Matius 2:10-11 Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Para majus ini sangat bersukacita ketika menemukan bintang itu berhenti tepat ditempat dimana Anak itu dilahirkan. Mereka segera masuk dan menemukan-Nya bersama ibu-Nya. Sujud menyembah dalam kekaguman karena mereka menyadari bahwa anak yang lahir didepan mereka akan membawa keselamatan bukan hanya bagi mereka yang telah datang mengunjungi Dia, tapi bagi seluruh dunia. Sukacita yang sampai hari ini selalu terasa manis dan berbeda ketika musim Natal tiba. Sukacita karena Juruselamat yang telah lahir itu! Bahkan seluruh dunia merayakan-Nya sekalipun seringkali alasan sukacita dunia ini sangat berbeda dari yang seharusnya.
Orang-orang majus ini sangatlah bersukacita karena pencarian mereka selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan menjadi kenyataan. Bintang yang pada awalnya menggerakkan mereka memulai perjalanan mereka dari Timur jauh, muncul kembali (ayat 9, The Passion) dan menuntun mereka sampai ke rumah bayi Yesus dilahirkan dengan tepat. Kedatangan mereka menggenapi ayat yang dikatakan Yesaya 60:6.
Yesaya 60:6 Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur TUHAN.
Ayat ini jelas menyebutkan sejumlah besar unta, bukan hanya 3 orang majus. Cerita sekolah minggu menyebutkan 3 orang majus dengan tujuan menyederhanakan pemikiran anak-anak kecil untuk mengerti akan hadiah-hadiah orang-orang majus ini untuk bayi Yesus: emas, kemenyan dan mur. Tetapi jumlah sebenarnya yang datang tidak pernah diketahui dengan pasti, dan jika dilihat sesuai dengan Yesaya 60:6: sejumlah besar unta, pasti malam itu dipenuhi dengan sorak sorai kegirangan karena perjalanan panjang dan melelahkan dari rombongan besar ini akhirnya menemukan titik cerah! Ya, akhirnya mereka sampai!
Dan dari nilai hadiah-hadiah mereka yang mahal: emas, kemenyan dan mur bisa dikatakan bahwa orang-orang majus ini bukan orang-orang biasa, bahkan bukan sekedar ahli perbintangan dari timur. Mereka adalah para royals, bangsawan atau bahkan raja-raja. Midian, orang-orang Midian keturunan Abraham dari Ketura (atau Arab, suku asli Arab?). Kejadian 25:2, Midian anak ke-4. Kejadian 25:4, Efa adalah anak sulung Midian yang menetap di suatu area Arab yang menamakan area itu sesuai namanya. Kejadian 25:3, Syeba adalah anak sulung dari anak kedua Abraham, Yoksan dari Ketura yang berdiam di selatan daerah Arab.
Kejadian 25:1-4 Abraham mengambil pula seorang isteri, namanya Ketura. Perempuan itu melahirkan baginya Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak dan Suah. Yoksan memperanakkan Syeba dan Dedan. Keturunan Dedan ialah orang Asyur, orang Letush dan orang Leum. Anak-anak Midian ialah Efa, Efer, Henokh, Abida dan Eldaa. Itulah semuanya keturunan Ketura.
Pastilah Abraham telah bercerita kepada anak-anaknya dari Ketura akan janji Tuhan baginya,
Kejadian 12:3 … dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.
Dan cerita bapa Abraham ini akan keturanannya akan seperti bintang-bintang di langit banyaknya,
Kejadian 12:5 Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.”
Bukan hanya perjalanan panjang dari orang-orang majus ini, tapi suatu penantian yang sangat panjang dari generasi ke generasi dari sisi keturunan Abraham yang tidak terhitung (dari Keturah, yang menjadi suku-suku asli Arab?) selama hampir kurang lebih 2.000 tahun atau tepatnya 18 abad. Jika Abraham meninggal di tahun 1771 BC (Before Christ, sebelum Kristus) dan Yesus lahir di tahun 4 BC, maka ada perkiraan akan 1.767 tahun diantaranya atau 18 abad. Klik di tautan ini untuk keterangan lebih jelas, atau disini.
Emas, kemenyan dan mur. 3 macam hadiah yang diberikan oleh orang-orang majus. Emas, suatu pertolongan yang sangat besar untuk keluarga kecil Yusuf dan Maria ini, suatu keluarga yang sangat miskin dan sederhana. Yusuf yang walau keturunan Daud, hanya seorang tukang kayu, a carpenter.
Lukas 2:4 Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud
Kemenyan, hadiah orang majus yang kedua. Kemenyan adalah doa dan harapan mereka dan kita semua bahwa yang lahir ini adalah Juruselamat yang telah kita nanti-nantikan. Kemenyan ini membawa bau yang harum dan sakral diruang dimana Yesus lahir. Bau yang mengusir semua bau busuk hewan dan yang lainnya malam itu. Suatu wangi-wangian yang mahal untuk Tuhan.
Mur, hadiah ketiga ini adalah balsam yang menghangatkan tapi diperuntukkan bagi orang mati yang dibalut. Bukan untuk bayi yang baru lahir. Suatu pertanda yang meramalkan bagaimana bayi yang baru lahir ini akan mati. Pertanda yang terus mengingatkan orang tuanya, Yusuf dan Maria, bahwa kematian akan terus mengejar dan menghantui anak mereka ini. Suatu pertanda bahwa bayi mereka suatu waktu akan dikorbankan demi keselamatan banyak orang.
Emas ini bukan diberikan untuk menolong Yusuf membangun keluarga yang lebih baik seperti yang mungkin banyak dari kita pikirkan. Tapi justru untuk membiayai pelarian mereka sekeluarga ke Mesir. Jika bukan emas yang diberikan pada mereka, betapa kebingungannya Yusuf sebagai ayah untuk bagaimana bisa melarikan keluarganya dari tindakan Herodes yang segera akan membunuh bayi-bayi Betlehem yang berumur 2 tahun kebawah. Tindakan yang mengakibatkan begitu banyak tangisan dan penderitaan ibu-ibu dan ayah-ayah yang kehilangan anak-anak mereka. Suatu situasi yang menyayat hati, keadaan yang sama sekali tidak bisa dipahami manusia. Ketika Tuhan kita dilarikan ke Mesir, ada begitu banyak bayi yang lain yang dikorbankan di Betlehem malam itu.
Matius 2:13-16 Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.” Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.” Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.
Ya, Yesus bukan hanya rela memilih keluarga yang sangat miskin dan sederhana tapi Dia telah menjadi pengungsi sejak balita di Mesir. Tuhan kita sangat berani mempercayakan diri-Nya dirawat oleh pasangan yang tidak punya uang ini. Berani memberi diri-Nya dilarikan ke Mesir oleh pasangan ini juga, mengungsi dari situasi politik yang kejam dan bengis si penguasa negeri dimana Dia dilahirkan. Dia benar-benar melepaskan kuasa dan atribut ilahi-Nya sebagai Tuhan, mengosongkan diri, seakan-akan tanpa suatu pertahanan dan perlindungan yang sepantasnya. Dia mengambil rupa (hanya) seorang hamba (budak, kata asli). Dia yang terbiasa dengan penderitaan, sejak awal kehidupan-Nya sebagai manusia.
Filipi 2:6-7 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Yesaya 53:3 seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan
Yang lebih mengherankan lagi adalah perkara ini, bahwa jika ada yang bisa memilih kepada keluarga yang mana seseorang boleh dilahirkan maka orang itu adalah Yesus sendiri. Karena cuma Dia yang telah ada (sebagai Tuhan Anak) sebelum dilahirkan sebagai manusia oleh Maria. Tidak ada seorangpun dari kita sebagai manusia yang telah ada sebelumnya, sebelum kita lahir kita sama sekali tidak ada. Tapi sekalipun demikian, dalam kemahatahuan dan kedaulatan-Nya sebagai Tuhan, Dia tetap memilih Yusuf dan Maria. Sepasang manusia yang masih terlalu muda, tidak mapan sebagai keluarga baru, bahkan tidak punya support keuangan yang kuat untuk memulai sebuah keluarga atau bahkan untuk punya anak. Mungkin banyak dari kita yang sukar menerima ide ini, karena sekiranya kita bisa memilih kepada keluarga mana kita dilahirkan maka kita akan memilih keluarga yang lebih baik secara keuangan. Kalau perlu keluarga yang sangat kaya, keluarga yang dewasa dalam umur dan pengalaman. Lebih lagi jika perlu kita mau dilahirkan dari keluarga bangsawan atau kerajaan, keluarga yang ternama. Apalagi di jaman milenial seperti sekarang, menjadi kaya dan punya banyak uang sepertinya telah menjadi kebutuhan utama yang banyak dari kita pikir bisa menjawab semua kesulitan kita. Di jaman dimana media sosial (facebook, instagram, twitter dan lain sebagainya) telah menjadi api dan minyak yang membakar banyak kecemburuan sosial dan kehausan materi yang menggila serta menghancurkan banyak nilai moral manusia dan keluarga. Ya, Yesus ini sejak awal memilih keluarga yang sama sekali miskin, tidak masuk hitungan. Keluarga yang sangat rendah. Dia turun begitu rendah, sangat dibawah, supaya jangan ada diantara kita yang dapat mengatakan Tuhan tidak mengerti nasib yang saya alami, karena Dia telah mengalami apa disebut (paling) kesialan yang bisa dialami seorang manusia.
Filipi 2:6-7 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Yesaya 53:3 Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.
Bagi kitapun dia tidak masuk hitungan, ya dalam Natal di jaman ini, Yesus yang menjadi inti perayaan musim ini memang sama sekali tidak masuk hitungan. Dari awal juga tidak, apalagi sekarang ini. Tukar kado, hadiah-hadiah dibawah pohon Natal, pohon Natal, kisah legenda Santa Klaus, warna merah dan hijau sebagai tema Natal, dinginnya salju dan turunnya salju telah menjadi segala sesuatu tentang Natal. Tapi tidak Yesus, Yesus sama sekali tidak diingat. Tidak masuk hitungan. Mungkin di gereja, tapi disitupun Ia menjadi kabur dan hilang dalam gegap gempita Natal yang begitu mewah dan besar-besaran. Betul, bagi kitapun dia tidak masuk hitungan sama sekali. Seandainya saja kita mau mengambil waktu membaca dan merenungkan Firman Tuhan (Alkitab), mempelajari dan menyelidikinya, tidak hanya mendengarkan-Nya dari khotbah di hari Minggu, seminggu sekali atau bahkan hanya pada Natal dan Paskah, mungkin kita akhirnya bisa memasukkan Dia dalam hitungan kita. Bahwa Dia bukan hanya inti dari Natal tapi segalanya bagi hidup kita.
Waktu Dia lahirpun, cerita sekolah minggu menyebutkan Dia lahir di kandang.
Lukas 2:6 karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
Dalam pembelajaran dan penafsiran Alkitab yang lebih baru dan mendalam, bagian tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan, lebih berbunyi seperti ini: tidak ada tempat bagi mereka di ruang atas (The Passion, upper room. ESV, the guest room. Katalyma, guestchamber). Jadi Tuhan lahir bukan di kandang, tapi di ruang bawah. Atau di ruang pertemuan keluarga, ruang utama keluarga besar ini berkumpul. Bukankah semua keluarga dan relasi berkumpul hari itu karena perintah Kaisar.
Lukas 2:1-3 Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri.
Waktu Yusuf dan Maria tiba, entah karena mereka sedikit terlambat atau karena mereka pasangan yang masih muda, mereka harus menyerahkan ruang tamu diatas yang lebih layak kepada mereka yang datang lebih dahulu atau kepada relasi yang lebih tua. Mereka berakhir di ruang bawah, ruangan yang lebih besar tempat keluarga besar ini berkumpul. Tapi ruang ini pun adalah tempat dimana keluarga Yahudi jaman dulu mengumpulkan binatang peliharaan dan hewan ternak mereka diwaktu malam. Suhu yang sangat dingin diluar dan perlindungan dari pencuri menjadi alasan mengubah ruang serba guna ini menjadi kandang binatang diwaktu malam. Domba dan kambing kemudian menjadi saksi-saksi pertama diantara banyak makhluk yang lain akan kelahiran Tuhan kita.
Disitu Yesus dilahirkan, disitulah Dia dibalut lampin. Kain sisa-sisa yang tercecer di ruangan itu yang dipakai membalut menghangatkan tubuh kecil Tuhan. Kain yang jauh dari bersih dan higiene, penuh sobekan dan yang sebenarnya sudah dibuang. Di palungan, atau tempat makan binatang, disitu Tuhan kita dibaringkan pertama kali setiap kali Maria atau Yusuf lelah menggendong-Nya. Palungan ini, manger, sama sekali tidak cocok untuk bayi sebab sekalipun sudah dibersihkan dari sisa-sisa makanan hewan, palungan ini keras dan tidak empuk untuk seorang bayi dibaringkan. Ya, palungan Tuhan menurut sejarah bahkan tidak terbuat dari kayu tapi dari batu yang dipahat yang melekat ditembok ruangan besar itu.
Tidak terbayangkan, Tuhan yang mulia, Dia yang datang untuk menyelamatkan manusia yang diciptakan-Nya, tidak mendapat kain yang pantas untuk menghangatkan badan-Nya. Tidak mendapatkan crib, tempat tidur bayi yang lembut dan bagus untuk tubuhnya yang rapuh sebagai bayi. Sejak Dia lahir, Dia terbiasa dengan penderitaan. Tidak masuk hitungan sejak awal, tidak bahkan hari ini. Kita seringkali merayakan Natal penuh dengan hadiah, pesta dengan makanan yang berlimpah, bahkan dengan ibadah gereja yang penuh perayaan yang gegap gempita. Yesus yang sebenarnya menjadi inti Natal, kemudian kabur dan hilang, tidak terhitung sama sekali. Suatu ironi. Sukacita Natal sekarang punya arti yang berbeda, bukan sukacita orang majus itu lagi. Suatu sukacita yang palsu karena Natal lebih besifat duniawi daripada rohani, seperti api asing yang dibawa oleh anak-anak Harun.
Yesaya 53:3 Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.
Lukas 2:6-7 Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya didalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
Matius 2:10-11 Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka.
Imamat 10:1 Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka.
Dari semua perenungan diatas, Natal adalah langkah pertama Yesus menuju Salib. Dia lahir ke dunia ini bukan untuk menjadi yang paling kaya (sekalipun Bapa-Nya, Tuhan Bapa, adalah yang menciptakan langit dan bumi, yang memiliki segalanya), bukan untuk menjadi yang paling pintar (sekalipun Dia adalah Hikmat dan Firman Tuhan itu sendiri), bukan untuk menjadi yang paling hebat dan sukses (sekalipun Dia adalah Anak Tuhan atau Tuhan Anak). Dia tidak datang untuk menghakimi dunia ini dengan mengalahkan semuanya itu dalam roh kompetisi yang begitu hebat (apalagi) di jaman milenial ini, dimana segala sesuatu dan semua manusia bersaing begitu rupa. Saling membandingkan akan siapa yang paling luarbiasa di dunia (melalui media sosial). Tidak, Dia datang untuk menyelamatkannya!
Yohanes 3:17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
Tuhan datang untuk menyelamatkan bukan untuk menghakimi dunia ini, dan Dia melakukannya dengan mati dikayu Salib. Mati dikayu Salib sebagai korban penghapus dosa, suatu persembahan kematian untuk menebus manusia yang terhilang. Dia mati ganti kita, Dia mati supaya kita diampuni, ditebus dan dilahirkan kembali sebagai anak-anak Tuhan.
Yohanes 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
Natal adalah Dia, Yesus, yang menjadi Hadiah (dikaruniakan kepada kita, diberikan untuk kita) Bapa bagi kita. Tidak dibungkus dalam kertas kado yang bagus atau mewah, tapi dibungkus dalam darah-Nya sendiri, darah Anak Domba yang menghapus dosa dunia. Dia telah turun begitu rendah untuk menjangkau kita yang ada paling dibawah, paling dihina, dibuang, tertawan, tidak diperhitungkan, tidak dianggap, yet (tapi) membeli kita kembali dengan darah-Nya sendiri yang suci, mulia dan mahal. Dia membayar utang dosa kita lunas diatas kayu salib, menebus hidup kita yang terhilang. Ini yang seharusnya menjadi sukacita kita, sukacita Natal. Sukacita karena kita menemukan hidup kita kembali: telah diampuni, ditebus dan dibeli kembali oleh darah-Nya diatas kayu salib. Ini juga yang seharusnya jadi damai kita, damai bukan karena punya uang, damai bukan karena kaya, sukses atau berhasil, damai bukan bahkan karena tidak ada masalah, kesusahan dan penderitaan, damai bukan karena tidak ada konflik atau permusuhan bahkan perang. Tapi damai dengan Bapa di Surga karena Anak-Nya yang telah menjadi korban penebus salah untuk kita. Kita dibenarkan didalam Dia, Kristus Juruselamat kita.
Yohanes 3:16 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Mari, biar setiap orang yang belum percaya boleh datang pada-Nya, bertobat dan berbalik dari segala jalan kita yang jahat, menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat. Percaya kepada-Nya untuk beroleh hidup yang kekal dan tidak menjadi binasa akan murka Tuhan pada dosa!
A meditation of Christmas on Christmas Night. Click here to download the pdf version.
Leave a Reply