Ester 6:1, Pada malam itu juga raja tidak dapat tidur.
Ayat ini terdengar sangat sederhana, Raja tidak bisa tidur malam itu. Suatu kebetulan, suatu ketidak sengajaan yang kelihatannya terjadi begitu saja. Jika saja malam itu Raja Ahasyweros tertidur pulas, kisah Ester telah berakhir di pasal 5.
Kitab ini adalah satu-satunya kitab dalam 66 kitab Alkitab yang dianggap paling tidak rohani, dikarenakan cuma di kitab ini nama Tuhan tidak pernah disebutkan satu kali pun. Ester sendiri tidak pernah dikutip dalam PB, Perjanjian Baru dan menjadi satu-satunya kitab PL yang tidak ditemukan dalam Gulungan-gulungan kitab Laut Mati, Dead Sea Scrolls. Karenanya Ester juga disebut sebagai kitab sekuler, kitab yang dipertanyakan banyak ahli bagaimana bisa dimasukkan dalam kanonisasi PL, Perjanjian Lama. Mungkin juga karena kebetulan.
Situasi kebetulan dalam kitab Ester tidaklah terjadi sekali saja, paling sedikit ada 4 kali atau bahkan bisa disebut 5 kali. Suatu ketidak sengajaan yang terlalu sering sehingga bisa disebut sebagai ketidak sengajaan yang disengaja.
Dari kitab Ester inilah, kita kemudian bisa mengerti kenapa ada hari raya Purim yang dirayakan tiap tahun oleh orang Israel di jaman modern ini pada tanggal 15 (mulai 13 dan 14) bulan Adar, atau di tahun 2021 ini, jatuh pada tanggal 26 Februari. Perayaan yang dipenuhi dengan kostum, parade di jalan dan makan minum bersama. Para pria dewasa bahkan didorong untuk minum anggur di hari itu.
Perayaan Purim ini adalah perayaan kemenangan orang Ibrani, terhadap musuh-musuhnya yang hendak membinasakan mereka pada tanggal 13 bulan Adar tersebut. Oleh campur tangan Tuhan lewat Ester dan Mordekai, hari itu berubah menjadi hari mempertahankan diri, hari pembalasan terhadap semua musuh-musuh bangsa Ibrani. Saya mendorong anda untuk membaca kitab Ester ini sampai selesai untuk melihat sendiri bagaimana tangan pemeliharaan Tuhan yang ajaib membela umatnya ditanah pembuangan mereka, di kerajaan Persia.
Tapi yang menarik diperhatikan disini adalah tentang kebetulan-kebetulan yang terjadi dalam kitab ini. Bukankah Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia? Roma 8:28. Bukankah Dia adalah Tuhan mengatur setiap langkah orang yang berkenan kepada-Nya? Mazmur 37:23.
Kebetulan yang pertama, Raja yang mabuk!
Ester 1:1, Pada zaman Ahasyweros. Ayat 3, diadakanlah oleh baginda perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya; Ayat 10, ketika raja riang gembira hatinya karena minum anggur, bertitahlah baginda.
Ayat 11 & 12, supaya mereka membawa Wasti, sang ratu, dengan memakai mahkota kerajaan, menghadap raja untuk memperlihatkan kecantikannya kepada sekalian rakyat dan pembesar-pembesar, karena sang ratu sangat elok rupanya. Tetapi ratu Wasti menolak…
Raja Ahasyweros adalah raja Persia keempat yang berkuasa dari tahun 485–465 SM, dari dinasti Akhemeniyah di Kekaisaran Persia. Dikenal sebagai Xerxes 1 atau Khshayathiya Khshayathiyanam, Raja segala raja. Hari-hari itu, (ayat 3) di tahun yang ketiga pemerintahannya, Raja Ahasyweros mengadakan suatu perjamuan besar, pesta yang (hampir) tidak ada hentinya, berhari-hari lamanya, sampai seratus delapan puluh hari, (ayat 4). Dalam ayat 5, masih ada 7 hari pesta lagi. Dan tentu dalam pesta seperti ini, minum-minuman beralkohol menjadi keharusan. Memang tidak dipaksa (ayat 8) tapi disajikan menurut keinginan setiap orang. Raja sendiri dipenghujung hari ke-7, saking riang gembira hatinya karena anggur, telah mabuk berat, mengeluarkan titah yang kalau mau dipikir-pikir kembali, sangatlah bodoh!
Ia berkehendak memamerkan istrinya yang sangat cantik dihadapan semua rakyat dan pembesar-pembesarnya! Mungkin ia seharusnya hidup dijaman medsos seperti hari-hari ini, dimana hampir semua orang gemar memamerkan apa saja kepada siapa saja lewat segala macam media sosial seperti FB dan Instagram. Hampir tidak ada lagi yang bersifat private. Lebih parahnya, situasi suka pamer dijaman modern seperti ini menciptakan sifat kepo dalam banyak orang yang lain. Ya, satunya suka pamer, satunya lagi mau saja tahu semua urusan orang lain. Kalau raja Ahasyweros hidup dijaman ini, maka hari terakhir itu, dalam ayat 10 & 11 akan berbunyi seperti ini. Oleh titah raja, diputarlah semua video akan kecantikan ratu Wasti. Dibukalah semua akun FB dan Instagram Raja dan Ratu untuk dipamerkan ke seluruh kerajaan!
Mungkin anda berpikir, apa salahnya dengan yang demikian? Bukankah ia raja, tentu ia mau memamerkan segala kehebatan dan pencapaian dia dan kerajaan-Nya? Bukankah kita yang bukan raja saja, suka melakukannya? Jangan lupa, dijaman Ahasyweros ini, di tahun 488 SM (sebelum Masehi), adalah jaman yang memiliki nilai-nilai yang berbeda dengan jaman sekarang ini. Tidak ada nilai-nilai moral yang seharusnya seperti yang kita kenal di jaman kita. Dan mereka adalah bangsa fasik, nilai keagamaan mereka sangat berbeda. Apalagi jika mereka adalah bangsa penyembah berhala, pesta rakyat mereka saja penuh dengan pesta seks, apalagi pesta raja mereka. Belum lagi saat itu, raja Ahasyweros sedang mabuk berat!
Jelas, ratu Wasti menolak! Dia masih waras terhadap tindakan raja yang bodoh ini, ayat 12. Tapi karena yang bertitah adalah raja, sang ratu jatuh pada situasi yang sangat buruk. Ia kemudian terbuang dari hadapan raja, dan gelar Ratu daripadanya dicopot, ayat 19.
Jika saja hari itu, sang ratu mau “dipamerkan”. (Dijaman sekarang ini, banyak wanita yang bukan ratu, yang jika bersuami, suaminya bukan raja dan bahkan bukan tipe yang bodoh, justru malah suka memamerkan diri lewat medsos. Jika “Like” yang mereka terima kurang, mereka menjadi stress sendiri!) Jika saja, sang ratu juga ikutan mabuk karena anggur, ia tidak akan kehilangan gelar ratunya. Posisinya akan tetap aman. Lagipula, seandainya ia mabuk juga saat itu, anggur akan jadi excuse yang baik untuk berperilaku bodoh dihadapan semua orang. Ah, dia kan mabuk! celetuk banyak orang.
Keputusan Wasti, menurut kebanyakan kita, apalagi para feminisme, justru menunjukkan bahwa ia bukanlah perempuan demikian, ia seorang Ratu dan wanita baik-baik yang punya harga diri dan tahu berkata tidak untuk kebodohan suaminya, sekalipun ia adalah raja. Ia memang harus menderita dibuang dari hadapan raja dan suaminya dan gelar ratunya dicopot, tapi paling tidak ia telah menunjukkan ia seorang wanita yang lebih baik (dari pada suaminya).
Wasti, atau Vhasti, sendiri punya arti nama kebaikan. Juga berarti yang terbaik dari seorang wanita, seorang wanita excellent! Namun menurut Midrash orang Israel, ia dianggap fasik dan jahat. Seorang yang dianggap punya pikiran independen, tidak mau tunduk pada suaminya, seorang feminist. Coba baca terjemahan berikut dari link ini.
“Menurut Midrash, Wasti adalah cicit dari Raja Nebukadnezar II dari Babel, cucu dari Raja Amel-Marduk dan putri Raja Belsyazar. Selama pemerintahan ayah Vasti, kerajaan Media Persia menyerang. Mereka membunuh Belsyazar malam itu. Vasti, yang tidak mengetahui kematian ayahnya, berlari ke ruang ayahnya. Di sana dia diculik oleh Raja Darius dari Persia. Tetapi Darius mengasihani dia dan memberikannya kepada putranya, Ahasyweros, untuk dinikahi.
Karena Wasti adalah turunan raja yang bertanggung jawab atas penghancuran Bait Suci (Raja Nebukadnezar) dan juga karena nasibnya yang tidak bahagia ini, Midrash menampilkan Wasti sebagai orang yang jahat dan sia-sia. Ketika Wasti diperintahkan untuk menghadap raja pada hari ketujuh pesta itu, para rabi berpendapat bahwa Wasti memperbudak wanita Yahudi dan memaksa mereka untuk bekerja pada hari Sabat. Para rabi menghubungkan keengganannya untuk tampil di hadapan raja dan rekan-rekan minumnya bukan karena kewarasan dan kerendahan hatinya, tetapi lebih karena penderitaannya oleh penyakit yang membuatnya berbentuk berbeda. Ada catatan menceritakan bahwa dia menderita kusta, sementara yang lain menyatakan bahwa malaikat Jibril, atau Gabriel, datang dan "memasang sebuah ekor padanya." Penafasiran terakhir ini sering diartikan sebagai "sebuah eufemisme untuk transformasi ajaib untuk anatomi laki-laki."
Menurut catatan Midrashic, Wasti adalah seorang politikus yang cerdas, dan perjamuan wanita yang dia selenggarakan bersamaan dengan perjamuan Ahasyweros merupakan manuver politik yang cerdik. Karena wanita-wanita bangsawan kerajaan akan hadir di perjamuannya, dia akan memiliki kendali atas sekelompok sandera yang berharga jika terjadi kudeta selama pesta raja.
R.Aba b. Kahana mengatakan Wasti tidaklah lebih sederhana, tidaklah lebih masuk akal, dibandingkan suaminya Ahasyweros. R. Papa mengutip pepatah populer: "Dia di antara labu tua, dan dia di antara yang muda"; karena suami yang tidak setia akan menjadikan istri yang tidak setia. Menurut R. Jose b. anina, Wasti menolak undangan tersebut karena dia telah menjadi penderita kusta (Meg. 12b; Yal., l.c.). Ahasyweros "sangat murka, dan amarahnya membara dalam dirinya" (Esth. i. 12) sebagai akibat dari pesan penghinaan yang dikirim Vasti kepadanya: "Engkau adalah putra penjaga kandang ayahku. Kakekku [Belsyazar] dapat minum dihapadan seribu orang [Dan. v. 1]; tetapi orang itu [Ahasyweros] dengan cepat jatuh mabuk" (Meg. lc). Wasti dihukum dengan adil karena memperbudak wanita muda Yahudi dan memaksa mereka untuk bekerja telanjang pada hari Sabat (menurut Ensiklopedia orang Yahudi).
Sebagai ikon feminis
Penolakan Wasti mematuhi panggilan suaminya yang mabuk telah dikagumi sebagai tindakan heroik dalam banyak interpretasi feminis dari Kitab Ester. Para Feminis awal mengagumi prinsip dan keberanian Wasti. Harriet Beecher Stowe menyebut ketidaktaatan Wasti sebagai "perjuangan pertama untuk hak-hak wanita." Elizabeth Cady Stanton menulis bahwa Vashti "menambahkan kemuliaan baru pada zaman dan generasi [nya]... Tuhan.'"
Beberapa penafsir feminis yang terkemudian dari Kitab Ester membandingkan karakter dan tindakan Wasti dengan yang dilakukan oleh penerusnya, Ester, yang secara tradisional dipandang sebagai pahlawan wanita dari cerita Purim. Michele Landsberg, seorang feminis Yahudi Kanada, menulis: "Menyelamatkan orang-orang Yahudi itu penting, tetapi pada saat yang sama seluruh cara Ester menundukkan diri dan manjaga kerahasiaan dirinya dalah pola dasar mutlak dari kewanitaan tahun 1950-an. Ini memukul saya. Saya pikir, hei, ada apa dengan Wasti? Dia memiliki martabat. Dia memiliki harga diri. Dia berkata: Aku tidak akan menari untukmu dan teman-temanmu."
Situasi ini kemudian membuka kesempatan bagi Ester untuk maju menjadi ratu menggantikan Wasti.
Kebetulan kedua, Ester terpilih!
Ketika Raja Ahasyweros merindukan Ratu Wasti kembali, Ester 2:1, maka dibuatlah semacam kontes di Kerajaan ini mencari pengganti sang Ratu yang telah dibuang. Pasal 2 bercerita kepada kita, seorang gadis yang elok perawakannya dan cantik parasnya, ayat 7. Hadasa, yaitu Ester, gadis yang diadopsi oleh pamannya sendiri, Mordekhai, sebab ibu bapanya telah mati. Ayat 8 menyebutkan bahwa Esterpun dibawa masuk ke dalam istana raja.
Uniknya bahwa “usaha mencari Ratu yang baru” diikuti oleh banyak gadis, anak-anak dara yang elok rupanya dari seluruh daerah kekuasaan kerajaan Persia yang luas ini, Ester 1:1, 2:2-3. Dan setiap mereka mendapatkan perawatan begitu rupa selama paling sedikit 12 bulan, ayat 12, sebelum diperbolehkan masuk bertemu Raja untuk hanya semalam. Jika Raja berkenan dan menyukai gadis itu, barulah ia dipanggil lagi. Jika tidak, ia tidak akan pernah bertemu Raja lagi, ayat 14. Ketika giliran Ester tiba, ayat 15, menurut sejarah ia baru masuk bertemu Raja di bulan ke-10, Tebet pada tahun ke-7 pemerintahan Raja Ahasyweros ini, di tahun 479 SM. Ya ada 4 tahun berlalu setelah peristiwa Wasti. Tapi entah mengapa, sekalipun Raja telah dipertemukan oleh sekian banyak gadis dan perempuan sebelumnya, ia justru memilih Ester menjadi Ratu menggantikan Wasti.
Pencarian Ratu yang baru ini bukan seperti acara pencari bakat yang populer dijaman sekarang ini. Bukan seperti kontes kecantikan, atau mencari siapa Miss Universe yang baru. Ini jelas-jelas mencari siapa yang rela mau berbuat apa saja untuk Raja, menjadi gundik, pemuas nafsu Raja. Dan jika ada yang bisa memenangkan hati sang Raja, ia bisa terpilih menjadi Ratu Kerajaan. Ajaibnya, ayat 17, Ester dikasihi oleh baginda lebih dari pada semua perempuan lain, dan ia beroleh sayang dan kasih baginda lebih dari pada semua anak dara lain.
Amsal 21:1, Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini.
Kebetulan ketiga, Mordekhai berhasil mengungkapkan plot membunuh Raja!
Ayat 21, Pada waktu itu, ketika Mordekhai duduk di pintu gerbang istana raja, sakit hatilah Bigtan dan Teresh, dua orang sida-sida raja yang termasuk golongan penjaga pintu, lalu berikhtiarlah mereka untuk membunuh raja Ahasyweros. Tetapi perkara itu dapat diketahui oleh Mordekhai, ayat 22.
Mordekhai bukanlah seorang mata-mata, juga bukan seorang yang sedang meniti karir politik. Ia hanyalah paman dari Ester saat itu dan menurut kebiasaannya, ia kebetulan hanya sedang duduk di pintu gerbang istana raja, ayat 21. Dan bukan cuma disini disebutkan ia duduk di pintu gerbang istana raja, juga pada ayat 19 dan ayat 11. Jadi ketika Ester dibawa ke istana pertama kali pada ayat 8, ayat 11 menunjukkan bahwa Mordekhai mulai berjalan-jalanlah di depan pelataran balai perempuan itu untuk mengetahui bagaimana keadaan Ester dan apa yang akan berlaku atasnya. Ini persis sama dijelaskan kembali dalam ayat 19 setelah Ester terpilih pada ayat 17, Mordekhai menemukan tempat duduk di pintu gerbang istana raja untuk bisa mengetahui bagaimana keadaan Ester dan apa yang akan berlaku atasnya, ya persis seperti dalam ayat ke-11. Ini hanyalah kebiasaannya yang berulang-ulang untuk bisa mengawasi anaknya dan apa yang akan berlaku pada Ester didalam istana Raja.
Tapi kebiasaan ini justru membuat Modekhai mengetahui suatu rencana jahat 2 sida-sida Raja, Bigtan dan Teresh. Sida-sida Raja adalah 2 pelayan Raja yang dikhususkan untuk mengurusi para istri dan gundik Raja. Biasanya mereka telah dikebiri sebelumnya untuk menghindarkan mereka meniduri perempuan-perempuan Raja. Entah mengapa, ke-2 sida-sida ini marah dan sakit hati kepada Raja dan berikhtiar membunuh Raja Ahasyweros, ayat 21. Karena kebetulan Mordekhai selalu duduk di pintu gerbang, ia mengetahui hal ihwal ini lalu memberitahukannya kepada Ester dan Ester mempersembahkannya kepada raja atas nama Mordekhai. Perkara itu diperiksa dan ternyata benar, maka kedua orang itu disulakan pada tiang. Dan peristiwa itu dituliskan di dalam kitab sejarah, di hadapan raja. Ayat 22 & 23.
Jadi sekali lagi, Mordekhai tidak bermaksud menguping pembicaraan orang. Atau sedang memata-matai mereka. Lagipula, mungkin karena si Bigtan dan Teresh ini mengenal Mordekhai hanyalah sebagai orang tua salah satu wanita Raja, siapalah ia, pikir mereka. Mereka pun tidak berusaha merahasiakan ikhtiar mereka dihadapannya. Jadi memang, kehadiran Mordekhai di moment itu betul-betul hanyalah ketidak sengajaan, kebetulan ia ada disitu.
Lebih lagi bahwa “karena Raja terselamatkan”, peristiwa ini dicatat dalam kitab sejarah Persia, ayat 23. Dituliskan atas nama Mordekhai, ayat 22. Ya, titik. Sampai disitu saja. Ada “kebetulan” lain disini karena seharusnya Mordekhai langsung diberikan penghormatan dan hadiah sepantasnya karena telah menyelamatkan Raja. Tapi entah mengapa, kepadanya tidak dilakukan apa-apa selain dari pada peristiwa ini dicatat dalam sejarah Persia. Mungkin “kebetulannya” Mordekhai hanya dianggap lalu oleh semua orang saat itu. Bukankah ia kebetulan duduk di pintu gerbang?
Kebiasaan Mordekhai untuk selalu ada di pintu gerbang istana Raja tidak berhenti setelah itu. Dalam pasal 3 ayat 2-3 sekali lagi disebutkan bahwa ia ada disitu kembali. Tapi sekali ini, ada peristiwa dimana semua orang yang ada di pintu gerbang istana harus sujud menyembah kepada Haman bin Hamedata, orang Agag, ketika ia lewat. Mordekhai tidak berlutut dan tidak sujud terhadapnya. Kali ini Mordekhai jatuh dalam kesulitan bahwa karenanya Haman sekarang membenci ia dan seluruh bangsa Yahudi.
Alkitab menyebutkan bahwa Haman bin Hamedata, adalah orang Agag. Atau keturunan raja Agag, raja orang Amalek yang seharusnya ditumpas semua sampai habis oleh Raja Saul. Dalam 1 Samuel 15, Tuhan mengutus Samuel kepada Saul untuk pergi, mengalahkan orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai.” Ayat 3.
Perintah Tuhan jelas, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya! Bukan cuma laki-laki ataupun perempuan, termasuk kanak-kanak bahkan anak-anak yang menyusu, juga lembu maupun domba, unta maupun keledai. Kedengarannya kejam dan tidak berperikemanusiaan, tapi alasan Tuhan ada pada ayat ke-2, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi keluar dari Mesir.
Keluaran 17:8-13 bercerita kepada kita tentang bagaimana bangsa Israel jauh sebelum Raja Saul mendapat perintah ini telah perang melawan bangsa Amalek ini. Dibawah komando Yosua, Israel menghadapi Amalek. Dan Amalek bukanlah bangsa yang mudah dikalahkan. Musa sendiri harus campur tangan dengan hadir dimedan pertempuran pada sisi yang lain dan berdoa dengan tangan yang terus teracung ke langit. Karena jika ia menurunkan tangannya, ayat 11, maka Amalek menjadi lebih kuat. Jadi Harun dan Hur berdiri masing-masing di sisi Musa dan membantu menopang tangan Musa untuk terus teracung ke langit, ayat 12. Hanya dengan demikian Yosua dan Israel bisa memenangkan pertempuran melawan Amalek, ayat 13.
Dalam Ulangan 25:17-19, “Ingatlah apa yang dilakukan orang Amalek kepadamu pada waktu perjalananmu keluar dari Mesir; bahwa engkau didatangi mereka di jalan dan semua orang lemah pada barisan belakangmu dihantam mereka, sedang engkau lelah dan lesu. Mereka tidak takut akan Allah. Maka apabila TUHAN, Allahmu, sudah mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada segala musuhmu di sekeliling, di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dimiliki sebagai milik pusaka, maka haruslah engkau menghapuskan ingatan kepada Amalek dari kolong langit. Janganlah lupa!”
Tapi Raja Saul tidak melakukan perintah Tuhan dengan seharusnya, 1 Samuel 15:7-8, Lalu Saul memukul kalah orang Amalek mulai dari Hawila sampai ke Syur, yang di sebelah timur Mesir. Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, tetapi segenap rakyatnya ditumpasnya dengan mata pedang. Dan menurut tradisi Israel sendiri, bukan cuma Raja Agag yang tidak dibunuh Saul, tapi keluarga raja ini dan isi istananya. Ada yang kemudian berhasil melarikan diri karenanya, dan Haman adalah turunan raja ini! Haman bin Hamedata, orang Agag.
1 Samuel 15:22, Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.
Amsal 21:2-3, Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati. Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan TUHAN dari pada korban.
Seandainya Raja Saul mentaati perintah Tuhan melalui Samuel, menumpas semua orang Amalek, tidak merasa kasihan kepada mereka, Haman juga tidak akan pernah ada. Dan jika Haman tidak ada, tidak akan ada rencana jahat untuk menghancurkan bangsa Yahudi ketika mereka ada di pembuangan mereka di Babilonia dan Persia saat itu dalam kitab Ester.
Mungkin hari raya Purim juga tidak akan pernah ada, jika Haman tidak ada. Bahkan kitab Ester pun mungkin tidak akan ada. Tapi karena kesalahan Saul, Tuhan kemudian mulai berencana, mengatur semuanya, untuk menyelamatkan bangsa Yahudi dijaman Ester. Tidak ada yang lepas dari mata-Nya dan sejak awal Ia sudah mengatur langkah-langkah kita semua, umat pilihan-Nya.
Ini yang diperbuat Haman bin Hamedata, orang Agag itu. Ester 3:10-15, Maka raja mencabut cincin meterainya dari jarinya, lalu diserahkannya kepada Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru orang Yahudi itu, kemudian titah raja kepada Haman: “Perak itu terserah kepadamu, juga bangsa itu untuk kauperlakukan seperti yang kaupandang baik.” Maka dalam bulan yang pertama pada hari yang ketiga belas dipanggillah para panitera raja, lalu, sesuai dengan segala yang diperintahkan Haman, ditulislah surat kepada wakil-wakil raja, kepada setiap bupati yang menguasai daerah dan kepada setiap pembesar bangsa, yakni kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya; surat itu ditulis atas nama raja Ahasyweros dan dimeterai dengan cincin meterai raja. Surat-surat itu dikirimkan dengan perantaraan pesuruh-pesuruh cepat ke segala daerah kerajaan, supaya dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan semua orang Yahudi dari pada yang muda sampai kepada yang tua, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, pada satu hari juga, pada tanggal tiga belas bulan yang kedua belas–yakni bulan Adar–, dan supaya dirampas harta milik mereka. Salinan surat itu harus diundangkan di dalam tiap-tiap daerah, lalu diumumkan kepada segala bangsa, supaya mereka bersiap-siap untuk hari itu. Maka dengan tergesa-gesa berangkatlah pesuruh-pesuruh cepat itu, atas titah raja, dan undang-undang itu dikeluarkan di dalam benteng Susan. Sementara itu raja serta Haman duduk minum-minum, tetapi kota Susan menjadi gempar.
Jika kita memahami siapa Haman, kita bisa mengenal bagaimana jahatnya ia sebenarnya seperti nenek moyangnya sejak jaman Saul bahkan sampai pada jaman Musa dan Yosua.
Bahkan tidak hanya sampai disitu, untuk Mordekhai khususnya, ini yang Haman dan istrinya, Zeresh, rencanakan. Ester 5:14, Suruhlah orang membuat tiang yang tingginya lima puluh hasta, dan persembahkanlah besok pagi kepada raja, supaya Mordekhai disulakan orang pada tiang itu; kemudian dapatlah engkau dengan bersukacita pergi bersama-sama dengan raja ke perjamuan itu.” Hal itu dipandang baik oleh Haman, lalu ia menyuruh membuat tiang itu.
Kebetulan keempat, Raja tidak bisa tidur!
Uniknya, malam setelah tiang gantungan ini berdiri dirumah Haman, Raja Ahasyweros tidak bisa tidur.
Ester 6:1, Pada malam itu juga raja tidak dapat tidur.
Kedengarannya biasa saja, sederhana. Kita semua sekali-kali tidak bisa tidur waktu malam kan. Penyebabnya bisa apa saja, mulai dari kekurangan duit, rencana yang sangat menggairahkan di keesokan hari, kesusahan dan ketakutan, atau apa saja. Termasuk udara panas sehingga ac mungkin tidak bisa bekerja dengan semestinya! Tahukah anda bahwa dalam perkara ketika Raja Ahasyweros tidak bisa tidur, ini adalah suatu ketidak sengajaan yang disengajakan terjadi oleh Tuhan untuk mempromosikan Mordekhai dan mempermalukan Haman pada saat yang sama.
Kebetulan malam itu, Raja tidak bisa tidur.
Ester 6:1-3, Pada malam itu juga raja tidak dapat tidur. Maka bertitahlah baginda membawa kitab pencatatan sejarah, lalu dibacakan di hadapan raja. Dan di situ didapati suatu catatan tentang Mordekhai, yang pernah memberitahukan bahwa Bigtan dan Teresh, dua orang sida-sida raja yang termasuk golongan penjaga pintu, telah berikhtiar membunuh raja Ahasyweros. Maka bertanyalah raja: “Kehormatan dan kebesaran apakah yang dianugerahkan kepada Mordekhai oleh sebab perkara itu?” Jawab para biduanda raja yang bertugas pada baginda: “Kepadanya tidak dianugerahkan suatu apapun.”
Rupanya pembacaan ini berlangsung sepanjang malam dan Raja menemukan bahwa Modekhai belum dihadiahi sesuatu apapun untuk jasanya telah menyelamatkan nyawanya. Kebetulan pada saat yang sama Haman datang kepada Raja. Ia datang dengan maksud untuk memberitahukan kepada baginda, bahwa ia hendak menyulakan Mordekhai pada tiang yang sudah didirikannya untuk dia. Ester 6:4.
Tapi sebelum ia sempat berkata apa-apa, Raja yang pertama bertanya kepadanya. Apakah yang harus dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya? Ayat 6. Herannya, Haman langsung berpikir bahwa ini pasti untuk dia. Kepada siapa lagi raja berkenan menganugerahkan kehormatan lebih dari kepadaku?
Ia segera menjawab segala sesuatu yang diinginkan diperbuat kepadanya oleh Raja, ayat 7-9, Mengenai orang yang raja berkenan menghormatinya, hendaklah diambil pakaian kerajaan yang biasa dipakai oleh raja sendiri, dan lagi kuda yang biasa dikendarai oleh raja sendiri dan yang diberi mahkota kerajaan di kepalanya, dan hendaklah diserahkan pakaian dan kuda itu ke tangan seorang dari antara para pembesar raja, orang-orang bangsawan, lalu hendaklah pakaian itu dikenakan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya, kemudian hendaklah ia diarak dengan mengendarai kuda itu melalui lapangan kota sedang orang berseru-seru di depannya: Beginilah dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya!”
Tapi tak disangkanya, Raja justru bertitah seperti ini. Ayat 10, Maka titah raja kepada Haman: “Segera ambillah pakaian dan kuda itu, seperti yang kaukatakan itu, dan lakukanlah demikian kepada Mordekhai, orang Yahudi, yang duduk di pintu gerbang istana. Sepatah katapun janganlah kaulalaikan dari pada segala yang kaukatakan itu.”
Tidak terbayangkan bagaimana cemberutnya wajah Haman melakukan semua yang dia sebutkan sendiri, justru terhadap orang yang sangat dibencinya. Orang yang hendak digantungnya dipelataran rumahnya, sekarang ia sendiri justru mengelu-elukannya dilapangan kota Kerajaan Persia.
Ester 6:12-14, Haman bergesa-gesa pulang ke rumahnya dengan sedih hatinya dan berselubung kepalanya. Dan Haman menceritakan kepada Zeresh, isterinya, dan kepada semua sahabatnya apa yang dialaminya. Maka kata para orang arif bijaksana dan Zeresh, isterinya, kepadanya: “Jikalau Mordekhai, yang di depannya engkau sudah mulai jatuh, adalah keturunan Yahudi, maka engkau tidak akan sanggup melawan dia, malahan engkau akan jatuh benar-benar di depannya.” Selagi mereka itu bercakap-cakap dengan dia, datanglah sida-sida raja, lalu mengantarkan Haman dengan segera ke perjamuan yang diadakan oleh Ester.
Apa yang direncanakan Haman sehari sebelumnya, oleh campur tangan Tuhan melalui suatu perkara sederhana, pada malam itu juga raja tidak dapat tidur. Berubah semuanya dikeesokan harinya. Dari hendak digantung tinggi dipelataran, Mordekhai justru dimuliakan tinggi dilapangan kota. Oleh si Haman sendiri yang telah bermaksud jahat padanya.
Kisah selanjutnya kemudian sangat ironis bagi Haman, Ester 7 bercerita bagaimana rencana jahat Haman terhadap seluruh bangsa Yahudi dibongkar dihadapan raja oleh Ester sendiri. Haman tertangkap basah tanpa bisa “ba-bi-bu” lagi. Raja kemudian memerintahkan orang menggantung Haman di tiang gantungannya sendiri, ayat 10. Kemudian Raja menyerahkan semua harta Haman kepada Ester, Ester 8:1. Cincin Meterai Haman yang berkuasa atas seluruh Kerajaan Persia dicabut dari padanya, diserahkan kepada Mordekhai and juga diangkat Ester untuk menjadi kuasa atas seluruh harta kekayaan Haman sendiri, ayat 2. Dari sini kemudian kita bisa melihat bagaimana Tuhan membalikkan segala sesuatu yang jahat yang direncanakan oleh Haman sebelumnya.
Demikian kita sekarang bisa melihat bagaimana orang Israel merayakan Purim setiap tahunnya, pada tanggal 15 bulan Adar (berkisar di bulan Maret). Purim yang berarti lot atau undi yang dibuang untuk menentukan hari dimana bangsa Yahudi akan dibinasakan, justru diubah Tuhan menjadi hari kemenangan bagi bangsa Yahudi.
Tuhan yang dalam kitab Ester ini sama sekali tidak disebutkan tetap memegang peranan utama melebihi Ester dan Mordekai sendiri. Ia tahu bagaimana menciptakan situasi yang memungkinkan orang-Nya, si Ester sendiri diselipkan masuk dalam posisi yang sangat dekat dengan Raja mengalahkan rencana si Jahat yang berhasil menaruh orangnya, si Haman menjadi orang nomor 2 dalam Kerajaan Persia. Dan Ia melakukan semua ini tanpa Haman menyadari apa yang terjadi. Tangan Pemeliharaan-Nya yang sempurna terus bekerja melalui apa yang kita sebutkan sebagai kebetulan-kebetulan yang terlalu kebetulan. Ia tidak tinggal diam, Ia terus bekerja sekalipun nama-Nya tidak ditulis dan kehadiran-Nya tidak tampak oleh kita.
Amin.
Tulisan ini dipersembahkan untuk Dr. Marvin Wilson yang melalui pengajarannya saya telah dan terus belajar banyak tentang Perjanjian Lama, Alkitab-Nya Yesus.
ALe
Sangat asik dibaca! Dan sudah tentu sangat memberkati sekali!
Bambang Wiedyo
Thank you. Seru ya detail kisahnya
Arnold
Puji Tuhan, terima kasih!
Arnold
Kamsya bro!
Simon katiminin
PS.Arnold terimakasih saya sangat diberkati dgn tulisan ini… kiranya PS. Arnold terus menjadi berkat bagi banyak orang lewat tulisan2nya… Tuhan Yesus memberkati…
Arnold
Thank you Mon, Tuhan Yesus memberkati!
Bambang Budiono
Terimakasih pak Arnold.
Tuhan terus memberikan hikmat lebih lagi untuk menjadi berkat.🙏🙏
Ratih
Semakin memahami kisha Ester setelah membaca artikel yg Bpk tulis. Terimakasih.
Arnold
Puji Tuhan, terima kasih