Kolose 1:3-5, Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu, karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga. Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil, yang sudah sampai kepada kamu.
Tidak banyak orang yang jika kita ingat akan menyebabkan kita mengucap syukur kepada Tuhan. Tapi jemaat ini telah mendapatkan kelayakan menerima ucapan syukur Paulus kepada Tuhan. Khususnya lewat doa-doa Paulus. Siapakah mereka yang biasanya kita mau ingat dalam doa-doa kita, yang karenanya kita mau mengucap syukur kepada Tuhan. Jangan sampai yang hanya kita ingat adalah mereka yang membuat kita kesal dan marah. Mari kita mulai berdoa bagi orang lain, khususnya mereka yang telah membuat kita menaikkan ucapan syukur kepada Tuhan.
Alasan mengapa Paulus mengucap syukur kepada Tuhan karena mereka, disebutkan dalam ayat 4. Iman kepada Yesus dan kasih mereka terhadap semua orang kudus. Diterjemahan Amplified dikatakan seperti ini.
Karena kami telah mendengar akan imanmu didalam Kristus Yesus [kebersandaran akan segenap kepribadianmu sebagai manusia terhadap Dia dalam percaya dan keyakinan penuh akan kuasa-Nya, hikmat dan kebaikan-Nya] dan akan kasih kamu [telah tunjukkan] terhadap semua orang kudus (umat Tuhan yang dikuduskan). Karena pengharapan [dari pengalaman yang] yang nyata [disimpan dan menunggu] bagi kamu di Sorga. Terhadap hal ini [pengharapan] yang kamu dengar dimasa lalu dalam firman kebenaran dari Injil.
Di bagian ini, karena pengharapan yang nyata bagi kamu di Sorga, diterjemahan Passion berbunyi demikian: karena pewahyuan akan Injil yang benar itu sama nyatanya hari ini dengan hari pertama kamu mendengar pengharapan kita yang penuh kemuliaan.
Suatu kesaksian hidup yang luarbiasa dari sebuah jemaat, nyata dalam iman dan kasih mereka serta bersumber dari pengharapan mereka dari Injil. Paulus rupanya sangat terkesan karenanya.
Karena kami telah mendengar akan imanmu didalam Kristus Yesus, iman yang nyata dari kebergantungan penuh mereka kepada Dia dalam percaya dan keyakinan terhadap kuasa-Nya, hikmat dan kebaikan-Nya. Iman akan kuasa Tuhan, hikmat Tuhan dan kebaikan Tuhan. Iman bahwa Tuhan sanggup dan mau menolong mereka. Ya, iman yang tidak hanya sekedar mengetahui bahwa Tuhan mampu. Yakobus berkata bahwa Setan juga tahu akan hal ini, Yakobus 1:19. Tapi iman yang mempercayai Tuhan juga mau. Dan justru ini menunjukkan apa yang disebut sebagai iman, bahwa Tuhan sanggup dan mau (menolong). Percaya bahwa Dia tahu caranya (oleh hikmat-Nya) bagaimana menolong kita. Percaya bahwa Dia baik dan tidak akan pernah akan mencelakakan kita. Itu iman. Iman seperti ini nyata dalam hidup yang bersukacita (Filipi 4:4, 1 Tesalonika 5:16), mengucap syukur senantiasa (1 Tesalonika 5:18). Penuh puji-pujian dan penyembahan bukan hanya didalam doa tapi dalam tingkah laku setiap hari. Orang yang selalu mengeluh dan marah menunjukkan ketidakadaan iman yang nyata seperti yang Paulus maksudkan. Ya, tingkah laku kita tidak pernah berbohong, selalu menyatakan isi hati kita.
Dan kasihmu terhadap semua orang kudus, suatu kasih yang nyata. Iman bersifat ke dalam kepada diri kita sendiri, tapi kasih nyata keluar kepada orang lain. Kasih nyata lewat tindakan dan tidak sekedar diucapkan. Kasih karena Tuhan yang telah terlebih dahulu mengasihi kita. Dan baik iman maupun kasih ini bersumber dari pengharapan yang nyata dari Injil. Suatu pewahyuan akan Injil yang benar itu, sama nyatanya hari ini seperti kepada hari ketika mereka menjadi percaya pertama kali karena pengharapan yang diberikan melalui Injil itu.
Pengharapan ini seperti harta terpendam yang tersimpan di Kerajaan Sorga, dinantikan oleh setiap orang percaya. Pengharapan yang membangkitkan kasih yang sungguh-sungguh terhadap sesama orang percaya, pengharapan yang membangun iman yang benar kepada Tuhan.
Paulus mengingat mereka karena iman dan kasih mereka. Bukan karena persembahan mereka, banyak kita hamba-hamba Tuhan hanya mau mengingat mereka yang telah memberikan persembahan (bahkan hanya yang besar-besar jumlahnya). Kita tidak memperhatikan pertumbuhan kerohanian, iman dan kasih jemaat yang kita layani. Iman dan kasih jauh lebih penting, kedua hal ini adalah parameter dan ukuran kerohanian seseorang. Sesuatu yang perlu disyukuri oleh mereka yang telah tumbuh dibawah pelayanan kita. Sekarang, bagaimana kita sendiri semua? Apa yang membuat kita diingat oleh orang lain?
Leave a Reply