi punya pengertian mati binasa dalam kematian kekal, jatuh pada penderitaan kekal dalam api neraka. Suatu kematian yang penuh kekerasan, binasa karena sesuatu. Seperti pohon yang menjadi kering atau benih yang membusuk ketika ditanam. Dengan kata lain, Maria berkata, Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak binasa. Ia berkata demikian disertai dengan tangisan dan air mata, ayat 33. Maria meratapi Lazarus yang telah mati, meraung begitu rupa dengan suara keras, menyesali mengapa Tuhan tidak datang lebih cepat.
Banyak dari kita suka dengan sikap ini, karena setelah itu ayat selanjutnya menunjukkan hati Tuhan tergerak. Apalagi dengan adanya kata masygullah hati-Nya, Yohanes 11:33. Kita semua berpikir bahwa masygul punya arti berbelas kasihan. Didasarkan pada arti kata bersusah hati, sedih dan murung. Padahal arti sebenarnya adalah ini:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
masygul/masy·gul/
- bersusah hati karena suatu sebab; sedih; murung: contoh, masygul hatiku melihat penderitaan anak itu;
- kesal; sebal: contoh, ia masygul melihat pekerjaan pembantunya yang tidak beres itu;
Jadi kata masygul bukan hanya punya arti bersusah hati, sedih dan murung. Tapi juga kesal dan sebal. Sebenarnya kata masygul adalah kata yang pas dipakai untuk menunjukkan sikap Tuhan dalam bahasa asli Perjanjian Baru, enebrimēsato, yang diartikan dalam KJV sebagai Dia mengerang (menggerutu, kesal, mendengus marah) di dalam hati dan sangat terganggu (gelisah dan resah).
Jadi bukan berbelas kasih yang kemudian terjadi pada Yesus menyaksikan tangisan dan seruan Maria. Tapi Ia marah dan kesal disebabkan karena seperti Marta, Maria pun tidak percaya akan kehadiran-Nya saat itu dan menyesali kenapa Ia tidak hadir lebih awal sebelumnya. Tuhan marah karena hati yang tidak percaya akan Firman-Nya dan kehadiran-Nya saat itu yang akan menolong Lazarus. Tuhan tidak menyukai sikap hati yang mengeluh dan berkeluh kesah, terlebih lagi dengan sikap dan perkataan Maria, ia (Lazarus) sudah binasa Tuhan! Bukan sekedar mati secara fisik (seperti kata yang dipakai Marta), tapi binasa dalam api neraka karena Engkau tidak datang lebih cepat menolong sahabat-Mu ini. Tangisan Maria bukanlah tangisan yang menggerakkan hati Tuhan, tapi tangisan seorang perempuan yang ngambek karena tidak diikuti maunya!
Tuhan tidak pernah menyukai hati yang tidak percaya, hati yang meragukan kuasa dan kehadiran-Nya. Hati yang berpikir Dia terlambat dan tidak mau menerima waktu Tuhan. Berulang kali Ia mengeluhkan hati para murid, lambat menjadi percaya, kecil imanmu. Sekali lagi disini Ia menemukan hati Maria dan Marta yang tidak percaya akan jalan-jalan-Nya.
Lazarus
Tuhan kemudian bertanya, Di manakah dia kamu baringkan? Yohanes 11:34. Tuhan kemudian menangis melihat kubur Lazarus, Ia meneteskan air mata. Tuhan sangat mengasihi Lazarus, Yohanes 11:36.
Yohanes 11:37 menyebutkan keluhan beberapa orang yang menyaksikan Yesus menangis, Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati? Ayat 38 sekali lagi menyebutkan maka masygullah pula hati Yesus. Tuhan marah sekali lagi karena keluhan ini. Dalam bahasa Inggris, kalimat ini memakai bentuk kalimat masa lampau (could not this Man, KJV, tidak bisakah Orang ini bertindak) dan kata yang menunjuk bahwa Ia tidak lagi bisa berbuat apa-apa sekarang karena sudah terlambat (also have kept this man from dying, KJV, juga mencegah orang ini dari kematian).
Tuhan bersegera menuju ke kubur Lazarus dan memerintahkan supaya batu yang menutup gua kubur itu dibuka, Yohanes 11:38-39. Marta berusaha mencegahnya, takut bau busuk akan merebak keluar karena Lazarus yang sudah 4 hari mati didalam.
Tuhan sudah didepan kubur Lazarus, Marta seharusnya tahu dengan tepat bahwa akan ada sesuatu yang ajaib yang segera akan terjadi. Dan kisah anak Yairus yang dibangkitkan dengan anak Janda di Nain seharusnya sudah didengarnya, tapi hati yang tidak percaya tidak bisa ditutupi lagi dengan mulutnya. Apalagi dengan fakta yang nyata bahwa memang Lazarus sudah 4 hari lamanya didalam kubur itu. Ia berseru, Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati. Jawab Yesus: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?” Yohanes 11:39-40. Ayat 40 seharusnya ditulis demikian, dengan bahasa anak-anak muda dijaman sekarang, kan gua udah bilang, lu kok kepala batu sih?! Kalau elu percaya, kamu akan lihat kemuliaan Tuhan nyata saat ini juga!
Alkitab tidak mencatat reaksi Maria, mungkin ia hanya berdiri terpana menyaksikan semuanya.
Setelah batu penutup kubur itu disingkirkan, Tuhan pun berdoa. Yohanes 11:41-42, Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
Yohanes 6:27-29, Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.” Lalu kata mereka kepada-Nya: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Jawab Yesus kepada mereka: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.”
Yohanes 11:43, Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: “Lazarus, marilah ke luar!” Tuhan berseru dengan suara keras, Ia berteriak dengan keras! Panggilan Lazarus untuk bangkit adalah teguran keras untuk kita semua yang gagal untuk percaya bahwa kuasa-Nya sanggup bekerja dengan hebatnya, apapun situasi kita. Suatu teriakan ilahi untuk mengusir hati yang tidak percaya untuk pergi meninggalkan kita semua!
Yohanes 11:44, Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.”
Pertanyaan untuk kita semua, percayakah anda kepada Dia (Yesus) yang telah diutus Allah?
Leave a Reply