(If you want to read the English version, please click here.)
Natal, Natal telah tiba! Kita semua senang karena Natal ini tapi kemungkinan besar bukan karena ini perayaan kelahiran Yesus Kristus namun justru karena musim ini selalu datang dengan libur panjang. Akhir tahun telah tiba dan kita akan memasuki tahun yang baru. Banyak makanan dan hadiah. Ketemu dengan kawan lama dan seluruh keluarga berkumpul. Gereja? Hanya bagian kecil biasanya. Dan jika Anda sering menonton tv, Anda akan melihat bahwa tv mulai diisi dengan hanya 2 warna: merah dan hijau. Ditambah banyak warna putih jika Anda berada di dunia barat. Natal hari ini bukan tentang Yesus sama sekali, tapi juga memang tidak pernah karena-Nya sejak awal.
Tak seorang pun benar-benar tahu kapan Yesus lahir. Jelas bukan pada bulan Desember, kemungkinan besar jauh lebih awal dari itu. Tapi saat ini gereja tidak akan pernah mengubah perayaan yang disebut Natal ini. Kita terperangkap dalam sedikit terlalu banyak tradisi. Kita mengerjakan Natal, tapi kehilangan esensinya (intinya) bagi kita.
Suatu kebenaran yang pahit: kita semua telah berdosa.
Ketika Alkitab berkata kepada kita dalam Roma 3:23, karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, maka kita semua adalah orang berdosa. Kita harus selalu mengingat hal ini, bukan berarti kita terkait kepada masa lalu kita tapi supaya kita tidak lupa dari mana kita berasal. Jangan pernah lupa siapa kita sebelum Kristus dan perlu selalu diingat bahwa hanya melalui Kristus hidup kita ditebus! Dia mati di kayu salib sebagai korban pendamaian yang paling kita butuhkan. Tapi biasanya kebanyakan dari kita tidak akan terlalu mempedulikan hal ini terutama di waktu natal. Kita akan mengatakan, hei ini adalah hari Dia lahir sebagai bayi. Jangan bicara tentang Salib. Itu tidak akan terjadi sampai Paskah nanti, masih 3-4 bulan dari sekarang. Ayo bersenang-senanglah dan nikmati musim libur ini dulu. Lihat, Anda telah kehilangan esensi Natal. Ya, bahkan nyanyian Natal sendiri berkata: dia lahir di waktu Natal. Jadi Natal itu adalah Natal saja dan Yesus kebetulan saja terlahir pada musim liburan ini. Ya, itulah kebenaran pahit yang sedang terjadi sekarang!
Kita semua dulunya (dan ada yang masih) orang berdosa. Tapi karena kondisi ekonomi yang bagus sekarang ini maka kita cenderung akan merendahkan situasi ini. Ucapan syukur dan perayaan kita sekarang lebih karena kita berhasil dalam situasi keuangan yang lebih baik. Kita memuji dan menyembah Dia karena Dia telah memberkati kita dengan uang dan kekayaan serta semua keluarga yang lagi baik sekarang. Kita tidak merasa seperti orang berdosa. Kenyataannya, kita seharusnya tidak pernah lupa bahwa kita dulunya (dan ada yang masih) adalah orang-orang berdosa. Kita benar-benar perlu untuk memahami hal ini. Dosa adalah masalah nyata. Ini adalah kesalahan manusia yang (hampir) tidak dapat diperbaiki. Tidak ada yang bisa lolos dari dosa, dan kita semua tersesat di dalamnya. Jangan berpikir bahwa hanya karena Anda bukan orang jahat maka Tuhan akan menyelamatkan Anda. Atau Anda berpikir bahwa Dia mungkin akan mempertimbangkan untuk menyelamatkan Anda karena Anda adalah orang baik. Tidak! Kita dulu semuanya binasa karena dosa. Sekalipun dosa Anda kecil, itu sudah cukup bagi Anda untuk kehilangan semua kesempatan selamat di hadapan Tuhan. Dan bagi kita masing-masing, Neraka adalah tempat yang pantas bagi kita. Sebelum Yesus, Neraka ini adalah masa depan yang pasti bagi kita semua. Tapi sejujurnya, akan lebih sulit untuk meyakinkan seseorang di sini jika kehidupan yang Anda miliki itu baik, sehat dan aman. Kita tidak merasa perlu Dia. Rasa perlu kita akan Dia karena segala kebutuhan dan masalah jasmani kita. Bukan karena masalah dosa dalam diri kita. Ya, inilah kebenaran pahit yang sedang terjadi sekarang!
Jadi kenapa Tuhan begitu kejam terhadap hidup baik yang saya hidupi sekarang?
Maukah Anda minum air yang berasal dari bekas gelas saya? Atau apakah Anda akan minum dari bekas botol air saya? Tak seorang pun yang memiliki akal sehat atau jika nanti sangat dibutuhkan baru akan minum dari bekas gelas saya ini. Semua orang akan menganggap bahwa gelas air saya telah sama kotornya dengan sampah dari luar jika saya sudah minum dari padanya. Apakah Anda tahu bahwa diri Anda walau dengan segala kebenaran dan kebaikan Anda sama seperti itu gelas bekas terpakai itu di hadapan Tuhan? Tapi kan saya tidak membunuh siapapun, saya tidak memperkosa wanita manapun. Saya telah menjalani kehidupan sebagai orang yang baik, mengapa Dia tidak mau menerima saya karena kebaikan yang telah saya lakukan? Mari kembali ke pertanyaan saya yang sebelumnya: maukah Anda minum air yang berasal dari bekas gelas saya? Well, itu sudah kotor kan! Ya, demikian juga karena hidup Anda pasti punya dosa walau hanya sedikit saja! Artinya, gelas kehidupan Anda sudah kotor sekalipun isi gelas kehidupan Anda adalah air emas. Siapa yang akan minum dari padanya? Hanya karena dosa yang Anda miliki tidak menyebabkan kerugian bagi orang lain lalu kemudian Anda kira Anda layak untuk diselamatkan? Pertanyaan saya hanyalah sebuah alegori sederhana mengenai apa yang Alkitab katakan tentang kebenaran kita. Itu seperti kain kotor, Yesaya 64: 6. Dan kain kotor itu bukan kain yang sekadar kotor habis dipakai melap meja tapi adalah kain yang digunakan wanita untuk membersihkan diri setelah menstruasi. Maukah Anda datang kepada Dia dengan kain itu sebagai persembahan kebenaran Anda?
Dosa telah menyingkirkan kita jauh dari hadirat Tuhan. Dosa benar-benar memutuskan kita dari kemuliaan-Nya. Dan entah Anda orang jahat atau orang baik, semua sudah terhilang. Tidak ada harapan sama sekali. Saat Adam dan Hawa jatuh, mereka membuang seluruh umat manusia ke dalam kegelapan total. Dan dengan keabadian dalam diri manusia (Pengkhotbah 3:11), kita semua menghadapi masalah yang nyata: apa yang terjadi karena dosa bisa untuk selamanya dalam kekekalan. Ya, ini bukan melebih-lebihkan dosa, tapi hanya menunjukkan fakta sebenarnya dari apa yang kita sebut dosa. Dosa bukan hanya sekedar suatu kesalahan, dosa lah yang memutuskan hubungan kita dari Dia, Yesaya 59: 2.
Jadi siapa yang BISA menyelamatkan kita? Atau bahkan siapa yang MAU menyelamatkan kita?
Pertama-tama, kita adalah manusia. Kita lebih tinggi dari sekadar makhluk lain yang tidak memiliki roh, jadi seharusnya seekor kambing atau sapi tidak bisa cukup layak untuk menyelamatkan kita. Semua korban yang dipersembahkan manusia hanyalah simbol atau perlambangan dari apa yang seharusnya diharapkan datang untuk menjadi korban sebenarnya untuk menebus kita semua manusia. Namun kebanyakan dari mereka terjebak dalam ritual ini sendiri dan berpikir bahwa korban-korban ini sendiri dapat menyelamatkan kita sekarang. Bagaimana bisa sesuatu yang bernilai lebih rendah digunakan untuk menebus perkara yang mempunyai nilai lebih? Pada akhirnya ini hanya menjadi sebuah penipuan saja kan?! Pada perkara lain kita juga berpikir bahwa batu besar atau pahatan kayu bisa menyelamatkan kita. Kita sembahyang padanya dan bahkan juga mempersembahkan dupa. Bagaimana mungkin hal-hal itu menyelamatkan kita? Semua berhala ini memiliki sesuatu yang terlihat seperti telinga dan mata tapi kita tahu dengan pasti bahwa berhala itu tidak memiliki kemampuan untuk mendengarkan atau melihat kita. Mungkin kita semua membutuhkan orang yang bisa mendengarkan (keluh-kesah) kita tanpa balas berbicara kepada kita! Aku hanya ingin didengar! Inilah jeritan tangis kebanyakan kita. Tapi semua ini (korban binatang dan berhala) tidak bisa menolong kita dari keterhilangan kita. Pada akhirnya, tinggal Tuhan saja yang bisa menolong kita. Kita hanya bergantung pada satu hal yang tersisa: rahmat-Nya.
Tuhan itu ADIL dan Tuhan itu KASIH.
Tapi tentu saja Tuhan tidak mungkin menunjukkan belas kasihan kepada kita kecuali keadilan-Nya sudah ditegakkan. Dosa harus dihukum terlebih dahulu. Kita tidak dapat menerima pengampunan-Nya tanpa ada darah yang ditumpahkan karenanya, Ibrani 9:22. Dan karena seekor binatang bernilai kurang untuk menyelamatkan kita dan berhala adalah benda mati, maka siapa yang bisa mengerjakan pengampunan dosa ini? Darah siapa yang bisa ditumpahkan untuk menyelamatkan kita? Logikanya, darah manusia jugalah yang seharusnya dipersembahkan karena yang membutuhkan penebusan adalah manusia itu sendiri. Tapi pada manusia, tidak ada yang juga layak melakukannya karena setiap orang berdosa. Bagaimana darah seorang manusia yang tercemar karena dosa bisa menjadi korban dosa itu sendiri. Setiap orang perlu diselamatkan terlebih dahulu sebelum bisa menyelamatkan orang lain. Ya sekalipun mereka yang menyebut dirinya orang-orang kudus dan suci, mereka semua masing-masing terhilang dan tetap perlu diselamatkan juga. Disinilah Yesus diperlukan: Dia melihat situasi yang tidak mungkin ini, Dia memutuskan untuk menolong kita atas kehendak-Nya sendiri. Jadi untuk menyelamatkan umat manusia, pertama-tama Dia harus menjadi manusia sendiri. Tapi tidak boleh dari garis silsilah Adam karena jika demikian Dia akan membawa benih dosa itu: Adam telah jatuh ke dalam dosa dan semua keturunannya akan mewarisi sifat dosa yang merusak ini ke dalam diri mereka masing-masing. Tapi untuk menjadi seorang manusia, dia harus dilahirkan dari seorang wanita. Dia memilih Maria tepat sebelum pernikahannya dengan Yusuf, Lukas 1:30. Dan Yesus kemudian dikandung oleh kuasa Roh Kudus segera setelah Gabriel malaikat itu menyampaikan Firman Tuhan kepadanya, Lukas 1:35. Ini sama sekali bukan hasil benih Yusuf, Matius 1:25. Dia adalah Tuhan Putra, lahir sebagai manusia melalui Maria tapi bukan dari keturunan Adam. Dia adalah manusia baru, Adam baru yang sama sekali tidak memiliki dosa. Dia adalah anak domba yang murni, yang siap disembelih sebagai penebusan dosa manusia.
Waktu Dia lahir, Dia lahir dengan satu tujuan saja: menjadi korban Anak Domba Allah diatas kayu Salib. Dia tidak datang untuk mencapai pendidikan tertinggi yang bisa Dia dapatkan. Dia tidak datang untuk menjadi orang yang paling sukses atau orang terkaya yang pernah ada. Dia tidak datang dengan tujuan lain kecuali salib itu sendiri. Dia datang hanya untuk mati sebagai korban perdamaian untuk menyelamatkan Anda dan saya. Bahkan jika Anda perhatikan dengan baik: jalan yang Dia pilih untuk melakukan ini semua sangatlah sulit. Sejak lahir, tidak ada yang lain selain kesusahan dan penderitaan yang harus Dia hadapi. Dia menempatkan diri-Nya melalui keluarga yang sangat miskin dimana ayahnya tidak mampu memberi tempat yang layak bagi Dia untuk dilahirkan. Yusuf sama sekali tidak punya pilihan lain kecuali memilih tinggal di ruang yang bercampur dengan hewan saat Yesus lahir. Dia harus memakai palungan untuk membaringkan Yesus, sebuah kotak tempat makanan hewan ditaruh, Lukas 2: 6-7. Tidak ada kerabat atau teman dekat yang bisa berkunjung sehingga Yesus bisa mendapatkan selimut yang layak untuk menghangatkan badan kecil-Nya, kecuali potongan-potongan kain yang membungkus-Nya. Dan bukan hanya kondisi buruk ini yang harus dihadapi-Nya, Dia juga harus bergantung penuh pada keluarga kecil dan biasa ini yang tidak punya kuasa atau koneksi demi keselamatan diri-Nya. Karena tidak lama setelah Ia lahir, seluruh keluarga perlu melarikan diri ke Mesir. Penguasa saat itu membuat keputusan untuk membunuh semua bayi berumur 2 tahun dan lebih muda demi mencegah munculnya Raja baru seperti yang dipercaya masyarakat saat itu, Matius 2:7 & 16. Untungnya, Tuhan mengutus 3 orang Majus untuk membawa cukup uang dan harta bagi mereka untuk melarikan diri ke Mesir, Matius 2:11. Dan malaikat memperingatkan Yusuf melalui mimpi sebelum kejadian mengerikan itu terjadi, Matius 2:13. Sejak hari kelahirannya, salib selalu membayangi jalan-Nya. Dia memilih jalan seperti ini supaya Dia bisa menjangkau yang paling kecil di antara kita, yang paling miskin dan yang tidak memiliki apa-apa, kepada para pengungsi, orang-orang yang terbuang dan yang ditolak. Dia harus mengidentifikasikan diri-Nya sampai kepada yang paling rendah supaya semua orang bisa diselamatkan jika mereka mau berbalik dan percaya kepada-Nya. Begitu buruknya jalan kehidupan yang telah dipilih-Nya. Suatu jalan Salib sejak awal.
Natal adalah langkah pertama Salib yang Yesus ambil.
Dia adalah Firman pada mulanya, Yohanes 1: 1-2. Dia bersama-sama dengan Tuhan dan Dia adalah Tuhan itu sendiri. Dia menciptakan segala sesuatu dan segala sesuatu adalah milik-Nya, Yohanes 1: 3. Namun, dia tidak pernah mengatakan TIDAK untuk semua ini. Bisakah Anda bayangkan jika Dia seperti Anda dan saya, dan justru berkata TIDAK saat Bapa meminta bantuan-Nya untuk menjadi korban Anak Domba bagi umat manusia? Ketika seseorang datang untuk meminta bantuan Anda di mana Anda perlu mengorbankan makan siang Anda, maukah Anda melakukannya? Atau jika Anda harus mengorbankan sebagian besar hidup Anda untuk membantu, maukah Anda melakukannya? Jika Dia adalah Anda yang kemungkinan besar akan berkata TIDAK, bisakah Anda membayangkan kehidupan yang akan Anda miliki tanpa pengampunan dosa Anda? Lihatlah saja kehidupan Anda sebelum mengenal Yesus, lihat bagaimana mereka yang diluar Yesus menderita di bawah kutukan dan kematian dosa yang menghancurkan segala sesuatu tanpa belas kasihan. Atau bahkan sekiranya Anda mau menolong, kebanyakan dari kita setidaknya akan mengatakan ini dulu, semoga kamu pantas saya tolong! Tahukah Anda bahwa sebenarnya kita tidak layak ditolong, tidak pantas diselamatkan !? Jika Anda tidak percaya ini, cobalah untuk memeriksa hati Anda sendiri. Hati manusia sangat jahat dan penuh dengan ketertarikan hanya pada diri sendiri saja. Itulah sebabnya keselamatan yang kita terima dari Salib disebut Anugerah karena kita tidak layak untuk menerima cinta yang begitu kuat dan besar dari Surga. Dan tetap saja, walau kita tidak layak menerima semuanya ini, Yesus tidak pernah mengatakan TIDAK. Dia tetap datang dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Yesus datang untuk menegakkan keadilan Allah atas dosa dan untuk mengasihi kita orang-orang berdosa. Dia membiarkan diri-Nya dipakukan di salib kayu itu, sendirian menghadapi semua penghakiman Allah atas dosa dan juga menyatakan kasih-Nya dengan menjadi pengganti kita. Dia tidak datang untuk menghakimi kita tapi untuk membawa penghakiman itu atas diri-Nya sendiri. Dia tidak datang untuk mengutuk kita tapi datang untuk menyerahkan diri-Nya menggantikan kita. Dia datang untuk mati demi Anda dan saya diatas kayu salib. Dia adalah Keadilan Allah atas dosa tetapi juga Kasih Allah atas manusia. Itulah yang kita sebut Tuhan itu BAIK! Bukan karena Anda masih akan hidup saat Anda bangun keesokan harinya, bukan karena Anda tidak dipenjara atau di rumah sakit tapi karena Tuhan Bapa mengambil Anak-Nya dan memakukan-Nya diatas Kayu Salib dan bukan Anda yang dipaku! Dan karena Yesus, Tuhan Anak, sangat mencintaimu sehingga Dia bersedia mengambil setiap langkah Salib ini sejak Ia dilahirkan sampai pada hari Ia wafat di kayu Salib itu. Dia melakukan semua ini walau tahu bahwa Anda mungkin tidak akan pernah membalas Cinta-Nya.
Jadi Natal seharusnya adalah semua tentang Salib itu juga sama seperti Paskah, semuanya tentang Yesus dari awal sampai akhir. Kita harus merayakan ini karena kasih-Nya yang menyelamatkan kita dan TIDAK karena semua alasan lain. Ya, dari Salib itu kita telah menerima: pengampunan dosa kita, penebusan jiwa kita yang terhilang dan pendamaian dengan Allah Bapa. Dia telah mendamaikan kita dengan Tuhan. Jadi entah Anda berada dalam situasi keuangan yang baik atau tidak, di rumah sakit atau tidak, penjara atau tidak: kita harus merayakan bahwa seorang Juruselamat telah lahir bagi kita !!
Satu hal terakhir, pujilah Tuhan sebab maut tidak dapat menahan Dia lebih dari 3 hari. Dia bangkit kembali dan akan datang lagi suatu hari nanti. Hari itu akan tiba dengan segera bagi semua orang yang menantikan Dia dengan penuh semangat. Saat kita merayakan Natal, kita seharusnya mengenang jalan yang Yesus ambil untuk menyelamatkan kita. Supaya kita tetap bisa kuat dalam kasih karunia-Nya dan tumbuh di dalam anugerah-Nya lebih hebat lagi.
Leave a Reply