Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?
Markus 4:40
Setelah Tuhan menenangkan badai tersebut, Ia berkata pada murid-murid-Nya, mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya? Markus 4:40, Lukas 8:25. Tapi dalam Matius 8:26, Ia menegur mereka sebelumnya. Yang menarik pada Lukas 8:25 sendiri dalam terjemahan The Passion, Ia berkata, apakah engkau kehilangan percaya (iman) pada-Ku?
Photo above by Juan Austin Mercy
Tidak bisa disangkali bahwa seringkali ketika kita melalui badai yang hebat dihidup ini, hal yang pertama terjadi adalah kita mulai meragukan pemeliharaan dan pertolongan Tuhan dalam diri kita. Bahkan banyak diantara kita segera datang pada titik: kita tidak lagi percaya pada Dia. Ditengah kesulitan banyak orang bisa segera berbalik meninggalkan Dia.
Mungkin hal ini bisa dikatakan wajar bagi kita sebagai manusia, tapi jika demikian kita telah membuktikan benarnya tuduhan iblis atas kita dihadapan Tuhan dalam Ayub 1:11, Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu. Betul bahwa tidaklah mungkin kita bisa lari (meninggalkan) dari hadapan Dia yang Maha Hadir. Tapi jelas banyak dari kita yang marah dan kesal (mengutuki) kepada Dia yang kita pikir meninggalkan kita. Persis seperti tangisan murid-murid dalam Markus 4:38, Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?
Mengapa kamu begitu takut? Jawab Yesus. Ya, mengapa kita begitu takut? Tuhan, kita sedang akan binasa!! Tidakkah Tuhan peduli akan hal ini? Seharusnya Dia peduli.. tapi kenapa Dia baru bangun setelah dibangunkan oleh murid-murid-Nya? Dia tertidur begitu rupa seakan-akan Dia tidak pusing jika perahu mereka segera tenggelam. Bahkan setelah bangun dan menghardik badai itu, Dia malah berbalik dan menegur murid-murid-Nya, mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya? Markus 4:40. Tuhan (tetap) peduli tapi Tuhan mau murid-murid melihat bahwa mereka bisa melalui badai itu bersama dengan Tuhan tanpa mujizat.
Kehendak Tuhan: bukan menghardik badai!
Bukan kehendak Tuhan untuk menghardik badai itu, kehendak Tuhan adalah mereka mempunyai iman yang kuat. Iman yang mengalahkan segalanya, yang mengalahkan dunia, Yohanes 16:33. Dan iman seperti ini hanya didapat setelah melalui badai. Ya, setelah melalui badai. Ketika Tuhan menghardik badai itu, badai itu berhenti tapi iman yang Tuhan harapkan bisa dibentuk melalui badai tidaklah terjadi. Itu sebabnya Ia menegor mereka, mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya? Markus 4:40. Memang tidaklah mudah untuk melihat perkara ini. Banyak dari kita selalu mengidentifikasikan bahwa kalau Tuhan hadir, pasti ada mujizat, pasti ada kesembuhan, pasti ada keselamatan. Jika Ia Tuhan dan jika Ia hadir, Tuhan pasti menyelamatkan. Tapi perhatikan hujatan dan olok-olok orang banyak serta orang Farisi dalam Matius 27:39-44. Seringkali seruan dan tuntutan kita akan mujizat bukanlah karena iman kita yang telah menjadi kuat tapi lebih karena kita menginginkan masalah kita segera selesai. Kita tidak lagi tahan dengan proses yang diijinkan (dibiarkan) Tuhan, kita cuma mau semuanya ini berakhir. Segera!
Jika demikian maunya kita, Tuhan (memang) bisa mengerjakannya bagi kita. Makanya Dia menghardik badai itu ketika Ia dibangunkan dalam Markus 4:39, Lukas 8:24, Matius 8:26. Tapi teguran-Nya tetap juga datang pada murid-murid. Ini menunjukkan bahwa hardikan Tuhan atas badai itu bukanlah kehendak Tuhan, itu adalah maunya kita (murid-murid), kehendak kita. Oh, jika demikian apakah itu berarti Tuhan mau mereka (atau kita bahkan) mati dan binasa oleh badai itu? Engkau tidak perduli kalau kita binasa? Markus 4:38. Tidak, Tuhan juga tidak menginginkan kebinasaan (kita) mereka. Kehendak Tuhan adalah badai itu jangan dihardik tapi laluilah (lewatilah) bersama Tuhan!
Perhatikan ini: jika seorang murid gagal menghadapi ujian, ia harus mengulangi ujian itu. Dan karena badai ini dihentikan oleh hardikan Tuhan, murid-murid harus mengulang badai itu sekali lagi. Matius 14:22-33, Markus 6:47-51, Yohanes 6:16-21. Pada badai kedua ini (berbeda dengan yang pertama), Tuhan bahkan tidak ada dengan mereka. Tuhan sedang sibuk berdoa dan baru datang sesaat setelah badai berkecamuk (Ia datang dengan jalan diatas air). Jika anda adalah murid-murid, yang mana yang anda pilih: badai yang Tuhan ada tapi tertidur atau yang Tuhan tidak ada karena sibuk dengan perkara yang lain?
Kehendak Tuhan: melewati badai sampai selesai
Jika kita memilih badai yang dimana Tuhan tertidur, mengapa kita begitu ketakutan ketika Ia tertidur? Bukankah Ia tetap hadir (walau Ia tertidur)? Tidakkah kita menyadari bahwa kehadiran-Nya sudah cukup bagi kita? Tidakkah kita menyadari bahwa kemampuan Tuhan untuk bisa terus tertidur ditengah badai besar yang sedang berkecamuk adalah juga contoh dan mujizat bagi kita: bahwa jika damai-Nya menguasai kita, damai-Nya yang melampaui segala akal dan pikiran akan mampu membawa kita melewati badai ini.
Filipi 4:7, Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
Kehendak Tuhan: apakah kebinasaan?
Memang sulit bagi kita untuk melihat kehendak Tuhan ini: Ia tidak menginginkan untuk menghardik badai itu. Ini akan membawa kita berpikir, oh jadi Ia menginginkan kita binasa?! Bukankah dalam Yeremia 29:11 dikatakan bahwa rancangan-Nya adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Jadi mengapa menghardik badai itu disini bukanlah kehendak Tuhan? Pertanyaannya adalah apakah memang mereka akan benar-benar akan binasa jika Tuhan tidak menghardik badai itu?
Perhatikan badai kedua yang mereka alami setelah badai pertama ini, Matius 14:22-33, Markus 6:47-51, Yohanes 6:16-21. Cuma Lukas yang tidak mencatat badai kedua, tapi dalam setiap Injil ini ada 3 peristiwa berbeda yang terjadi. Dan dari ketiga peristiwa itu, tidak satupun Tuhan sama sekali menghardik badai kedua itu. Markus 6:51 menunjukkan bahwa ketika Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan anginpun redalah. Yohanes 6:21, mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui. Matius 14 bahkan menceritakan pada kita, Petrus turun dan jalan diatas air (ayat 29-30). Tapi tidak satupun dari 3 Injil itu menunjukkan Ia menghardik badai itu!
Kehendak Tuhan: bukan mencelakakan kita yang menjadi tujuan-Nya
Ya, kebinasaan belum tentu terjadi jika badai itu tidak dihardik. Tuhan tidak berencana mencelakakan kita, Tuhan mau kita berubah. Tuhan mau kita mengenal Dia. Mengenal Dia yang sanggup bukan hanya menenangkan badai dalam hardikan-Nya, tapi bahwa ketika Dia naik ke perahu kita: badai itu pasti tenang (dengan sendirinya). Bahwa ketika Dia naik ke perahu kita: perahu kehidupan kita akan segera, seketika itu juga, sampai ke pelabuhan yang kita tuju. Bahkan ketika Dia ada dengan kita: kita sanggup berjalan bersama Dia seperti Petrus berjalan diatas badai (bukan cuma diatas air).
Tujuan kehidupan kita bukanlah sekedar mengalami mujizat. Tujuan kehidupan kita adalah untuk mengenal Dia, Yohanes 17:3. Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Dan melalui badai (sampai selesai) adalah kesempatan untuk tumbuh mengenal Dia lebih dari sekedar sebagai pembuat mujizat.
Kehendak Tuhan: mengenal Dia
Jika Ia tidak terlambat dalam menolong Lazarus (Yohanes 11:5-6), kita hanya akan mengenal Dia sebagai penyembuh Lazarus. Tapi untung Dia terlambat, kita mengenal-Nya lebih sebagai yang membangkitkan Lazarus, Yohanes 11:25.
Jika Ia turun dari Salib, Matius 27:40, kita tidak akan mengenal-Nya sebagai penebus dosa-dosa kita. Ya, perhatikan ini: cuma diri-Nya yang akan tertolong jika Ia turun dari Salib itu. Pasti ini akan kelihatan hebat karena turun-Nya Dia juga pasti disertai oleh malaikat-Nya sebesar 12 pasukan. Matius 26:53, Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Dalam terjemahan KJV, 12 pasukan adalah 12 legion. 1 legion dalam jaman kerajaan Roma dimana Yesus hidup sekitar 2.000 tahun yang lalu adalah sebanyak 6.826 tentara, yang terdiri dari 6,100 tentara yang berjalan kaki dan 726 tentara berkuda. Jadi 12 legion itu sama dengan 81.912 tentara, yang terdiri dari 73,200 tentara yang berjalan kaki dan 8,712 tentara berkuda. Luarbiasa, bukan?
Tapi manakah yang lebih luarbiasa: bahwa Ia tidak memanggil hamba-hamba-Nya itu (Yohanes 18:36), 12 legion itu, bahwa Ia tetap bertahan diatas kayu salib, bahwa Ia tetap memilih tergantung terus dan akhirnya mati disalib. Bahwa Ia tidak menengking badai salib itu untuk berhenti!
Ataukah Ia sebaiknya memanggil 12 legion itu?
Salib: kebinasaan Yesus adalah keselamatan kita? Ya!
Jika yang terakhir diatas adalah jawaban anda, kita semua masih akan terhilang dalam dosa. Tidak mendapatkan penebusan kita karena salib itu, dosa kita tidak akan memperoleh pengampunan. Dan pada akhirnya kita semua juga akan dihukum oleh Dia ini yang turun dari salib itu, bukankah kita semua akan tetap berdosa? Jika Ia turun dari salib dan tidak menyelesaikan kehendak Tuhan atas salib itu.
Salib itu adalah kehendak Tuhan, kehendak Tuhan akan Anak-Nya Yesus Kristus untuk mati tergantung penuh penderitaan dan memalukan diatas kayu salib. Tapi itu juga yang menyelamatkan kita. Yesus yang menegur para murid dalam Markus 4:40 telah menjadi teladan kepada kita bahwa Ia pun tidak menghardik badai-Nya sendiri. Ia melewati badai salib itu dengan penuh iman dan percaya bahwa Tuhan Bapa sanggup membangkitkan Dia dari antara orang mati jika karena badai (salib) itu Ia harus mati. Dan itu yang terjadi bahwa Ia dibangkitkan pada hari yang ke-3. Matius 28, Markus 16, Lukas 24, Yohanes 20.
Jangan takut
JANGAN TAKUT, JANGAN GELISAH HATIMU, PERCAYALAH KEPADA YESUS. Yohanes 14:1, Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.
Ya, jangan takut. Janji Tuhan ya dan amin, Ia akan menyertai kita melalui badai ini. Firman-Nya tidak akan pernah gagal, Firman-Nya akan selalu berhasil mengerjakan tujuan dan kehendak-Nya.
Yesaya 55:6-11, Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat! Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya. Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu. Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.
Ya, Firman-Nya pasti akan berhasil. Ia tidak pernah gagal, Ia tidak akan mulai gagal dengan anda bahkan!
7 April 2020
Arnold Sigik
Leave a Reply