Hari-hari ini dunia sedang dilanda bencana pandemik Covid-19 begitu rupa. Kabar sampai hari ini (30 Maret 2020), telah terjadi 700 ribu lebih kasus dengan 30 ribu lebih orang telah mati. Setiap hari angka-angka ini terus bertambah. Menakutkan. Tapi mengapa Tuhan membiarkan semuanya ini terjadi? Dimanakah Dia? Bukankah Dia Juruselamat, Penolong dan Penyembuh kita umat-Nya?
Markus 4:35-41 menceritakan kepada kita kisah Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya menyeberang danau dan tertimpa badai yang dahsyat, badai yang hampir saja menenggelamkan perahu mereka. Tuhan yang awalnya tertidur karena kelelahan, segera dibangunkan murid-murid, bangkit dan menghardik angin dan danau itu. Semuanya menjadi tenang.
Markus 4:35-41 (Terjemahan Baru), Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: “Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?”
Ada 2 badai dalam 3 Injil
Kisah ini juga dituliskan oleh 2 Injil (Perjanjian Baru, Alkitab) yang lain, oleh Matius (8:23-27) & Lukas (8:22-25), tapi tidak oleh Yohanes. Yohanes mencatatkan kisah serupa tapi terjadi pada kesempatan berbeda. Mereka (murid-murid-Nya) dilanda badai sekali lagi tapi tidak dengan Yesus yang tertidur di perahu. Tapi Yesus sedang sibuk berdoa sesaat sebelumnya, Dia datang terlambat (sebelum badai) kepada mereka berjalan diatas air. Yohanes mencatatnya pada pasal 6, ayat 16-21. Matius (14:22-33) & Markus (6:47-51) juga mencatatnya, tapi tidak oleh Lukas. Jelas badai ke-2 ini berbeda dengan yang pertama, sebab Matius mencatatnya 6 pasal setelah badai pertama dan Markus menuliskannya setelah 2 pasal.
Kehadiran Tuhan dan pertolongan-Nya
Badai 1; Matius 8:23-27 & Markus 4:35-41 & Lukas 8:22-25 – Yohanes, tidak ada.
Badai 2; Matius 14:22-33 & Markus 6:47-51 & Yohanes 6:16-21 – Lukas, tidak ada.
Badai 1, Matius 8:23-27 – 6 pasal berikutnya lalu badai 2, Matius 14:22-33
Badai 1, Markus 4:35-41 – 2 pasal berikutnya lalu badai 2, Markus 6:47-51
Satu hal yang menarik diperhatikan disini, bahwa Yesus selalu hadir disetiap badai tersebut dan menolong murid-murid-Nya. Tapi kehadiran Tuhan ..
- tidak menjadi jaminan bahwa mereka hidup tanpa badai, badai tetap datang!
Tapi kehadiran Tuhan ..
- tidak membuat mereka langsung menerima pertolongan, seakan-akan Tuhan justru tidak peduli. Di badai 1 Yesus tertidur; di badai 2 Yesus datang ditengah badai, bukan sebelum badai. Markus 6:48 menyebutkan bahwa Ia hendak melewati mereka.
Tapi kehadiran Tuhan ..
- yang tertidur pada badai 1, ketika Ia dibangunkan.. Matius 8:26 menunjukkan bahwa Ia menegur mereka lebih dahulu sebelum menengking badai tersebut. Markus 4:40 menunjukkan bahwa Ia menegur murid-murid-Nya setelah Ia menengking badai. Tidakkah Ia betul-betul peduli kepada nyawa murid-murid-Nya? Bukankah seharusnya Ia bangun segera tanpa dibangunkan, menyadari bahwa perahu mereka hampir tenggelam? Mungkin Tuhan tidak suka diganggu tidur-Nya.
Punya Tuhan
Orang banyak berpikir kalau mereka punya Tuhan, hidup mereka pasti aman. Ya, disatu sisi ini benar tapi disisi lain tidak. Sebab punya Tuhan bagi kebanyakan orang hanya berarti ..
- bahwa di kartu identitas mereka (ktp) tertulis bahwa mereka itu Kristen (atau beragama).
- bahwa mereka telah pergi ke gereja, teratur setiap Minggu. Bahkan masuk dalam kategori rajin, sebab mereka hampir tidak pernah bolos dan juga hadir pada hampir setiap ibadah yang diadakan gereja di sepanjang minggu dan sepanjang tahun. Bahkan banyak yang tidak suka jika harus beribadah online, merasa tidak hadir dirumah Tuhan. Padahal waktu ibadah di gereja, mereka ini banyak yang sibuk online!
- bahwa hidup dan rumah mereka atau keluarga mereka sangat Kristen. Ada banyak assesoris Kristen dirumah, patung Yesus atau (pernak-pernik) Salib, lukisan-lukisan yang bergambar Tuhan Yesus, tulisan dan ayat-ayat Alkitab tergantung dan terpambang dimana-mana.
- bahwa lagu-lagu yang mereka dengar (hanyalah) lagu-lagu rohani (Kristen). Dan bahkan buku Alkitab mereka tersedia disetiap sudut ruang rumah mereka.
Jika semua hal diatas menandakan kita telah punya Tuhan, apakah itu kemudian menenangkan dan menghentikan semua badai kehidupan? Berapa dari kita yang mengklaim punya Tuhan, punya hal-hal berikut ini .. punya Tuhan adalah
- punya hubungan yang erat dengan Dia dalam doa & Firman Tuhan. Artinya kita mempunyai jam-jam doa yang teratur, bukan doa yang terburu-buru atau sekedar yang diucapkan seperti mantra atau jampi. Bukan sekedar doa yang pendek-pendek, bukan juga doa yang panjang dan bertele-tele (Matius 6:7), tapi kita sungguh-sungguh mengenyampingkan suatu waktu khusus untuk duduk dihadapan Dia menaikkan puji dan sembah kita, mempersembahkan syukur dan syafaat kita serta membaca Firman-Nya (Alkitab). Matius 6:6. Ada banyak kita yang berprofesi sebagai pendeta dan pembicara sibuk sekali dengan organisasi, pertemuan, rapat, ibadah. Kita sibuk melayani pekerjaan Tuhan, kita sering lupa melayani Dia yang memanggil kita melayani-Nya. Padahal panggilan kita sesuungguhnya adalah melayani Dia yang terutama dan pertama. Bukan menjadi sibuk melayani pekerjaan-Nya.
Punya Tuhan adalah
- punya hubungan yang akrab dengan Tuhan, suatu hubungan yang eksklusif antara anda dan Dia saja. Matius 6:6 menyebutkan bahwa doa itu adalah hal pribadi yang seharusnya menjadi sesuatu yang tersembunyi, dikerjakan dalam kamar yang tertutup (terkunci). Ada jaminan bahwa hal demikian akan dijawab oleh Bapa di Sorga. Kita hidup di jaman media sosial, jaman dimana segala sesuatu dibuka kepada umum. Dulu, kita rela bunuh orang hanya karena diary dan catatan harian kita dibaca oleh mereka. Sekarang tanpa malu-malu kita memamerkan segala sesuatu akan hidup kita bahkan kepada orang-orang tidak kita kenal sama sekali. Termasuk waktu-waktu doa kita yang seharusnya tersembunyi ini, mungkin itu sebabnya banyak doa kita tidak pernah dijawab oleh Bapa. Apakah tindakan kita memposting “saya lagi berdoa” menunjukkan bahwa kita punya Dia? Atau sekedar menunjukkan “ini lho aku, sedang berdoa.. tidak seperti kamu.”
Punya Tuhan adalah
- punya kehidupan yang berserah kepada Dia senantiasa. Bukankah Dia Tuhan, kita cuma umat-Nya, bukankah Dia Bapa dan kita cuma anak-Nya. Bahkan bukankah Dia adalah Raja & Tuhan kita, seperti yang suka kita klaim di ibadah-ibadah kita, tapi mengapa kita justru suka menentang kehendak-Nya dan melawan perintah-perintah-Nya. Apalagi jika itu bertentangan dengan kepentingan kita dan menyebabkan kita harus berkorban dan melepaskan banyak perkara dihidup kita. Sebagai orang yang mengklaim punya Tuhan, seringkali kita lebih sering memaksakan mau dan kehendak kita dari pada menjalankan Firman-Nya dalam hidup kita. Tidak heran, badai terus datang dalam hidup kita. Jangan pernah klaim punya Tuhan, jika kita tidak pernah sungguh-sungguh membiarkan Kerajaan-Nya datang dan kehendak-Nya jadi dihidup kita disini seperti dihidup-Nya disana.
Punya Tuhan adalah
- punya kehidupan yang melakukan Firman Tuhan dan menjawab (mengerjakan) panggilan Dia. Ya tidak semua orang dipanggil menjadi pendeta, tapi kita semua dipanggil menjadi saksi. Memang mereka yang menjadi pendeta seringkali diawali karena mereka memutuskan melakukan perintah Tuhan dalam hidup mereka. Orang takut mengarah kesini, mungkin mereka lebih memilih jadi penjahat (akhirnya) hanya karena mengawalinya dengan menolak melakukan perintah Tuhan. Tapi yang pasti semua orang diharuskan melakukan Firman Tuhan, Lukas 11:28. Firman Tuhan tidak akan menjadi berkat yang sebenarnya jika kita tidak mentaati perintah-perintah-Nya. Yesus bahkan menunjukkan bahwa kalau kita mengasihi Dia, kita harus melakukan perintah-perintah-Nya. Yohanes 1421-24. Melakukan perintah-perintah-Nya bukanlah memposting semua ayat-ayat Alkitab di media sosial, bahkan bukan dengan memforward segala macam perkataan bagus atau mengena dihati kepada kontak-kontak (atau group-group) whatsapp. Kita perlu melakukan Firman-Nya lebih dahulu, mentaatinya lebih dulu sebelum mengirimkannya kepada orang lain. Jangan pernah merasa puas atau merasa sudah melakukan Firman Tuhan hanya menerima segala macam likes dan jempol di smartphone-smartphone kita. Itu bukan melakukan perintah-perintah-Nya. Sekiranya kita sudah mentaati perintah-perintah-Nya, lantas kita membagikan pengalaman kita di media sosial.. itu adalah hal yang berbeda. Namun bukankah media sosial adalah semua dan segala hal yang hanya untuk kelihatan baik dan luarbiasa didepan (diluar). Tidak peduli bagaimana keadaan yang didalam dan yang sebenarnya, bukan? Itu sebabnya banyak dari kita lebih memilih memposting langsung segala macam ayat, memforward langsung segala Firman Tuhan yang kita terima tanpa merasa harus melakukannya hanya supaya kita kelihatan baik dan luar biasa. Seakan-akan telah mentaati Firman-Nya. Manusia bisa kita tipu, tapi tidak Tuhan. Dan Firman-Nya jelas, yang berbahagia adalah yang melakukan Firman Tuhan. Yang menikmati berkat-Nya adalah yang mendengar dan melakukan Firman Tuhan. Dari buah kehidupan yang kita alami menunjukkan pohon kehidupan macam apa yang kita punya.
Leave a Reply