Yohanes 9:1-7, Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya: “Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam.” Siloam artinya: “Yang diutus.” Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek.
Mereka yang lahir buta, hampir pasti bisa dikatakan tidak punya harapan melihat lagi seperti orang pada umumnya. Ya, tetap ada kemungkinan mereka bisa ditolong karena kemajuan ilmu kedokteran dan teknologi dijaman sekarang ini sangat pesat. Namun harapan bagi mereka untuk melihat tetap tipis, sebab besarnya biaya pengobatan dan sulitnya ekonomi tidak membuat hal ini mudah bagi mereka yang menderita kebutaan. Apalagi jika buta sejak lahir.
Dijaman Tuhan, kebutaan sejak lahir sudah diterima secara umum sebagai hal yang pasti tidak memberi harapan sembuh. Ayat 32 di pasal ini berkata, dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Suatu argumen yang keluar dari mulut yang pernah buta ini sendiri, melawan serangan orang-orang Farisi dan Ahli Taurat. Tapi itu fakta yang ada saat itu, semua orang tahu dan mengerti bahwa tidak ada yang bisa memelekkan mata mereka yang lahir buta. Dan mereka juga tahu bahwa hanya orang yang datang dari Tuhan, ayat 33, yang sanggup melakukan keajaiban seperti yang baru dialami oleh si lahir buta ini. Kata dari Tuhan dalam bahasa aslinya, punya pengertian bahwa orang itu dekat dengan Tuhan atau selalu berada disisi-Nya. Sekali lagi Tuhan Yesus menunjukkan ke-Tuhan-an-Nya disini dalam mujizat ke-6 ini di Injil Yohanes.
Lukas 1:37 berkata, sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil. Dalam terjemahan Amplified disebutkan bahwa bagi Tuhan tidak ada yang pernah tidak mungkin dan tidak ada Firman-Nya yang tidak punya kuasa atau tidak ada Firman-Nya yang tidak mungkin bisa digenapi. Dengan kata lain, semua Firman-Nya punya kuasa, semua Firman-Nya bisa digenapi!
Ketika Tuhan lewat ditempat itu, Yohanes 9:1 berkata Ia melihat orang buta sejak lahir ini. Kata melihat disini dalam bahasa aslinya punya pengertian mengalami, Tuhan memahami keadaan orang buta ini. Ia tahu kesulitan dan masalah yang dihadapainya karena kebutaannya. Namun murid-murid-Nya bereaksi sama seperti kita pada umumnya yang menemukan orang susah dalam jalan-jalan hidup kita, ayat 2, mereka (dan kita suka) menghakiminya. Murid-murid menganggap ini pasti karena ada kesalahan yang entah dari dia sendiri si buta (Celidonius, nama si buta ini menurut tradisi Kristen) atau dari orang tuanya. Sukar bagi kita untuk memberi respon belas kasih lebih dahulu, lebih cepat kita segera menganggap kesusahan yang mereka alami datang karena adanya dosa dalam diri mereka. Rupanya efek dosa telah merusak lebih banyak rasa iba kita dan menciptakan rasa lebih benar dalam diri kita.
Jawab Tuhan mengejutkan mereka dalam ayat 3 bahwa apa yang dialaminya bukan dari dosa siapa-siapa tapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Maksud Tuhan? Bagaimana bisa? Bukankah kita harus menjaga diri kita begitu rupa, hidup benar dan kudus, jauh dari dosa. Supaya kita jangan menderita, kena penghukuman Allah. Ide ini kedengaran sangat benar dan baik, namun jika diperhatikan lebih jauh, ide ini lahir dari motivasi yang salah. Lahir dari ketakutan, bukan karena mengasihi Tuhan dan jalan-jalan-Nya. Gagasan ini lahir karena banyak kita berpikir hanya tentang diri kita sendiri, dan hanya untuk diri kita sendiri. Jadi ketika ada yang mengalami kesusahan, reaksi kita yang pertama adalah, oh itu karena dia pasti berbuat dosa, Tuhan telah menghukumnya. Kita (sering) tidak perduli dengan orang lain apalagi dengan Tuhan. Yang penting saya jangan menderita, pikir kita. Kita biasanya sangat segan untuk mengulurkan tangan bagi orang lain, meringankan beban mereka. Apalagi jika mau memikul penderitaan mereka, siapa mau? Jadi Tuhan berkata, si buta menderita untuk menyatakan pekerjaan-pekerjaan Tuhan? Bagaimana bisa penderitaannya menyatakan Tuhan dan kemuliaan-Nya?
Tentu selanjutnya kita tahu bahwa Tuhan menyembuhkan dia. Kita dengan cepat melihat bagaimana Tuhan menyatakan kuasa dan kemuliaan-Nya melalui mujizat yang Celidonius alami. Tapi pekerjaan Tuhan yang dinyatakan (lewat kesembuhannya) ini hanyalah langkah awal dari pekerjaan Tuhan selanjutnya yang lebih besar melalui dia. Tuhan memakai dia menjadi bukti nyata akan ke-Mesias-an-Nya kepada orang-orang Farisi dan Ahli-ahli Taurat yang menolak untuk percaya kepada Dia. Lucu untuk memperhatikan bagaimana si pernah buta ini mempermalukan mereka yang menganggap diri bisa (atau telah) melihat lebih jelas. Baca Yohanes 9:25-33. Satu-satunya jalan untuk membungkam Celidonius adalah dengan mengusirnya keluar ke jalan, ayat 34, jawab mereka: “Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?” Lalu mereka mengusir dia ke luar. Pernyataan mereka kedengaran seperti mereka yang suka berargumen seperti ini, Kenapa? Saya sudah baca Alkitab dari dalam kandungan ibu saya! Tanpa kita sadari banyak dari kita yang lahir sebagai Kristen sejak awal tidak menghargai Kristus dalam hidup kita. Keadaan ini justru menciptakan arogansi besar seperti orang-orang Farisi dan Ahli-ahli Taurat. Tidak heran, banyak yang terdahulu telah menjadi yang terkemudian. Dan banyak yang terkemudian justru telah menjadi yang terdahulu. Mari kita berbalik dari segala jalan-jalan kita yang jahat, pemikiran dan gagasan yang kita pikir dari Tuhan, padahal bukan, dan sungguh-sungguh belajar mengenal Dia berdasarkan Firman-Nya dan bukan sekedar atas pemikiran-pemikiran manusia.
Selanjutnya Celidonius, menurut tradisi, dipakai Tuhan mendirikan gereja-Nya di Nîmes, di Gaul (Perancis, jaman sekarang). Kita tidak pernah tahu bagaimana kemungkinan-kemungkinan besar yang bisa terbuka untuk masa depan kita jika kita ada dalam tangan Tuhan. Pekerjaan yang dinyatakan Tuhan lewat meleknya mata Celidonius tidak sekedar menyatakan besarnya kemuliaan Tuhan yang bekerja dalam dirinya tapi menjadi titik awal akan pekerjaan-pekerjaan Tuhan selanjutnya yang bekerja dalam hidupnya.
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan,
Yeremia 29:11.
Gambar diartikel ini terambil dari:
Healing the Man Born Blind by El Greco, ca. 1570 (Staatliche Kunstsammlungen, Dresden).
Bambang Wiedyo
Makasih Arnold, blessing