Bagian 1 – Bagian 2 – Bagian 3
Raja Saul pun kelihatannya langsung bertobat, sadar akan kesalahannya ketika ia ditegur Samuel. Samuel menegurnya 3x, 1 Samuel 13:13, 15:22, 28-29. 1 Samuel 15:24 dan 30 menyebutkan perkataan Saul, aku telah berdosa. Sama seperti perkataan Daud dalam 2 Samuel 12:13, aku sudah berdosa kepada TUHAN. Tapi kita semua tahu bahwa pernyataan yang keluar dari mulut tidak akan cukup jika tidak disertai dengan sikap yang kemudian mengikuti perkataan itu. Dan sikap Saul dengan jelas menunjukkan bagaimana ia tidak sungguh-sungguh dengan perkataannya sendiri, 1 Samuel 15:24, tetapi aku takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka. 1 Samuel 15:30, tetapi tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku sekarang di depan para tua-tua bangsaku dan di depan orang Israel. Kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN, Allahmu. Juga 1 Samuel 13:11, Karena aku melihat rakyat itu berserak-serak meninggalkan aku…
Saul lebih takut dengan rakyatnya sendiri, lebih takut dengan kata orang nanti, lebih takut dengan reputasinya yang menjadi jelek. Dia tidak takut kepada Tuhan seperti seharusnya. Rupanya ia lebih suka menaruh rasa amannya pada posisi Raja, yang dicapainya. Dan ketika ia telah ada disitu, ia pikir ia telah meraih puncak kehidupan dan menguasai semuanya. Ada banyak dari kita yang memang menaruh identitas kita dalam segala kehebatan dan pencapaian-pencapaian kita. Lihat saya, lihat kehebatan dan apa yang telah saya raih! Kita hidup mencari pengakuan, approval, orang lain, bukan dari Tuhan. Akhirnya kita hanya mengejar harta dan kesuksesan, dan apa yang bisa kita raih oleh semuanya itu. Tujuannya supaya kita kelihatan hebat, punya nama. Kita tidak lagi mencari approval dari Tuhan, kita lupa bahwa identitas dan rasa aman kita hanya bersumber dari Tuhan semata. Sehingga ketika semua ini diambil dari kita, kita menjadi lumpuh dan hancur sama sekali. Saul tidak bisa menerima direndahkan dihadapan orang banyak, ia tidak mau Samuel tidak menunjukkan hormatnya kepada dia di depan para tua-tua dan di depan orang Israel. 1 Samuel 15:30. Dengan kata lain, cuma mulutnya yang mengakui dosanya tapi hatinya tetap angkuh dan tidak mau merendahkan diri.
TUHAN melihat hati, 1 Samuel 16:7. Terutama adalah hati yang mau bertobat dan berbalik mencari wajah-Nya. Tuhan tahu siapa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu, Mazmur 103:14. Kita semua lemah dan rapuh, tapi siapa yang punya hati yg tulus dan rendah hati? Yeremia 17:9-10, Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.”
Dosa Saul jika dibandingkan dengan dosa Daud, seakan-akan jauh lebih kecil. 3x teguran Samuel menunjukkan dimana saja kesalahan dan dosa Saul. 1 Samuel 13:13, Saul mempersembahkan korban sendiri tanpa menunggu Samuel. Posisinya sebagai Raja dan asalnya dari suku Benyamin menunjukkan kesalahannya yang bukan seorang imam Lewi seperti Samuel, seorang Lewi. 1 Samuel 1:1. Dalam perkara Daud, ia bahkan memakan roti perjamuan ketika ia lari dari Saul, 1 Samuel 21. Jika kita tidak mempelajari ini lebih jauh, kita pun akan menganggap salah perkara ini. Markus 2:25-26, Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu–yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam–dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya.
Saul tidak taat kepada perintah Tuhan, 1 Samuel 15:2-3. Ia seharusnya membunuh semua orang Amalek, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai. Tapi ia tidak melakukannya, ayat 9. 1 Samuel 15:22-23, Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Dalam perkara ini, Saul sepertinya menjadi orang yang berbelas kasih dan penuh kemurahan. Itu sebabnya Agag, Raja Amalek mengira ia akan diampuni ketika dipanggil Samuel, 1 Samuel 15:32.
Namun pelanggaran Saul disini punya implikasi yang sangat menghancurkan dikemudian hari. Kisah Ester dalam Alkitab ada karena salah satu turunan Raja Agag ini berhasil meloloskan diri, kelonggaran yang diberikan Saul karena ketidaktaatannya hampir menyebabkan kebinasaan bangsa Israel dikemudian hari. Musuh Mordekhai dan Ester dalam kitab Esther adalah Haman, orang (keturunan) Agag, Ester 3:1.
1 Samuel 15:27, Ketika Samuel berpaling hendak pergi, maka Saul memegang punca jubah Samuel, tetapi terkoyak. Hal berikutnya ini sangat menunjukkan keangkuhan Saul dihadapan Tuhan. Jangankan ia mau merendahkan diri menanggung semua konsekuensi dosanya seperti Daud dalam 2 Samuel 13 dan seterusnya, baru Samuel saja yang hendak meninggalkan dirinya dihadapan para tetua dan rakyat Israel, ia sudah menolak! Hatinya terlalu angkuh untuk mau mengakui dengan sungguh-sungguh kesalahannya. Dia memang kemudian tidak dihukum Tuhan lebih jauh seperti Tuhan menghukum Daud, tapi Tuhan justru meninggalkan dia, 1 Samuel 16:14, dan mengoyakkan jabatan raja atas Israel dari Saul dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik, yaitu Daud., 1 Samuel 15:28.
Sekalipun anugerah berarti pemberian cuma-cuma, dan karunia yang diberikan kepada mereka yang tidak pantas menerimanya, tidak berarti semua orang bisa mendapatkannya. Anugerah rupanya memerlukan kerendahan hati dan ketulusan untuk bisa diterima. Seandainya saja Saul punya hati yang berbeda, mungkin Jonathan adalah raja ke-2 Israel dan bukan Daud. Mungkin sejarah Kerajaan Israel menjadi sangat berbeda. Demikian pula dengan anugerah yang mengalir dari Salib Yesus, Yesus mati untuk seluruh manusia dari segala jaman. Tapi pengampunan dan penebusan-Nya hanya disediakan bagi mereka yang mau merendahkan diri dan berbalik kepada Dia, menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi.
Batsyeba sendiri masuk dalam salah satu dari 4 nama perempuan di Silsilah Yesus di Matius 1, Tamar (ayat 3), Rahab (ayat 5), Rut (ayat 5), Batsyeba (ayat 6). Tamar adalah anak mantu kepada Yehuda, yang menyamar sebagai pelacur untuk mendapatkan keturunan dari Yehuda sendiri, ayah mertuanya, Kejadian 38. Rahab sendiri adalah pelacur juga, yang mau menolong mata-mata Israel ketika mereka memasuki Yerikho, Yosua 2. Rut (Kitab Rut) sendiri seorang asing, bangsa Moab, bangsa yang dikenal karena perempuan-perempuannya yang mengajak orang Israel melalui sex untuk meninggalkan Tuhan dan menyembah Baal, Bilangan 25. Jadi 4 wanita dalam silsilah Yesus ini punya latar belakang pelacur baik secara langsung maupun tidak langsung. Ini pun yang disebut sebagai anugerah, bahwa Tuhan tetap mau memilih dan memakai mereka melahirkan generasi yang kemudian melahirkan Yesus Kristus ke dalam dunia tanpa peduli dari mana latar belakang mereka.
Batsyeba, atau Bathsheba yang punya arti nama putri sebuah sumpah, adalah anak Eliam, 2 Samuel 11:3, salah satu pahlawan Daud dalam 2 Samuel 23:34. Eliam sendiri hampir sama sekali tidak pernah disebutkan seperti Uriah suami Batsyeba yang kemudian dibunuh Daud melalui perang, 2 Samuel 11:15.
Tapi dalam ayat ini, kita bisa mengetahui bahwa Eliam sendiri adalah anak dari Ahitofel, orang Giloh. Disini juga kita bisa lihat mengapa si penasehat Raja, yang nasehatnya seperti petunjuk Tuhan sendiri, 2 Samuel 16:23, berbalik dari Daud dan bersekutu dengan Absalom memberontak terhadap Raja Daud, 2 Samuel 15:12. Baca Mazmur 55, mazmur tentang sahabat yang berkhianat. Ya, Batsyeba adalah cucu Ahitofel! Ahitofel menjadi marah dan pahit karena Daud telah menghancurkan keluarga anaknya. Cucunya direbut, cucu-mantunya sendiri dibunuh!
Namun dia akhirnya bunuh diri ketika Absalom memilih mendengarkan nasihat Husai waktu mereka segera akan menyerang Daud dan tentaranya, 2 Samuel 17:23. Rupanya dia tidak kuat menanggung sakit hati ditolak oleh Absalom, dia kemudian bertindak sangat bodoh dengan menggantung dirinya. Persis seperti arti namanya sendiri, saudara si bodoh. Mungkin kebodohannya ini juga disebabkan bukan hanya karena kepahitannya karena peristiwa Batsyeba dan Uria, tapi lebih karena keangkuhannya yang muncul karena nasihatnya yang dianggap seperti petunjuk dari Tuhan sendiri. Yeremia 9:23, Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya.
Kisah Batsyeba memang merupakan suatu titik balik dalam kehidupan Daud. Kerajaan gelap mengira bahwa mereka berhasil menjatuhkan Daud dalam suatu pukulan telak, mereka tidak menyangka bahwa Tuhan justru memperkenalkan suatu kebaikan-Nya, suatu virtue, yang hanya bisa nyata dalam hidup orang berdosa. Anugerah, Daud dengan Batsyeba telah menjadi pasangan yang tepat untuk memperkenalkan kebaikan Tuhan ini terutama karena hati mereka yang penuh dengan humility, kerendahan hati, mau berbalik kepada Tuhan sungguh-sungguh. Bukan sekedar ucapan bibir belaka. Anak mereka Salomo dikemudian hari, yang berarti damai, menjadi bukti keajaiban anugerah Tuhan yang telah berlaku atas hidup kedua orang tuanya.
Leave a Reply