Yohanes 2:17 & Mazmur 69:10.
Dalam kisah Tuhan menyucikan Bait Suci, cuma Injil Yohanes yang memberikan referensi ayat ini pada tindakan Yesus. 3 Injil lainnya, mereka menggunakan ayat, Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun. Matius 21:13, Markus 11:17, Lukas 19:46, yang mengacu pada Yesaya 56:7 & Yeremia 7:11.
Tindakan Tuhan yang mengamuk dengan mengusir pada pedagang dan memutarbalikkan meja-meja penukar uang di halaman Bait Suci membuat para ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala marah dan hendak membinasakan Dia. Tuhan baru saja memperok-porandakan mesin uang mereka.
Apa yang terjadi dijaman Yesus di halaman Bait Suci itu memang sudah sangat merusak. Rumah Tuhan benar-benar telah menjadi sarang penyamun. Atas nama kerohanian dan Tuhan, mereka telah menipu dan merampok umat mereka sendiri.
Apa yang terjadi adalah demikian; ketika seorang Israel datang membawa korban untuk pengampunan dosa, atau penebusan salah, ia akan datang ke pelataran Bait Suci ini dengan membawa binatang yang akan dikorbankannya. Entah itu Sapi, domba atau kambing atau bahkan cuma burung merpati. Setelah mengkonsultasikan tujuannya kepada salah satu imam, ia akan dibawa kepada mereka yang akan memeriksa hewan korban. Hewannya akan diperiksa begitu rupa apakah layak menjadi korban, tanpa cacat cela, sesuai dengan kitab Taurat. Masalahnya adalah hampir semua akan segera ditolak dengan alasan yang dicari-cari hanya karena hewan-hewan itu tidak dibeli di salah satu kolega mereka sendiri. Jadi orang yang datang hendak beribadah, mau tidak mau harus membeli kembali hewan yang lain yang sudah disertifikasi layak di sekitaran Bait Suci atau di halaman Bait itu.
Karena orang ini biasanya berasal bukan dari Yerusalem tapi dari daerah-daerah berbeda yang cukup jauh, mereka tidak membawa mata uang yang dianggap berlaku di Yerusalem pada jaman itu. Mereka pun harus menukar uang mereka terlebih dahulu. Para penukar uang ini akan memberikan nilai tukar yang sangat tinggi plus segala macam biaya admin yang berbeda-beda. Diperkirakan pada jaman itu, seseorang akan kehilangan nilai uangnya sebesar 30% paling sedikit sebelum sampai di counter hewan korban.
Belum lagi saat akan membeli hewan korban di sekitaran halaman Bait Suci, harga belinya akan sangat tinggi karena “sudah dipastikan layak” oleh para imam disitu. Mau gak mau mereka harus membelinya. Dan setelah selesai dengan semua ritual korban orang ini, ketika hendak pulang, hewan yang tidak jadi dikorbankan akan ditawar sangat rendah oleh para penjual hewan korban ini. Hanya untuk dijual kembali pada orang berikutnya “setelah disertifikasi”. Para penjual hewan dan penukar uang tentunya hanya boleh berjualan dan berdagang disitu setelah membayar uang yang tidak sedikit kepada para imam yang bertugas saat itu di Bait Suci.
Bagaimana tidak, mereka yang datang dengan tujuan yang benar dan hati yang ikhlas berbalik kepada Tuhan akan pulang dengan kekesalan hati dan kemarahan yang terpendam karena mengetahui mereka telah ditipu dan dirampok oleh imam-imam mereka sendiri. Mereka yang datang untuk beribadah justru menemukan diri mereka masuk ke sarang penyamun! Ya, Rumah Tuhan seharusnya adalah rumah doa untuk segala bangsa. Tetapi sekarang telah menjadi sarang penyamun! Tidaklah mengherankan, Tuhan Yesus mengamuk ditempat itu.
Yang menarik bahwa dalam Injil Yohanes ini, para murid justru disebutkan mengingat ayat yang di Mazmur 69:10. Yohanes 2:17 berkata, Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: ”Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” Mazmur 69 sendiri sebenarnya bercerita tentang Doa Daud ditengah-tengah kesesakan yang melandanya. Dan jika kita membaca ayat-ayatnya baik-baik, kita justru akan menemukan bahwa ayat itu bercerita tentang rasa sesak seseorang yang harus melewati aniaya karena Tuhan,
Sebab oleh karena Engkaulah aku menanggung cela,
noda meliputi mukaku.
Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku,
orang asing bagi anak-anak ibuku;
sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku,
dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku.
Mazmur 69:8-10.
Dalam terjemahan asli ayat ini, Yohanes 2:17, Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku, berbunyi kurang lebih seperti ini, semangat dan cemburu akan Rumah-Mu, telah menghanguskan, telah menelan aku sampai habis. Ya, kata cinta disini mengacu pada kata zēlos, zeal, semangat yang berapi-api, dan jelousy atau cemburu seperti cemburu seorang laki-laki pada istrinya atau sebaliknya.
Yang jadi pertanyaan adalah apa yang menghanguskan kita? Cinta akan Tuhan dan rumah-Nya atau uang? Seringkali tanpa disadari kita, karena uang, telah jatuh ke dalam berbagai pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena ingin kaya, itu penyebabnya kata 1 Timotius 6:9. Ayat 10 berbunyi, sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Banyak dari kita hangus karena cinta akan uang dan bukan karena cinta akan Tuhan.
Bahkan mereka yang didalam Tuhan, tidak terkecuali para “ahli-ahli Taurat dan Imam-Iman Kepala” telah terjebak menjadikan Rumah Tuhan sebagai Sarang Penyamun! Dan kita semua mengerti bahwa bukan hanya dijaman Yesus ini terjadi, tetapi juga dijaman akhir ini, hal-hal seperti ini masih ada didalam Gereja Tuhan. Pertanyaannya, apa motivasi kita melayani Dia? Apa tujuan kita memberitakan Firman Tuhan? Tuhan dan Mamon seringkali tidak bisa dibedakan untuk banyak perkara yang telah diselimuti oleh pakaian kerohanian.
Banyaknya pendeta-pendeta besar baik didalam dan diluar negeri yang jatuh karena uang menunjukkan bahwa kita semua tidak ada yang kebal dari jerat si jahat atas hidup dan pelayanan kita. Dan makin dipakai seseorang besar dalam tangan Tuhan, berkat keuangan akan jelas makin mengalir padanya. Jika ia salah meresponi hal-hal ini, apa yang seharusnya menjadi berkat yang menolong dia justru menjadi jerat dan kutuk yang menjatuhkannya. Perintah Tuhan untuk kita tetap sama, bukan hanya pada si kaya dalam Matius 19:21, kata Yesus kepadanya: ”Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.
Kesempurnaan kerohanian kita bukanlah ketika kita telah berdoa sekian jam atau membaca Alkitab berulang kali, bukanlah ketika kita telah berdiri diatas mimbar dan berbicara kepada sekian ribu orang. Tetapi justru ketika kita berani meninggalkan segala sesuatu, terutama uang dan harta kita. Jangan menganggap bahwa kita mendapatkan semuanya itu karena Tuhan telah mengupahi kita! Karena justru makin melimpah berkat keuangan yang mengalir, makin besar tanggung jawab kita untuk memberi lebih banyak kepada mereka yang memerlukan. Perhatikan ini bahwa upah kita yang sesungguhnya bukanlah ketika kita masih didunia ini. Selama kita masih didunia ini, kita masih bekerja untuk Dia. Yohanes 9:4, Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.
Ketika pertama kali penulis mengerti akan hal ini, Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku, pada November 2015, hari-hari ini terjadi serangan kepada banyak anak-anak Tuhan baik di Paris, di Beirut, di Mali. Pemboman gereja-gereja, anak-anak Tuhan yang ditikam dijalanan, bahkan tidak sedikit ditembak begitu rupa. Tapi pada saat yang sama ada seorang pendeta besar di Asia Tenggara yang justru dijebloskan oleh pemerintahnya sendiri ke dalam penjara karena penyalahgunaan uang yang telah diterima melalui gerejanya. Pertanyaannya tetap sama, hidup kita hangus karena cinta kita pada Tuhan atau pada uang? Bukankah dari buahnya pohon itu dikenal? Matius 12:33.
Beberapa hari yang lalu pun sekali lagi terjadi peristiwa pemboman sebuah gereja di kota Makassar. Ada yang saking fanatiknya, saking cintanya pada agamanya rela menjadi pengantin dan membom orang-orang lain yang berseberangan keyakinan. Ada juga yang karena tugas menjaga gerbang gereja rela menjadi tameng untuk menahan sang pasangan pengantin. Ajaibnya, yang menjadi korban hancur begitu rupa justru adalah mereka yang bermaksud jahat pada sesamanya. Si penjaga gerbang tetap bisa berdiri dan berbicara lancar menceritakan apa yang baru saja terjadi. Tuhan itu adil dan kuasa-Nya besar. Tidak satupun dari kita bisa menipu Dia, mempermainkan Dia dengan Firman-Nya. Dia sama sekali tidak bisa diejek! Apa yang ditabur seseorang, itu juga yang akan dituainya. Galatia 6:7.
Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.
Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.”
Matius 10:34-42.
Leave a Reply