Ketakutan. Semua pasti pernah mengalaminya. Seberani-beraninya seseorang, rasa takut pasti pernah dialami. Rasa takut bukan sekedar sifat alami manusia, tetapi juga adalah roh jahat yang jika tidak diatasi sejak awal, akan melumpuhkan hidup manusia itu sendiri.
Kisah Gideon adalah contoh di Alkitab yang diberikan kepada kita tentang bagaimana seharusnya setiap orang percaya bisa menang terhadap ketakutan ini. Kisahnya ada pada Hakim-hakim pasal 6 sampai 8. Gideon ditemukan Tuhan sedang mengirik gandum ditempat pemerasan anggur. Maksudnya untuk menyembunyikan dirinya dan juga gandumnya dari serangan orang Midian yang selalu datang menjarah Israel hari-hari itu.
Hakim-hakim 6:11, Kemudian datanglah Malaikat TUHAN dan duduk di bawah pohon tarbantin di Ofra, kepunyaan Yoas, orang Abiezer itu, sedang Gideon, anaknya, mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur agar tersembunyi bagi orang Midian.
10 ayat pertama menceritakan bagaimana Israel hidup dibawah kekuasaan orang Midian. Setiap kali orang Israel selesai menabur, bukan nanti saat mereka menuai, tapi sejak menabur, orang Midian sudah datang. Mereka datang, pertama berkemah disekitar daerah orang Israel, ditempat mereka menabur tersebut. Mereka datang dengan segala ternak mereka, dan mereka datang dengan jumlah yang banyak seperti belalang yang menyerbu kata Alkitab. Hakim 6:3-5, tujuan mereka satu, menjarah dan memusnahkan daerah yang mereka kuasai. Israel menjadi sangat melarat, ayat 6. Mereka sangat ketakutan karenanya, ayat 2, sehingga mereka berlindung di gua-gua dan kubu-kubu di pegunungan Kanaan. Dan ini terjadi selama 7 tahun.
Di atas ini adalah khotbah tentang Gideon di JKI KOG Kudus, 23 Agustus 2020
Fear brings idol worship
Tapi ayat 1 menjelaskan penyebab apa yang terjadi, Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Dan ayat 10 menunjukkan apa perbuatan ini sebenarnya, mereka menyembah dewa-dewa orang Amori. Dewa-dewi orang Amori ini disebut, Amurru atau Belu Sadi, dikenal sebagai dewa gunung yang istrinya disebut Belit-Seri, atau dewi padang gurun. Kejatuhan orang Israel ini dalam penyembahan kepada dewa-dewi orang Amori dimulai dengan ketakutan mereka pada ilah-ilah ini. Dalam terjemahan KJV, ayat 10 menunjukkan kata penyembahan yg dipakai disini merujuk pada kata takut, Tuhan berfirman pada mereka untuk tidak takut pada dewa-dewi orang Amori. Tapi mereka justru tidak mengindahkan Firman Tuhan. Ketakutan mereka sekarang justru membawa mereka pada penyembahan berhala.
Yang pertama terjadi pada mereka yang hidup karena ketakutan adalah hidup mereka tunduk, dikuasai dan diperintah oleh ketakutan itu sendiri. Apa yang seharusnya hanyalah sifat alami manusia kemudian menjadi penguasa yang mengambil penyembahan manusia dari Tuhan. Hanya kepada Tuhan saja kita seharusnya takut dan tunduk. Dan takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat, pengetahuan dan didikan yang benar, Amsal 1:7. Jika seseorang justru tunduk pada ketakutan itu sendiri, hikmat tidak akan padanya tapi kebodohan. Mereka yang hidupnya tunduk pada ketakutan ini, tidak akan bisa berpikir jernih. Bahkan tidak akan bisa berpikir logis atau yang masuk akal, segala keputusan dan tindakan mereka didasarkan pada rasa takut. Tuhan tidak memberikan kita roh ketakutan melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. 2 Timotius 1:7. Tanpa kita sadari, mereka yang dikuasai oleh ketakutan, menyembah rasa takut itu.
Fear brings God’s punishment
Yang berikut terjadi adalah penghukuman Tuhan mengikuti mereka yang hidup dikuasai ketakutan. Orang Midian masuk dan menjarah serta menghancurkan Israel. Hakim-hakim 6:2-6. Demikian mereka tidak bisa hidup dan tinggal dengan layak, mereka berlindung di gua-gua dan kubu-kubu, ayat 2. Bahkan berakhir dengan kemelaratan, ayat 6. Sebab penghukuman Tuhan justru dimulai dengan taburan awal, bukan tuaian akhir. Jika taburan awal anda sudah dibinasakan musuh, apa yang dapat anda tuai pada akhirnya, ayat 3.
Fear brings slavery
Perbudakan adalah hal yang paling mengerikan yang akan dibawa oleh ketakutan ini. Mereka yang hidup dibawah ketakutan akan diperbudak begitu rupa. Perbudakan sendiri punya pengertian bahwa mereka yang diperbudak tidak lagi hidup untuk diri mereka sendiri, tapi untuk yang memperbudak mereka. Artinya apa yang dihasilkan akan diambil dan dikuasai oleh yang menjadi tuan mereka. Orang yang takut tidak punya uang, akan hidup dikuasai oleh uang itu. Apa yang uang bisa hasilkan untuk mereka justru merampas kemerdekaan mereka untuk menikmati hidup mereka oleh uang yang dihasilkan. Banyak kali ini nyata pada mereka yang tidak bisa menikmati hidup dan waktu mereka habis karena mencari uang. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah, Mazmur 127:2a.
Kita bekerja untuk mengerjakan tanggung jawab kita, menyediakan kebutuhan kita sendiri dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Bukan untuk diperbudak oleh tujuan bekerja itu sendiri, punya uang. Tanggung jawab bekerja harus disertai dengan rasa cukup, bukan keserakahan. Kita semua harus tahu kapan menginjak rem kehidupan kita yang bekerja. Karena jika bukan Tuhan yang memberkati, sia-sia semua yang kita usahakan. Lagipula, kita tidak menyembah uang kan? Kenapa kemudian kita tidak punya waktu beribadah kepada Tuhan? Mereka yang beribadah kepada Tuhan, takut akan Tuhan, pasti dikarunia hikmat untuk bekerja dengan smart (pintar) dan bukan sekedar dengan muscle (otot).
Dalam ayat 8, Hakim-hakim 6, Tuhan menyatakan dirinya sebagai yang menuntun kamu keluar dari Mesir dan yang membawa kamu keluar dari rumah perbudakan. Israel sedang berada diujung tanduk saat itu, sedikit lagi, mereka yang sudah lepas dari Mesir justru sedang akan jatuh ke dalam tangan Midian. Tuhan berjanji, Hakim-hakim 6:9, Aku melepaskan kamu dari tangan orang Mesir dan dari tangan semua orang yang menindas kamu, bahkan Aku menghalau mereka dari depanmu dan negeri mereka Kuberikan kepadamu. Dia Tuhan yang sama, tidak berubah sejak kemarin, hari ini dan sampai selamanya. Ibrani 13:8.
Seorang yang kecil
Tuhan yang telah berfirman dalam Hakim-hakim 6:8-10, kemudian datang bertindak menolong Israel, ayat 11. Uniknya, Tuhan datang pada seorang yang kecil. Bukan yang hebat, berani dan terampil serta luarbiasa. Rupanya janji-Nya tetap sama, telah lahir bagi kita seorang Anak, Yesaya 6:9. Untuk mengalahkan dosa, Tuhan mengutus Yesus yang lahir sebagi manusia. Untuk merobohkan seorang Goliat, Tuhan mengutus Daud yang masih anak-anak. Dan dalam kasus ini, Ia mengutus Gideon. Nama Gideon berarti seorang pemotong kayu atau pemahat batu, tapi ia disini hanya sedang mengirik gandum. Ia tidak sedang bekerja diladang atau tempat terbuka, ia sedang menyembunyikan dirinya. Ia mengirik gandum di tempat pemerasan anggur. Sebab semua Israel, termasuk Gideon, sedang bersembunyi karena ketakutan yang menguasai mereka.
Firman Tuhan pertama yang datang kepada Gideon adalah ini, TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani. Hakim-hakim 6:12. Sejak awal, Tuhan mempercayai Gideon dan melihatnya sebagai pahlawan yang gagah berani. Kenapa demikian, sebab TUHAN menyertai dia. Jika Tuhan beriman kepada Gideon bahwa ia adalah pahlawan yang gagah perkasa karena penyertaan-Nya sendiri, mengapa kita gagal mempercayai, mengakui penyertaan Tuhan atas kita yang akan membuat kita menjadi pahlawan yang gagah berani? Banyak dari kita membaca ayat ini dengan fokus atau mata yang tertuju, pada pahlawan yang gagah berani. Kita gagal melihat bahwa itu hanya akan jadi karena adanya bagian pertama, TUHAN menyertai!
Rasa minder
Demikian Gideon juga, ia justru menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi bahwa mereka sekarang hidup tertindas oleh bangsa Midian. Gideon menganggap semuanya karena Tuhan yang membuang mereka, Hakim-hakim 6:13b. Waktu Tuhan kemudian memberi perintah kepadanya menjadi pelepas, dan juruselamat Israel, ia tetap tidak bisa melihat Tuhan yang menyertai dia (ayat 12), Tuhan yang mengutus dia (ayat 14b). Dia tetap melihat dirinya yang kecil dan tidak masuk hitungan. Gideon berasal dari kaum adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan dia adalah seorang yang paling muda di antara saudaranya. Bukan yang sulung, kaum keluarganya adalah yang paling kecil, lemah dan miskin. Bukan keluarga berduit yang kaya! Bahkan dia berasal dari suku Manasye, anak sulung Yusuf yang di-nomor dua-kan oleh Yakub. Orang-orang Manasye ini hidup dengan rasa rendah diri karena, oleh Yakub, hak kesulungan mereka diambil dan diberikan kepada Efraim! Kejadian 48:20.
Rasa rendah diri, atau minder, bukanlah kerendahan hati. Rendah hati punya pengertian bahwa kita tidak boleh melihat diri kita lebih dari yang seharusnya, itu sombong. Tapi juga, kita tidak boleh melihat diri kita kurang dari yang seharusnya, itu minder. Mereka yang hidup dengan mentalitas selalu minder, akan selalu menganggap yang berkata bisa, sebagai yang sombong. Orang yang minder tidak akan mengajukan dirinya sekalipun ia bisa. Padahal jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat. Matius 5:37. Yang lebih maksudnya bukan hanya tidak boleh melihat lebih dari yang seharusnya tapi juga tidak boleh kurang dari seharusnya. Rendah hati itu seperti garis lurus, tidak boleh naik ataupun tidak boleh turun. Jika anda bisa, katakan ya. Jika tidak, katakan tidak. Jangan bilang tidak jika anda bisa, jangan bilang ya jika anda tidak bisa. Kenali diri anda, kekurangan dan kelebihan anda dengan benar.
Malaikat TUHAN
Ayat 16, Tuhan mengulangi, tetapi Akulah yang menyertai engkau. Gideon tersadarkan bahwa yang sedang berbicara dengan dia bukan sekadar manusia biasa. Awalnya ia hanya melihat bahwa apa yang diucapkan oleh lawan bicaranya hanyalah salam yang umum diberikan satu terhadap yang lain ketika mereka berjumpa pertama kali, Tuhan menyertai engkau, pahlawan yang gagah berani, Hakim-hakim 6:12. Tapi ketika lawan bicaranya sekarang berkata, Akulah yang menyertai engkau, ayat 16, mata Gideon terbuka untuk melihat bahwa TUHAN sendiri yang sedang berbincang dengan dia. Dia pun meminta tanda. Dia bergegas mempersiapkan suatu korban unjukan, korban sajian, daging anak kambing dan roti tepung tidak beragi, Hakim-hakim 6:19. Imamat 2:4, Bilangan 6:15.
Malaikat TUHAN itu sendiri kemudian membakar korban unjukan ini dengan ujung tongkatnya setelah semuanya ditaruh diatas batu. Hakim-hakim 6:20-21. Jika dalam Perjanjian Lama, kata Malaikat TUHAN ini disebutkan, maka ini punya arti bahwa TUHAN sendiri turun dalam rupa manusia yang dikenal mereka orang Israel seperti Malaikat, utusan Tuhan. Tapi mereka juga tahu bahwa Malaikat yang ini, bukanlah salah seorang malaikat biasa atau bukan bahkan salah seorang Penghulu (atau Pemimpin) Malaikat tapi TUHAN sendiri yang telah turun dan menyatakan diri-Nya sendiri. Di Perjanjian Baru, Malaikat TUHAN ini adalah Yesus sendiri yang telah lahir dan menjadi manusia. Gideon pun kemudian mendirikan mezbah dan memanggil Nama TUHAN disitu. Hakim-hakim 6:22-24.
Yerubaal
Yang pertama menjadi perintah Tuhan atas Gideon adalah menghancurkan berhala dirumah Gideon sendiri. Tuhan berfirman padanya untuk menghancurkan mezbah Baal dan mendirikan mezbah Tuhan atasnya. Ayat 25-26. Gideon pun melakukannya tapi hanya diwaktu malam, sebab ia takut kepada kaum keluarganya dan kepada orang-orang kota itu, ayat 27. Ayahnya yang sebenarnya adalah imam Baal itu sendiri sekarang justru membela dia dengan berkata pada ayat 31, Kamu mau berjuang membela Baal? Atau kamu mau menolong dia? Siapa yang berjuang membela Baal akan dihukum mati sebelum pagi. Jika Baal itu allah, biarlah ia berjuang membela dirinya sendiri, setelah mezbahnya dirobohkan orang. Sejak hari itu, Gideon dipanggil dengan nama Yerubaal, biarlah Baal berjuang dengan dia, setelah dirobohkannya mezbahnya itu, ayat 32.
Lanjut baca...
Segera setelah itu majulah orang Midian dan Amalek. Tapi Roh Tuhan menguasai Gideon, lalu ia menggerakkan orang-orang Israel maju melawan Midian dan Amalek ini, mulai dengan orang-orang Abiezer, ayat 34, kaumnya sendiri, ayat 11, lalu suku-suku Asyer, Zebulon dan Naftali, ayat 35. Gideon sekali lagi meminta tanda, ayat 17 & 36. Dan Tuhan menjawab tanda itu.
Cuma 300 orang
Yang menarik dari pertempuran ini adalah jumlah yang dipilih Tuhan ternyata sangat sedikit melawan orang Midian yang berjumlah seperti belalang banyaknya (Hakim-hakim 7:12), sejumlah 135 ribu tentara (Hakim-hakim 8:10), dipimpin oleh Oreb dan Zeeb (Hakim-hakim 7:25) dan Zebah dan Salmuna (Hakim-hakim 8:10).
Awalnya orang Israel datang dengan jumlah 32 ribu orang, Hakim-hakim 7:3. Bagi Tuhan ini terlalu besar, ayat 2a. Tuhan tidak mau orang Israel akhirnya akan berbangga diri dengan berkata, tanganku sendirilah yang menyelamatkan aku. Hakim-hakim 7:2 akhir. Dengan 32 ribu lawan 135 ribu, ini berarti seorang Israel harus bertempur melawan paling tidak 4 orang Midian. Jumlah 32 ribu masih sangat kecil melawan musuh yang seperti belalang banyaknya. Israel cuma hampir ¼ atau 23-25% musuh mereka.
Tuhan lantas berfirman, Siapa yang takut dan gentar, biarlah ia pulang, enyah dari pegunungan Gilead, Hakim-hakim 7:3. Yang pulang ketakutan ada 22 ribu orang!
Sisa yang 10 ribu kemudian mengerti bahwa jumlah mereka yang tadinya hanya ¼ atau hampir 25% musuh mereka, sekarang sisa 7% lebih. 1 harus melawan 13-14 orang, bukan cuma 4 musuh lagi.
Tapi bagi Tuhan, ini masih terlalu banyak! Hakim-hakim 7:4. Siapa yang minum seperti anjing, suruh pulang! Hakim-hakim 7:4-7. Sekarang mereka sisa 300 orang saja.
Artinya, Israel sekarang hanya (sangat) kurang dari 1%, cuma 0.2%!
1 orang sekarang harus menghadapi 450 orang.
Tapi Israel MENANG.
1 Samuel 17:47, Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami.
Oreb dan Zeeb, Zebah dan Salmuna
Tentara Midian, sebanyak 135 ribu orang ini, Hakim-hakim 8:10, dipimpin oleh Oreb dan Zeeb (Hakim-hakim 7:25) dan Zebah dan Salmuna (Hakim-hakim 8:10). Dalam kisah ini, Midian melambangkan ketakutan yang datang menyergap Israel. Suatu pasukan musuh yang seperti belalang, berulangkali disebutkan seperti itu. Hakim-hakim 6:5, 7:12. Jumlah mereka baru disebutkan dalam Hakim-hakim 8:10 ketika 120 ribu diantaranya telah mati dan tinggal 15 ribu sisa yang dipimpin oleh Zebah dan Salmuna. Ya, 120 ribu tewas dalam pasal 7 bersama Oreb dan Zeeb, Hakim-hakim 7:25.
Oreb, berarti burung gagak. Suatu lambang kematian, ya dunia melihatnya seperti itu karena bulunya yang hitam, suaranya yang serak dan makanannya bangkai. Suatu pertanda buruk, omen, pertanda kehilangan. Bahkan sering dikaitkan dengan nubuatan kematian dan suatu insight yang mengerikan. Banyak cerita tentang burung ini yang dianggap sebagai pengantara dunia materi dan dunia roh. Raja pertama yang memimpin Pasukan Ketakutan ini menunjuk kepada si kematian yang memimpin ketakutan. Kematian adalah momok pertama didunia ini yang sangat ditakuti manusia. Dan dari 3 kematian, kematian rohani, kematian jasmani dan kematian kekal, kematian kekallah yang paling menakutkan. Ini saat dimana jiwa yang terhilang dilempar kedalam api neraka yang kekal. Dan karena hal ini, manusia berdosa sangat takut mati. Kematian jasmani dibarengi dengan momok jiwa yang terbakar kekal dalam api neraka, menghantui semua manusia yang terhilang.
Tuhan datang untuk mati di kayu salib, menjadi pengganti kita yang percaya sebagai korban penebusan dosa. Ia mendamaikan kita dengan diri-Nya dan membayar harga tebusan nyawa kita dengan darah-Nya sendiri. Bangkit 3 hari kemudian dari antara orang mati untuk menjadi kebenaran bagi kita dihadapan Allah Bapa. Supaya barangsiapa yang bertobat, berbalik kepada Tuhan dan percaya pada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat tidak lagi binasa dalam kematian kekal ini. Maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: “Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. 1 Korintus 15:54-57.
Jika anda mati rohani, semoga kematian jasmani tidak segera menangkap anda sebelum roh anda dilahirkan kembali, dihidupkan didalam Kristus Yesus. Karena jika demikian, itu berarti kematian kekal adalah bagian anda. Jika roh anda hidup dan tinggal didalam Kristus, kematian jasmani adalah pintu gerbang untuk kembali kepada bukan saja kepada si Pencipta tapi si Penebus jiwa anda. Dan kematian kekal sama sekali bukan bagian anda. Bahaya terbesar sekarang ini bukanlah mati karena virus, tapi mati tanpa Tuhan Yesus.
Oreb mati dibunuh Israel di gunung batu Oreb. Hakim-hakim 7:25. Gunung batu ini, dalam bahasa aslinya the rock, sering juga diartikan sebagai Tuhan. 1 Korintus 10:4, dan batu karang itu ialah Kristus.
Zeeb, berarti serigala. Sekalipun serigala adalah lambang perwalian, guardianship, kesetiaan, dan semangat yang positif, berapi-api, serigala juga dipercaya oleh dunia ini sebagai dorongan untuk mempercayai hati dan pikiran kita sebagai manusia, dan memiliki kendali atas hidup kita sendiri. Kedengarannya bagus sebab mengajarkan suatu keyakinan pada diri sendiri, confidence. Tapi pada saat yang sama ini menunjuk pada mereka yang hanya mempercayai diri sendiri, manusia, bukan yang lain, bahkan bukan Tuhan. Mengapa demikian? Mereka yang berusaha memiliki kendali, atau kontrol atas hidup sendiri, adalah mereka yang hidup dalam ketakutan tidak bisa mengendalikan situasi kehidupan yang nyata. Mereka akan selalu berusaha mengatur semuanya, mengendalikan segala sesuatu. Mereka tidak mempercayai Tuhan yang sanggup mengatur hidup mereka.
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu. Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya. Amsal 3:5-10.
Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. 1 Petrus 5:7.
Zeeb dibunuh di tempat pemerasan anggur Zeeb. Hakim-hakim 7:25. Jika kita mau belajar menyerahkan segala sesuatu pada Tuhan yang memegang kendali hidup kita, kita akan menemukan diri kita seperti di tempat pemerasan anggur. Hidup yang akan ditempa, dibentuk begitu rupa, diperas seperti buah anggur untuk menghasilkan anggur baru. Zeeb kita, kendali pada diri sendiri, ego dan daging kita perlu mati. Untuk kita bisa hidup pada hidup baru yang percaya penuh pada Tuhan yang mengendalikan segala sesuatu, tidak lagi pada diri sendiri.
Zebah, berarti korban, yang ditebas sampai mati. Punya pengertian dirampas dari perlindungan dan ditebas sampai hancur dan mati. Setelah Oreb dan Zeeb, atau gagak dan serigala, Zebah adalah raja ketiga bangsa Midian. Zebah dan Salmuna ada di Karkor bersama-sama dengan tentara mereka, kira-kira lima belas ribu orang banyaknya, Hakim-hakim 8:10a. Zebah mewakili ketakutan akan kebinasaan, ketakutan akan kekurangan, ketakutan pada ketidakcukupan, ketakutan pada ketidakpastian.
Salmuna sendiri berarti bayang-bayang, shadow. Juga berarti menahan. Ini menunjuk pada imajinasi yang muncul karena ketakutan. Nanti begini.., nanti begitu.., pikir kita. Jika demikian, lebih baik jangan. Kita kemudian menahan sesuatu. Tanpa kita sadari ini semua pemikiran yang muncul karena bayang-bayang ketakutan yang mendasari hidup kita. Menariknya Zebah dan Salmuna ada di Karkor. Suatu daerah di timur Gilead yang berarti fondasi, atau dasar.
Zebah dan Salmuna adalah pasangan yang serasi, yang berjalan berdampingan. Satu mewakili rasa takut akan kekurangan, ketidakcukupan, ketidakpastian. Satunya mewakili bayang-bayang ketakutan yang mengakibatkan banyak hal dan perkara yang ditahankan. Dan dua-dua nya berdiam di Karkor, di fondasi kehidupan manusia duniawi. Gideon maju melalui jalan orang-orang yang diam di dalam kemah di sebelah timur Nobah dan Yogbeha, lalu memukul kalah tentara itu, ketika tentara itu menyangka dirinya aman. Hakim-hakim 8:11. Keduanya dikalahkan Gideon melalui jalan orang-orang yang diam di dalam kemah dan mereka dipukul kalah di tempat yang mereka pikir aman!
Zebah dan Salmuna adalah 2 bagian ketakutan yang selalu mencari (rasa) aman. Banyak kali kita selalu berusaha mencari aman, kita bekerja begitu rupa untuk mengamankan masa depan kita dan keluarga kita. Kita lupa bahwa masa depan ada di tangan Tuhan, bukan pada uang dan harta. Kita berusaha begitu rupa dan takut berjalan pada panggilan-Nya karena kita tidak menyukai ketidakpastian, kita pikir menjadi hamba Tuhan kita pasti akan miskin. Ada suatu ketidakcukupan. Tanpa kita sadari dasar hidup kita adalah si Zebah ini, bukan Kristus sendiri! Kita tidak mau memberi, atau tidak mau memberi lebih banyak, kita selalu berpikir jangan-jangan..! Akhirnya kita menahan bagian (berkat) orang, kita menahan berkat kita sendiri. Karena kalau kita gagal menabur, kita tidak mungkin akan menuai! Ya Midian ini selalu datang pada musim menabur bukan musim menuai, Hakim-hakim 6:3. Kita pikir kita berhikmat, tapi tanpa kita sadari kita dikuasai oleh Salmuna.
Ya, hidup dengan iman memang biasanya penuh ketidakpastian, selalu kurang dan sering tidak cukup. Tapi bukankah iman memang seperti itu, bahwa yang pasti dalam iman adalah Tuhan itu sendiri. Yang cukup dalam iman adalah Tuhan dan yang berlimpah dalam iman itu adalah Kristus sendiri. Rasa amannya terletak pada Tuhan dan bukan keadaan sekitar. Bukankah Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku, kata Daud dalam Mazmur 23:1. Ayat ini bukan berarti kalau Tuhan ada semua ada, tapi kalau Tuhan ada, sudah cukup. Sebab dalam terjemahan yang lain takkan kekurangan aku punya pengertian aku tidak menginginkan apa-apa lagi. Daud sedang berkata bahwa punya Tuhan sudah cukup baginya, Tuhan adalah segala-galanya. Ia tidak tertarik lagi pada makanan walau perutnya masih lapar, tidak tertarik lagi pada segala materi yang lain walau ia masih perlu. Tuhan sudah cukup baginya, makanya ia takkan kekurangan. Ia mengerti bahwa punya Tuhan jauh lebih baik dari punya semua yang lain. Ia tahu bahwa kalau ada Tuhan, semua yang lain tidak punya arti lagi. Seringkali dompet yang kosong, menjadikan pernyataan, Tuhan, Engkau adalah segalanya, didalam doa menjadi sangat penuh arti!
Mari kita belajar punya Tuhan, bukan yang lain. Yang miskin, ketahuilah Tuhan adalah segalanya bagi anda. Yang kaya, berilah dan tetap memberi, bahkan lebih banyak supaya anda belajar menjadikan Tuhan segala-galanya, bukan uang anda.
Kemah
Kedua raja ini, Zebah dan Salmuna dibunuh Gideon di tempat yang mereka pikir aman. Tidak ada yang aman didunia ini kecuali didalam Tuhan. Ketidakpastian, ketidakcukupan, kekurangan punya satu jawaban, Tuhan Yesus saja semata. Segala bayang-bayang ketakutan, jangan-jangan, nanti begini dan begitu, jawabannya ada pada Tuhan. Jangan menaruh harap pada manusia, jangan menaruh harap pada harta dan materi atau pada uang. Masa depan tidak ada pada mereka. Semuanya akan binasa satu waktu. Jangan tertangkap Gideon ditempat yang anda sangka sudah aman!
Tapi yang jauh lebih menarik adalah Gideon maju melalui jalan orang-orang yang diam di dalam kemah. Ibrani 11:9 berkata, Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. Abraham, Ishak dan Yakub sampai akhir hidup mereka, mereka hidup dan tinggal dikemah, mereka tidak pernah membangun rumah untuk menetap, tidak bahkan ditanah Kanaan yang dijanjikan pada mereka. Seumur hidup mereka, mereka tinggal dikemah, menjelajahi seluruh Kanaan, khususnya Abraham, Kejadian 13:14-18. Ayat 17 berkata, Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu. Mengapa demikian, jawabannya ada pada Ibrani 11:10, Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.
Kemah melambangkan ketidakpastian, kekurangan dan tidak cukup. Rumah atau bangunan yang nyata menunjuk pada menetap, ada pada keadaan yang sudah pasti, memberi jaminan, dan cukup. Tapi Kemah juga punya arti bahwa orang tinggal didalamnya selalu siap bergerak kemana Tuhan bawa mereka. Mereka tidak terikat pada rumah mereka, selalu siap jalan kemana Tuhan bawa. Kemah disini berbicara tentang iman. Dan lebih jauh dari itu, Abraham, Ishak dan Yakub hidup dengan menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah, yaitu Yerusalem Baru.
Ketika “Gideon maju melalui jalan orang-orang yang diam di dalam kemah di sebelah timur Nobah dan Yogbeha, lalu memukul kalah tentara itu, ketika tentara itu menyangka dirinya aman”, Tuhan sedang mengajar kita semua melalui Firman-Nya bahwa untuk mengalahkan Zebah dan Salmuna dalam hidup kita, suka atau tidak kita harus hidup dan berjalan dengan iman. Suatu perjalanan yang menaruh semua dan segalanya hanya pada Tuhan. Sebab Tuhanlah satu-satunya yang pasti di hidup ini, bukan rumah kita, harta kita, uang kita.
10 July 2020
Arnold Sigik
Leave a Reply