Yitz’chak (Ibrani), atau Ishak dalam bahasa kita adalah anak perjanjian Abraham. Anak satu-satunya dari Sarah. Kisahnya dimulai dalam Kejadian 21:3, Abraham menamai anaknya yang baru lahir itu Ishak, yang dilahirkan Sara baginya. Arti namanya adalah tertawa, karena baik Sara maupun Abraham, keduanya tertawa mendengar janji Tuhan akan Ishak ini. Kejadian 17:17 & 18:12.
Ishak adalah sosok sempurna untuk menjadi contoh Kristus dalam Perjanjian Lama. Bukan hanya karena kerelaan dan ketaatannya, ia hampir dikorbankan ayahnya di gunung Moria..,
Tapi juga ia menjadi satu-satunya karakter Alkitab yang beristrikan cuma satu wanita (diantara Abraham dan Yakub). Abraham memiliki bukan hanya Sara, tapi Hagar (Kejadian 16) dan Keturah juga (Kejadian 25). Walau ada yang mempercayai bahwa Abraham punya 3 istri, nama Keturah sendiri dalam beberapa tafsiran Yahudi yang berbeda diartikan sebagai semacam gelar yang diberikan kepada Hagar karena kualitasnya sebagai seorang wanita yang baik. Menurut tafsiran itu, Hagar tetap menantikan Abraham, suaminya, sekalipun ia telah diusir. Dan ketika Sara telah meninggal dan Ishak telah menikah dengan Ribka, Hagar dibawa kembali kepada Abraham oleh Ishak sendiri (menurut tafsiran itu). Bukankah Ishak, telah datang dari arah sumur Lahai-Roi; sebab ia tinggal di Tanah Negeb, ketika Ribka dibawa padanya? Kejadian 24:62. Lahai-Roi sendiri adalah tempat dimana Hagar dan Ismael pergi setelah terusir pertama kali dari kemah Abraham, Kejadian 16:13-14. Islam pun mempercayai hal yang sama bahwa Hagar dan Keturah adalah wanita yang sama.
Yakub, anak kedua Ishak, sendiri sebenarnya cuma jatuh cinta pada satu orang perempuan dalam Kejadian 29 dan 30. Ia rela bekerja 7 tahun untuk mendapatkan Rahel (29:20), tapi ia ditipu Laban ayah mertuanya dimalam pertama Yakub. Lea yang diberikannya (29:23). Yakub tidak menyadari hal itu sampai pagi harinya (29:25). Walau ia memang akhirnya mendapatkan Rahel juga di hari ke-7 pesta kawinnya itu (29:28), tapi ia harus bekerja 7 tahun lagi (29:30). Dan karena kedua istrinya ini saling bersaing mendapatkan cinta Yakub dalam pasal 30, Yakub sendiri berakhir dengan ketambahan 2 istri lagi, Bilha dan Zilpa. 2 wanita yang sebenarnya adalah dayang-dayang atau pembantu pribadi istri-istri Yakub. Lahirlah 12 anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan dari 4 istri ini.
Dijaman bapa-bapa Patriakh ini, budaya memberikan budak perempuan kepada Tuan laki-laki adalah perkara yang umum di masyarakat itu. Terutama karena alasan untuk menjadi ibu pengganti (surrogate mother) untuk melahirkan keturunan. Tentu dijaman ini, hal itu sangat melanggar etika dan moral yang ada. Tapi dijaman itu sah-sah saja. Hal ini juga dimungkinkan karena pengertian budak dijaman itu sama sekali berbeda dengan apa yang kita mengerti sebagai pembantu, atau asisten rumah tangga, a domestic helper.
Dijaman sekarang, mereka yang membantu kita dalam urusan sehari-hari dalam rumah tangga kita harus dibayar sepantasnya. Diperlakukan dengan benar dan penuh hormat, sekalipun mereka menjadi orang yang mengerjakan pekerjaan yang berat dan kotor dalam rumah kita. Bahkan karena dua alasan ini, kita seharusnya membayar mereka lebih, lebih dari standar pemerintah akan gaji minimum. Bukan justru dimanfaatkan sebesar-besarnya hanya karena sudah diberi uang oleh kita. Sikap suka memanfaatkan ini adalah sikap kolonialis, penjajah. Pertanyaannya, jika mereka lari dan orang tahu bahwa kita masih suka menjajah, siapa yang mau datang bekerja untuk kita? Siapa yang mau mengerjakan pekerjaan berat dan kotor itu lagi? Ya, kebiasaan buruk ini suka ada bukan cuma dilingkungan masyarakat berduit tapi juga bahkan di gereja-gereja besar dan kaya. Sang Pendeta Senior masih dikuasai oleh sifat penjajah, terutama terhadap pengerja sendiri, belum bisa merendahkan diri seperti Yesus.
Dijaman itu, budak adalah properti seseorang. Bukan seperti pembantu, jaman sudah berubah sekarang. Dijaman itu, manusia masih berusaha memiliki manusia lainnya. Dan jika itu terjadi, maka yang dimilikinya ini adalah hak dan properti si pemilik. Bagaimanapun si budak diperlakukan, itu tergantung pada kemurahan hati tuannya. Pepatah anjing lebih berharga dari budak, sangat benar adanya dijaman itu. Dan menjadi budak bukan hanya berarti menjadi pembantu, mereka yang membantu pekerjaan-pekerjaan tuannya. Bahkan mereka menjadi pengganti, termasuk menjadi istri atau ibu pengganti jika nyonya mereka tidak bisa lagi. Demikian yang diperbuat Sara, dengan memberikan Hagar dalam Kejadian 16:3. Dan juga Rahel ketika memberikan Bilha (Kejadian 30:3) dan Lea dengan Zilpa (Kejadian 30:9).
Uniknya Ishak tidak jatuh pada dosa yang sama, seperti Abraham ayahnya dan Yakub anaknya. Bukan karena ia dengan mudahnya mendapatkan 2 anak sekaligus, Esau dan Yakub, Kejadian 25:21-22. Tapi ia pun sebenarnya mengalami apa yang dialami Abraham dengan Sara yang mandul. Ya, Ribka juga mandul, Kejadian 25:21. Di ayat yang sama ini, disebutkan bahwa berdoalah Ishak kepada TUHAN untuk isterinya, sebab isterinya itu mandul; dan juga dalam ayat yang sama ini, TUHAN mengabulkan doanya, sehingga Ribka, isterinya itu, mengandung.
Kedengaran sangat mujarab doa Ishak. Tapi perhatikan dengan baik bahwa ia menikah dengan Ribka saat ia berumur 40 tahun, atay 20, dan Ishak berumur empat puluh tahun, ketika Ribka, anak Betuel, orang Aram dari Padan-Aram, saudara perempuan Laban orang Aram itu, diambilnya menjadi isterinya. Dan Esau serta Yakub lahir ketika ia sudah berumur 60 tahun, ayat 26, sesudah itu keluarlah adiknya; tangannya memegang tumit Esau, sebab itu ia dinamai Yakub. Ishak berumur enam puluh tahun pada waktu mereka lahir. Kalau kita cuma mencomot satu ayat tanpa menbaca seluruh perikop ini dengan baik-baik, kita pasti mau doa kita semujarab doa Ishak. Tapi kalau kita membaca dengan seksama, kita mengerti bahwa doa yang kelihatannya langsung dijawab, hanya dalam satu ayat: Ishak berdoa, Tuhan menjawab, doa ini sendiri membutuhkan 20 tahun untuk digenapi.
Ya, mungkin bukan persis 20 tahun. Mungkin dalam 1-2 tahun setelah mereka menikah barulah mereka menginginkan punya anak seperti keluarga-keluarga modern sekarang yang tidak mau langsung punya keturunan. Tapi setelah mencoba sampai 5 tahunan lagi.., mereka sendiri mulai berputus asa pastinya. Kok gak ada? Ketika Ismael lahir bagi Abraham, ada 10-11 tahun berlalu bari Abraham dan Sara, Kejadian 16:3, 16. Ishak sendiri tidak lahir sampai Kejadian 21, ada 14 tahun lagi berlalu setelah Ismael. Tapi uniknya dalam kasus Ishak dan Ribka, mereka tidak memutuskan untuk berlaku sama seperti masyarakat dijaman itu. Mereka tidak mengambil salah satu budak atau dayang-dayang Ribka untuk menjadi ibu pengganti, surrogate mother, demi mendapatkan keturunan! Mereka bisa menunggu waktu Tuhan.
Keputusan mereka menunggu waktu Tuhan tidak membuat waktu-Nya lebih cepat datang. Waktu menunggu mereka sendiri juga berkisar 15-20 tahun-an, Kejadian 25:21 & 26. Bukan waktu yang pendek untuk menunggu punya anak. Yang pasti, mereka tidak mengulang kesalahan yang sama yang dilakukan Abraham dan Sara. Mereka tidak menjadi putus asa menunggu, lalu berusaha menolong Tuhan. Mereka berdoa, dan terus menunggu. Sampai Tuhan menjawab doa mereka. Dan Tuhan memberi mereka 2 sekaligus, Esau dan Yakub.
Ayat 21 dalam Kejadian 25 ini cuma terbagi dua oleh tanda baca “ ; “ dalam Alkitab Terjemahan Baru Indonesia. Berdoalah Ishak kepada TUHAN untuk isterinya, sebab isterinya itu mandul; TUHAN mengabulkan doanya, sehingga Ribka, isterinya itu, mengandung. Tapi tanda baca “ ; “ ini punya rentang waktu 15-20 tahun. Mampukah kita menunggu selama itu seperti Ishak? Atau kita pun jatuh pada kesalahan yang sama seperti Abraham?
Ya, mereka dapat 2 sekaligus, anak-anak kembar. Tapi mereka berdua ini, telah bertolak-tolakan sejak dari dalam kandungan, ayat 22.
Jadi cuma Ishak memang yang beristrikan 1 wanita. Bahkan diantara kebanyakan tokoh-tokoh Perjanjian Lama. Seperti Kristus yang mempunyai hanya 1 mempelai, Gereja-Nya sendiri. Bahkan dalam banyak perkara ia menunjukkan ia adalah generasi yang lebih baik dari ayahnya Abraham. Ia telah belajar banyak dari kesalahan ayahnya sendiri.
Abraham dan Ishak, sama-sama menerima janji Tuhan. Kejadian 12 menunjukkan janji Tuhan bagi Abraham, bagi Ishak ada di Kejadian 26. Dan dalam 2 pasal yang berbeda ini, mereka masing-masing juga ditantang dengan masa kelaparan. Tapi Ishak hanya turun sampai ke daerah orang Filistin dan Tuhan berhasil mencegahnya menyebrang ke Mesir, Kejadian 26:2 & 6. Tidak seperti ayahnya yang pergi ke Mesir, Kejadian 12:10. Dan oleh karena Mesir inilah, Hagar hadir dalam keluarga Abraham dan Sara sehingga akhirnya Ismael lahir, Kejadian 16:15. Hagar adalah salah satu hadiah Firaun kepada Abraham ketika Sara diambil darinya, Kejadian 12:16. Seandainya Abraham, seperti Ishak, tidak ke Mesir, Hagar tidak ada dan Ismael tidak pernah lahir.
Ishak mendengarkan Firman Tuhan dan TAAT, Kejadian 26:2, janganlah pergi ke Mesir, … ayat 6, jadi tinggallah Ishak di Gerar. Memang betul bahwa seperti Abraham, Ishak pun jatuh dalam dosa membohongi orang lain dengan mengatakan bahwa istrinya adalah saudaranya, ayat 7, seperti Abraham dalam Kejadian 12:12-13. Tapi Ribka tidak sempat diambil oleh siapapun di Gerar. Sekali lagi, Tuhan melindungi keluarga ini. Uniknya bahwa ketika Abimelekh yang saat itu sudah berusia 6o tahun lebih tua (Ishak sudah berumur 60, Kejadian 25:26 dan Abimelekh sudah hadir sejak Kejadian 20 ketika ia mengambil Sara jadi istrinya), masih suka mengintip perempuan, mendapati Yakub masih mencumbu Ribka, Kejadian 26:6-11. Karena situasi ini, Ishak justru mendapatkan keamanan bagi dirinya dan keluarga. “Siapa yang mengganggu orang ini atau isterinya, pastilah ia akan dihukum mati.” Kejadian 26:11.
Keamanan ini membuat dia bisa mulai bekerja dengan baik. Benar jika dikatakan bahwa kalau masyarakat aman, ekonomi bisa maju. Maka menaburlah Ishak di tanah itu, ayat 12. Di tanah itu, area yang sama dan menjadi bagian dari masa kelaparan yang menimpa tanah Kanaan. Ayat 1 berbunyi, Maka timbullah kelaparan di negeri itu.–Ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham. Ya, digenerasi Ishak, musim kelaparan juga terjadi. Tapi Ishak bereaksi berbeda dari ayahnya. Ia tidak ke Mesir, tetap berani tinggal di Kanaan, dan ia justru mulai bekerja. Ia menabur ditanah yang kering itu! Dan karena ketaatan-Nya (ayat 6) pada Firman Tuhan yang datang padanya (ayat 2), ia pun diberkati. Ayat 12, Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN.
Berbeda dengan Ishak, di masa kelaparan Abraham pergi ke Mesir. Mencari pertolongan dari orang lain, dari dunia ini. Dia seakan-akan lari dari kesulitannya, tidak berani menghadapi kesusahan karena kelaparan ini. Ishak tetap tinggal didaerah Kanaan. Ia justru mengambil langkah berbeda dengan mulai membuka lahan di daerah yang mengalami kelaparan. Nekat mungkin, pikir kita semua melihatnya. Tapi ada janji Tuhan bagi-Nya, ayat 3, Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau. Ya, Ishak tidak menunggu musim berubah. Tidak menunggu musim hujan, dimana ada kelimpahan baru ia menabur. Ia tidak menunggu ada ekstra dulu.
Ditanah yang kering, ia menabur. Ditempat yang tidak menjanjikan, ia bekerja. Dan Tuhan memberkatinya, 100 kali lipat. Dengan cepat ia segera menjadi kaya dan sangat kaya, ayat 13. Di ayat 14, orang Filistin menjadi cemburu padanya. Kecemburuan dan iri hati orang lain adalah tanda anda diberkati Tuhan. Dan seringkali itu datang justru bukan karena kepemilikan harta dan materi dunia tapi karena mereka melihat sesuatu yang anda punya yang tidak dipunyai mereka: penyertaan Tuhan. Dan itu yang dilihat oleh orang Filistin. Ayat 28, Jawab mereka: “Kami telah melihat sendiri, bahwa TUHAN menyertai engkau;
Menariknya, ada 4 sumur Abraham yang digali kembali oleh Ishak, ayat 15 & 19.
- Ayat 20, sumur Esek, pertengkaran.
- Ayat 21, sumur Sitna, permusuhan.
- Ayat 22, sumur Rehobot, kelegaan.
- Ayat 33, sumur Syeba, suatu sumpah.
Setiap sumur ini menunjukkan suatu progress bagaimana Tuhan membawa damai dan keamanan kepada Ishak dan keluarganya. Namun yang perlu diperhatikan disini adalah bagaimana Ishak mau mengalah dan terus berpindah sampai ia menemukan sumur yang bisa digalinya dan tidak lagi memberi pergumulan baginya. Ia tidak melawan dan berusaha mempertahankan apa yang menjadi miliknya atau apa yang telah digali oleh ayahnya Abraham. Ia mengalah dan membiarkan Tuhan yang membela dia. Dan walau ia sampai di Rehobot, ia masih pindah sekali lagi ke sumur ke-4. Sumur yang terakhir dimana ia dan Abimelekh bersumpah damai satu dengan yang lainnya.
Keesokan harinya pagi-pagi bersumpah-sumpahanlah mereka. Kemudian Ishak melepas mereka, dan mereka meninggalkan dia dengan damai. Pada hari itu datanglah hamba-hamba Ishak memberitahukan kepadanya tentang sumur yang telah digali mereka, serta berkata kepadanya: “Kami telah mendapat air.” Lalu dinamainyalah sumur itu Syeba. Sebab itu nama kota itu adalah Bersyeba, sampai sekarang. Kejadian 26:31-33.
Persis seperti kata Amsal 16:7, Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itupun didamaikan-Nya dengan dia.
Di Bersyeba ini, Ishak melakukan sesuatu yang sekali lagi bisa dikatakan lebih baik dari Abraham. Dalam Kejadian 26:25, sesaat sebelum Abimelekh datang dengan pasukannya (ayat 26), Ishak mendirikan mezbah. Menariknya bahwa ayat ini mencatat ke-3 perkara ini sebagai berikut: mezbah, kemah, dan sumur yang terakhir.
Kejadian 26:25, Sesudah itu Ishak mendirikan mezbah di situ dan memanggil nama TUHAN. Ia memasang kemahnya di situ, lalu hamba-hambanya menggali sumur di situ.
Bandingkan dengan Abraham, Kejadian 12:8, Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN.
Juga Kejadian 13:18, Sesudah itu Abram memindahkan kemahnya dan menetap di dekat pohon-pohon tarbantin di Mamre, dekat Hebron, lalu didirikannyalah mezbah di situ bagi TUHAN.
Abraham selalu mendirikan kemahnya lebih dahulu daripada mendirikan mezbah ditempat baru. Ishak, mendirikan mezbah lebih dahulu lantas memasang kemahnya. Ishak mengutamakan ibadah, dan doa serta persembahannya kepada Tuhan LEBIH DAHULU daripada rumah dan keluarganya. Ketika ia tiba di Bersyeba, Kejadian 26:23, setelah Tuhan berfirman padanya, ayat 24, ia lalu mendirikan mezbah dulu, ayat 25 sebelum ia membangun kemahnya. Seperti Abraham, kebanyakan kita sangat memperhatikan keluarga kita sampai kita lupa bahwa Tuhan jadi nomor 2 dalam hidup kita. Ishak mendirikan mezbahnya dulu baru ia menyediakan tempat perlindungan bagi keluarganya. Persis seperti apa yang jadi Firman Tuhan dalam kitab Hagai 1:2-11,
Beginilah firman TUHAN semesta alam: Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN!” Maka datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai, bunyinya: “Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan? Oleh sebab itu, beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu! Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang! Beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu! Jadi naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman TUHAN. Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri. Itulah sebabnya langit menahan embunnya dan bumi menahan hasilnya, dan Aku memanggil kekeringan datang ke atas negeri, ke atas gunung-gunung, ke atas gandum, ke atas anggur, ke atas minyak, ke atas segala yang dihasilkan tanah, ke atas manusia dan hewan dan ke atas segala hasil usaha.”
Bahkan perhatikan, sumur bagi Abraham dan Ishak selalu menjadi yang terakhir. Jika mezbah melambangkan Tuhan, ibadah, doa dan persembahan kita, kemah menunjukkan kediaman, rumah dan keluarga kita. Sumur sendiri bercerita akan sumber pendapatan kita, usaha dan pekerjaan kita. Dan ya, sumur adalah hal terakhir bagi Abraham dan Ishak. Bukan hal pertama dan utama seperti bagaimana kita memprioritaskan kehidupan. Kita selalu menaruh usaha dan pekerjaan kita nomor satu. Nanti ada waktu, nanti kalau sudah cukup, nanti kalau sudah santai.. baru kita mencari Tuhan. Bahkan seringkali kita menaruh keluarga diatas Tuhan. Tuhan menjadi nomor 3!
Tidak heran, kita mengalami semua yang disebutkan Hagai diatas, ayat 5-7, Perhatikanlah keadaanmu! Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang! Beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu!
Ishak memprioritaskan Tuhan lebih dulu, bahkan lebih baik dari ayahnya Abraham sendiri. Satu hal yang dia pelajari ketika Tuhan menyuruh ayahnya mempersembahkan dirinya diatas mezbah. Ia menjadi mengerti bahwa cinta kepada anak sendiri bisa menjadi penghalang kasih kita yang seharusnya kepada Tuhan. Ia mengerti bahwa Tuhan yang kepada-Nya ia melayani harus diutamakan, diprioritaskan, dikasihi lebih dahulu dan lebih utama, melebihi semuanya yang lain. Jika tidak, Tuhan itu akan meminta yang anda kasihi lebih dari Dia untuk dipersembahkan pada-Nya. Tuhan harus nomor satu!
Bagaimana kita, apakah dihidup kita mezbah adalah yang pertama baru kemah dan sumur yang terakhir? Atau, sumur dahulu, kemah dan mezbah yang terakhir? Bukankah anda kepingin Tuhan memberkati usaha anda, pekerjaan anda, memelihara keluarga anda, menjagai anda senantiasa? Kenapa Dia anda perhatikan terakhir?
Biar Ishak menjadi contoh bagi kita dalam Kejadian 26. Bukan hanya karena ia tetap menabur ditanah yang kering, di musim kelaparan. Tapi bagaimanapun pergumulannya, Tuhan tetap menjadi nomor satu dalam kehidupannya.
Mazmur 91:1 NIV,
Siapapun yang tinggal di dalam naungan Yang Mahatinggi akan beristirahat di bawah lindungan Yang Mahakuasa.
Leave a Reply