(If you want to read the English version, please click here.)
Tidak ada yang mustahil, perkataan itu sendiri mengungkapkan bahwa aku mungkin, demikian kata Audrey Hepburn. Tentu dia pun mengutip dari Alkitab, dimana tidak ada yang mustahil bagi Tuhan dituliskan kurang lebih 3 kali. Markus 9:23, 14:36, Lukas 1:37. Tapi yang menarik adalah komentar dari user Instagram, zsofi_bella, yang berkata bahwa kemustahilan bukanlah sebuah fakta atau kenyataan tapi hanyalah sebuah pendapat.
Ya banyak kali ketika kita ketemu jalan buntu dalam menghadapi suatu situasi, kita sangat sering langsung memutuskan bahwa apa yang kita hadapi sudah tidak punya jalan keluar. Padahal kebanyakan jika kita mau telusuri lebih dalam, itu adalah pendapat kita saja. Dan sekalipun jika memang itu yang dihadapi oleh semua orang: (Kejadian 14) seperti contoh kisah bangsa Israel yang terjepit ditengah diantara serangan tentara Firaun dan Laut Merah, tentu masih ada Tuhan yang menolong. Jadi segala sesuatu itu mungkin! Tidak ada yang namanya jalan buntu. Ketika Yusuf dibuang ke dalam sumur oleh saudara saudaranya, (Kejadian 37:24) dia seakan-akan tidak punya jalan keluar lagi. Di dalam sumur kering itu, dia hanya bisa menengadah ke atas memohonkan belas kasihan saudara-saudaranya yang telah melempar dia ke bawah. Namun jika ia bisa melihat sedikit lebih jauh ke atas, ada Tuhan yang telah mengatur semua jalan hidupnya. Dan kebuntuan diawal kisah hidupnya ini adalah awal kisah luarbiasa Yusuf akan bagaimana ia bersama Tuhan menerobos kemustahilan besar yang mengubah nasib bangsa Israel selamanya.
Memang tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, Lukas 1:37. Tapi banyak dari kita berhenti disitu, kita sukar mempercayai bahwa bagi kita yang percaya pun tidak akan ada yang mustahil, Markus 9:23. Mengimani bahwa Tuhan sanggup lebih mudah daripada mempercayai bahwa Dia mau menolong kita kan. Ini justru menunjukkan alasan klise yang sebenarnya jika mau jujur, kita tidak pernah mempercayai janji Firman Tuhan bagi kita. Padahal Yesus pun berkata bahwa mereka yang percaya pada akan melakukan perkara perkara yang sama seperti yang Dia perbuat bahkan lebih besar! Yohanes 14:12.
Dalam Markus 8:21, Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: masihkah kamu belum mengerti? Atau, belum jelaskah hal itu bagimu? Belumkah kamu memahaminya? Suatu pertanyaan yang kadang harus diakui bahwa jika murid-murid-Nya yang ada dihadapan-Nya langsung saat itu saja tidak sanggup memahami apa yang dimaksudkan-Nya, bagaimana kita yang hidup 2,000 tahun kemudian? Di awal perikop ini, Yesus memperingatkan murid-muridnya akan bahaya ragi orang Herodes dan Farisi, ayat 15. Murid-murid lalu menyangka bahwa yang dimaksudkan-Nya adalah karena mereka lupa membawa roti dengan mereka dalam perjalanan itu. Mungkin karena kata yang dipakai Tuhan lebih menunjukkan pada kondisi yang di dalam bukan sifat yang keluar. Dalam terjemahan Passion Bible, disebutkan Be on your guard against the yeast inside of the Pharisees and the yeast inside of Herod! Jadi murid-murid lantas berpikir bahwa ini karena mereka lupa membawa bekal inside mereka. Ayat 14 menunjukkan ada satu roti dengan mereka, ayat 16 berkata bahwa tidak ada roti lagi dengan mereka. Padahal Tuhan tidak pernah mempersoalkan akan perkara-perkara jasmani, atau soal ada tidaknya makanan jasmani yang mereka bawa atau tidak. Dia selalu berbicara tentang makanan rohani bahkan sebagai hal yang yang terutama: melakukan kehendak Bapa-Ku akan mengenyangkan Dia. Yohanes 4:34.
Jadi kemudian Tuhan mulai menegur mereka dengan keras, mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar? Ayat 17-18. Ya, banyak kali mata dan telinga yang kita punya tidak bisa melihat dan mendengar apa yang seharusnya. Kita selalu hanya melihat apa yang mau kita lihat dan kita dengar. Kita selalu mendekati Tuhan dalam pengertian kita saja semata. Padahal kekayaan dan berkat yang Tuhan sediakan jauh melampaui semua yang kita perlukan. Seperti murid-murid, banyak kita tidak melihat bahwa pengampunan dosa, penebusan jiwa kita diatas kayu salib adalah berkat terutama, suatu berkat yang jauh lebih besar daripada mendapatkan harta kekayaan atau rejeki yang melimpah. Kita tidak pernah menyadari bahwa keselamatan jiwa kita dari murka Tuhan terhadap dosa adalah kebutuhan yang lebih sangat mendesak untuk dipenuhi jauh daripada uang yang kita perlukan setiap hari. Kita selalu hanya mengukur Dia menurut kebutuhan perut kita!
Makanya teologia kemakmuran jauh lebih populer daripada berita Salib Tuhan! Pernahkah kita tetap berdoa lagi kepada-Nya saat semuanya baik dan penuh berkat? Coba perhatikan bagaimana kita berdoa saat kita lagi tidak punya dan saat kita lagi punya semua? Tuhan kita hanya sebesar rongga kosong di perut kita! Mungkin itu sebabnya kita semua seharusnya belajar puasa lebih banyak dari pada pergi makan di restaurant.
Tuhan lantas melanjutkan teguran-Nya ini dengan mengingatkan mereka pada 2 kisah mujizat dimana Dia sanggup memberi makan sekian ribu orang sebanyak dua kali dengan selalu banyak sisa bakul yang kemudian muncul. Ayat 19, 5,000 orang makan dengan sisa 12 bakul yang berasal dari 5 roti dan 2 ikan. Matius 14:13-21; Markus 6:31-44; Lukas 9:12-17; Yohanes 6:1-14. Ayat 20, 4,000 orang makan dengan sisa 7 bakul yang berasal dari 7 roti. Matius 15:32-39; Markus 8:1-9.
Apa yang Tuhan maksudkan adalah sesederhana ini sebenarnya: jika kita memperhatikan jumlah awal roti dengan jumlah yang makan akhirnya, kita akan menemukan bahwa makin sedikit sumber roti di awal: makin banyak yang makan di akhirnya. Bahkan jumlah bakul yang berisi roti sisapun makin banyak. 7 roti di awal bisa memberi makan 4,000 orang. Ambil 2 dari 7 roti itu, sisanya 5 roti. Tapi kemudian jumlah yang makan bertambah 1,000 menjadi 5,000 orang. Sisa roti pun bertambah 5 bakul menjadi 12 bakul sisa. Kuasa Tuhan tidaklah berkurang hanya jika modal awalnya makin sedikit.
Perbandingannya justru terbalik: bahwa kuasa Tuhan menjadi lebih besar seiring dengan berkurangnya roti di awal mujizat. Karena yang Dia perlukan bukanlah apa yang kita punya di hidup ini, tapi pada seberapa besar kerelaan hati kita untuk melakukan kehendak Allah. Di setiap mujizat yang ada, selalu ada orang yang menyerahkan semua yang mereka punya kepada Tuhan. Yohanes 6:9 menunjuk adanya seorang anak kecil yang mempunyai 5 roti dan 2 ikan. Suatu makan siang yang terlalu banyak untuk seorang anak kecil. Tapi kemudian ia tidak menahan sedikitpun apa yang dia punya untuk diserahkan pada Tuhan. Demikian juga dalam kisah 4,000 orang yang makan. Tuhan mengambil 7 roti itu semuanya, sebab hanya itu yang mereka punya. Jika seandainya roti sisa yang ada pada mereka di perahu diserahkan pada Tuhan dalam Markus 8:14, coba bayangkan berapa banyak roti yang dilepaskan dari tangan Tuhan setelah Ia mengucap syukur untuk sisa 1 roti yang mereka punya. Karena jika 7 roti bisa memberi 4,000 orang makan dan 5 roti 5,000 orang makan, maka berapa yang akan makan dari 1 roti saja? Bukankah makin sedikit rotinya makin banyak yang makan? Coba hitung berapa banyak orang yang ada di perahu saat itu?
Makanya Tuhan bertanya pada ayat 21 Markus 8, dengan semua yang kamu sudah alami masihkah kamu belum paham? Matius 8:26. Mengapa kamu takut, hai kamu yang kurang percaya? Atau kamu yang punya iman kecil. Yohanes 14:1. Jangan kamu takut, jangan gelisah hatimu! Jangan kuatir, jangan menyerah pada ketakutanmu! Tapi siapa diantara kita yang mau dengan rela dan berani melepaskan sisa satu roti yang kita punya?
Untung Dia berani turun ke dunia menjadi manusia, lahir sebagai bayi di ruangan yang bercampur dengan binatang di kota kecil Bethlehem. Untung Tuhan kita berani jalan pada jalan kehidupan yang penuh dengan resiko kehancuran dan maut yang mengintip senantiasa. Lahir kepada keluarga yang laki-lakinya tidak sanggup membiayai tempat yang lebih baik demi memberi kenyamanan pada istri dan calon anaknya seperti seharusnya. Dia berani lahir di jaman penguasa gila yang sangat kejam, yang mengeluarkan keputusan untuk membunuh bayi dibawah 2 tahun demi mencegah Raja yang akan datang ini menjadi besar. Yesus berani meninggalkan semua kenyamanan dan keamanan yang Dia punya di Surga dan datang sebagai bayi yang tidak berdaya kepada keluarga yang sama sekali tidak kuat secara ekonomi dan tidak punya siapa-siapa, bahkan lahir ditengah jaman politik penjajah yang kejam. Dia lalu harus dilarikan ke Mesir sebagai pengungsi karena itu. Bertahun-tahun lamanya Dia tinggal di Mesir sebelum orang tuanya membawa Dia kembali ke Nazareth. Hebatnya lagi bahwa dalam ke-Maha Tahu-an Tuhan kita, Dia justru tidak mundur melihat jalan hidup-Nya ini. Sekiranya ada orang yang bisa memilih jalan hidup, maka Yesuslah orang itu. Tapi apa yang telah terjadi menunjukkan bahwa Dia dengan rela hati, dengan penuh kesadaran telah memilih jalan Salib sejak awal.
Coba bayangkan jika Dia berkata seperti kebanyakan kita: Aku tidak mau. Terlalu berat, terlalu susah semuanya itu. Jalan itu tidak membawa keuntungan sama sekali pada-Ku. Apa jadinya dengan kita semua jika Yesus tidak mau jadi Anak Domba Allah yang sudah disembelih sejak dunia dijadikan? Sekali lagi, pertanyaannya adalah siapa diantara kita yang mau dengan rela dan berani mencontoh Tuhan kita? Seringkali kita tidak punya banyak cuma sisa satu roti, tapi apakah kita berani melepaskan yang sisa satu itu?
Yohanes 10:10 berkata, pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Ya, Dia meninggalkan segalanya demi kita, beranikah kita juga meninggalkan segalanya untuk mengikut Dia? Ataukah kita hanya mengamini ayat ini karena janji hidup dan kelimpahan yang Dia berikan kepada kita? Mungkin itu sebabnya kita lebih mirip si pencuri yang datang hanya untuk mengambil, mengambil dan mengambil. Tidak banyak yang tumbuh menjadi serupa dengan Tuhan. Saya menulis semua pemikiran ini karena harapan saya bahwa yang membaca memilih menjadi serupa dengan Dia, bukan dia! Apa yang mustahil bukanlah mujizat kesembuhan atau terobosan keuangan tapi hati yang rela dan berani melepaskan, itu yang dicari Tuhan diantara kita semua.
Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. 2 Tawarikh 16:9.
Leave a Reply