2 Samuel 12:24-25, Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu. TUHAN mengasihi anak ini dan dengan perantaraan nabi Natan Ia menyuruh menamakan anak itu Yedija, oleh karena TUHAN.
Ada yang mengatakan jika Daud mau sedikit lebih bersabar saja, Tuhan akhirnya akan memberikan Batsyeba menjadi istrinya juga. Pendapat ini keluar setelah ayat diatas menunjukkan bagaimana kemudian anak ke-2 mereka, dikasihi dan dipilih Tuhan menjadi pengganti Raja Daud. Mereka berpikir bahwa tidaklah mungkin Tuhan akan memilih seseorang dengan latarbelakang jelek dan penuh dosa seperti kedua orang tua Salomo, terutama ibunya, Batsyeba, untuk mengemban tugas besar dan mulia dikemudian hari. Apalagi dalam 2 Samuel 12:8, bagian terakhir menyebutkan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu.
Menurut saya, jika saja Daud bisa lebih bersabar walau sedikit saja, mau menahan diri, ia tidak akan jatuh dalam dosa dengan Batsyeba seperti dalam 2 Samuel 11-12, Salomo pun tidak akan pernah ada. Dan sejarah Kerajaan Israel akan berbeda dari apa yang kita mengerti kemudian dalam kitab-kitab 1-2 Raja-Raja dan 1-2 Tawarikh. Tidak akan ada kisah pengkhianatan Amnon dan Absalom, Daud tidak harus lari, Israel akan terhindar dari perang sipil. Bahkan pasal-pasal di Mazmur pun akan berbeda dari apa yang kita punya sekarang ini.
Jika demikian, apakah Tuhan menghendaki Salomo lahir dan ada didunia mengerjakan bagiannya atau tidak? Bukan ya maupun tidak jawabannya, karena ada banyak pilihan-pilihan yang dibuat manusia, entah yang bertentangan ataupun yang sesuai dengan rencana dan kehendak-Nya. Namun Tuhan dalam ke-Maha-Tahu-an-Nya sanggup bekerja melalui segala sesuatu dan Dia telah menetapkan keberadaan setiap kita dengan tujuan untuk mengerjakan bagian kita masing-masing sesuai dengan rencana-Nya sebelumnya.
Ya, kita seringkali suka berpikir bahwa yang kita inginkan hanyalah kehendak Tuhan yang jadi. Tapi semulia-mulianya hal ini, ada banyak perkara yang tetap harus dimulai dengan keputusan yang kita harus ambil sendiri. Seperti dengan siapa kita mau menikah sebagai contoh, kehendak Tuhan biasanya jelas tapi jika kita tidak jatuh hati pada pasangan kita, biasanya kita juga tetap tidak mau kan? Ataupun kalau jadi, ada bagian diri kita yang selalu akan menganggap ini adalah suatu kesalahan! Ya, tapi mengambil keputusan sendiri juga bukan berarti kita akan melakukannya dengan ceroboh dan tergesa-gesa, tanpa banyak pertimbangan. Apalagi tanpa nasehat dari Firman Tuhan dan tuntunan dari Roh Kudus. Kita memerlukan semuanya itu.
Seperti kasus ini, kenapa Tuhan menaruh pohon pengetahuan baik dan jahat dalam taman Eden. Jika Ia memang menghendaki untuk mempunyai umat yang taat dan dengar-dengaran pada-Nya, bukankah lebih baik pohon itu jangan ditaruh disitu? Ataukah Ia sendiri memang merencanakan supaya manusia akhirnya terjebak dan jatuh dalam dosa? Sehingga pada akhirnya Ia sendiri terperangkap dengan harus mengorbankan Anak-Nya sendiri dikayu salib demi menebus manusia kembali? Persis seperti pada pertanyaan ini, jika Ia adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, sanggupkah Ia menciptakan suatu batu yang begitu besar dan berat hingga Ia sendiri tidak sanggup lagi mengangkatnya?
Kita memang tidak bisa memahami sepenuhnya rencana dan kehendak Tuhan. Tapi yang pasti adalah demikian, jika Adam dan Hawa tidak memakan buah pengetahuan baik dan jahat itu, dunia yang kita miliki akan sangat berbeda. Namun karena keputusan mereka, menyerah kepada godaan dan tipuan si jahat, Tuhan kemudian memperkenalkan suatu sifat atau kebaikan-Nya yang hanya bisa dimengerti oleh manusia yang berdosa: anugerah. Jadi mana yang lebih penting? Kehendak Tuhan bagi Adam untuk taat pada-Nya, atau kehendak Tuhan menyatakan anugerah pada kita semua?
Masa depan kita ada dalam tangan Tuhan, tapi langkah kesitu ditentukan oleh setiap keputusan yang harus kita ambil sendiri dengan benar. Tidak terburu-buru, tidak ceroboh, penuh pertimbangan dari nasehat orang tua, juga dari yang lebih berpengalaman dan terutama dari Firman Tuhan serta tuntunan Roh Kudus. Kita harus aktif dan tidak pasif, sebab Tuhan tidak akan menjadi nyata jika kita tidak mengambil langkah nyata.
Dalam kasus Adam dan Hawa, kita perlu melihat beberapa hal ini. Ketika Tuhan menaruh mereka dalam taman Eden, Kejadian 2:8 menunjukkan bahwa manusia ditaruh lebih dahulu didalam taman Eden sebelum TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Kejadian 2:9. Jadi Adam mengerti dengan jelas maksud Tuhan disitu, untuk tidak memakan buah pohon tertentu (ayat 16-17) tapi secara aktif ikut memelihara semua pohon dalam taman Eden itu (ayat 15).
Ketika Adam jatuh dalam dosa di Kejadian 3:6, kita seharusnya mengerti bahwa ada waktu yang berlalu yang kita tidak tahu berapa lama sejak Adam ditaruh dalam taman Eden sampai ia jatuh. Paling tidak ada 23 ayat diantara Kejadian 2:8 sampai 3:6. Rentang waktu yang terjadi dalam 23 ayat ini bisa hanya dalam beberapa bulan atau sampai bertahun-tahun kemudian. Bahkan mungkin saja sampai berpuluh-puluh tahun. Pertanyaannya adalah seperti ini, jika pohon apel baru berbuah dalam rentang 6-8 tahun sejak bijinya ditanam, berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh pohon pengetahuan baik dan jahat untuk tumbuh dari benih sampai berbuah matang siap dipetik oleh Hawa? Hawa? Iya, Hawa tidak hadir dalam scene ini sampai pada Kejadian 2:22. Dan apakah begitu ia hadir, ia langsung membawa Adam ke pohon pengetahuan baik dan jahat untuk memetik buahnya supaya mereka segera jatuh dalam dosa? Kemungkinan besar tidak. Jadi rentang 23 ayat yang ada tersebut bisa memakan waktu yang sangat panjang.
Paling tidak ada 130 tahun berlalu sampai Set lahir dalam Kejadian 5:3 sejak Adam ada dalam Kejadian 2:7. Karena Adam tidak dilahirkan, tapi dibuat, diciptakan oleh Tuhan, maka sejak ia hadir dibumi, di taman Eden, ia telah langsung menjadi manusia dewasa dengan akhlak yang benar dan pikiran yang baik. Ia mungkin satu-satunya manusia yang tidak tumbuh dari bayi yang kecil sampai menjadi manusia dewasa. Ia langsung menjadi manusia dewasa.
Kembali pada pertanyaan diatas: “jika Ia memang menghendaki untuk mempunyai umat yang taat dan dengar-dengaran pada-Nya, bukankah lebih baik pohon itu jangan ditaruh disitu? Ataukah Ia sendiri memang merencanakan supaya manusia akhirnya terjebak dan jatuh dalam dosa?”. Ketika kita bisa melihat dan mengerti ada waktu yang berlalu cukup banyak sejak Adam diciptakan sampai ia jatuh dalam dosa, kita kemudian akan bisa menjawab pertanyaan ini lebih baik.
Karena dengan adanya waktu yang berlalu cukup banyak, hal ini menunjukkan bahwa ada banyak tahun-tahun Adam yang berlalu penuh dengan ketaatan dan keintiman dengan Tuhan. Waktu dimana ia mengerjakan kehendak Tuhan dan menggenapi tujuan yang ditetapkan-Nya bagi dia. Waktu dimana ia memilih untuk tidak makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat itu sekalipun ia juga turun tangan sendiri memelihara pohon itu. Penuh keintiman, kasih dan ketaatan pada Tuhan. Sampai sebelum ia jatuh dalam dosa. Bahkan bersama dengan Hawa, mereka berdua dalam taman Eden menikmati jalan-jalan sore dengan Tuhan menyaksikan matahari tenggelam. Ini adalah imajinasi apa yang mungkin terjadi dengan mereka di taman Eden seperti yang terbaca dari Kejadian 3:8-9.
Jadi ada kehendak Tuhan yang dipenuhi dalam hal ini, dipenuhi bukan hanya sekali tapi dalam rentang waktu yang cukup untuk menunjukkan pada kita bahwa Tuhan tidak dengan sengaja menjebak mereka dengan ditaruh-Nya pohon pengetahuan yang baik dan jahat disitu. Dan dalam waktu yang penuh ketaatan dan keintiman dengan Tuhan ini, Adam (bersama Hawa) sedang memiliki situasi dan keadaan yang lebih baik karena ketaatannya kepada Firman. Bahkan mereka mungkin saja sedang merenda masa depan yang luar biasa dengan Tuhan, masa depan tanpa dosa.
Namun ketika mereka jatuh dalam dosa di Kejadian 3:6, semuanya kemudian berubah. Disini pun kita bisa lebih memahami situasi yang terjadi karena pemahaman kita akan adanya waktu yang cukup lama berlalu. Kejadian 3:6 menunjukkan adanya kerusakan, kesalahan yang terjadi pada manusia dimana Tuhan kemudian mulai bekerja berbeda. Sekarang Ia membawa anugerah masuk dalam hidup manusia.
Kejadian 3:21, Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka. Pakaian yang dibuat Tuhan bagi Adam dan Hawa diperuntukkan untuk menutupi ketelanjangan mereka. Kata asli yang dipakai untuk pakaian dari kulit binatang ini menunjuk pada jubah atau kain panjang yang menutupi tubuh mereka dari pundak sampai ke ujung kaki mereka. Tapi tindakan Tuhan ini tidak hanya bertujuan menutup ketelanjangan fisik mereka. Perhatikan bahwa bahan pakaian yang dipakaikan Tuhan berasal dari kulit binatang, bukan seperti daun-daunan yang dipakai Adam dan Hawa sebelumnya. Kejadian 3:7. Ini punya arti bahwa ada hewan yang dipotong. Dipotong bukan sekedar untuk diambil kulitnya sebagai bahan pakaian tapi kelihatannya disembelih sebagai korban pendamaian dosa lebih dahulu. Jadi Tuhan menyembelih seekor hewan untuk mengadakan korban pendamaian dosa bagi mereka seperti dalam Imamat 1-5. Dalam mengerjakan ini, Tuhan menunjukkan kepada mereka bahwa akan ada Mesias yang akan datang dan menyelamatkan mereka, Kejadian 3:15. Sebab korban binatang hanya dapat menutup dosa mereka untuk sementara waktu sampai Mesias datang untuk membawa anugerah Tuhan, pengampunan dosa dengan menyerahkan diri-Nya menjadi korban yang sebenarnya.
Ibrani 10:4-6, Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa. Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: “Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki–tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku–. Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan.
Ibrani 9:22, Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.
Leave a Reply