1 Yohanes 2:15-17, Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.
Jika ayat ini dibaca dengan sungguh-sungguh, berulang kali, ayat ini akan terdengar seperti suatu teguran yang sangat keras. Janganlah kamu mengasihi dunia, tidak ada pilihan rupanya. Tidak ada jalan tengah, tidak ada separuh-separuh. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu, sangat jelas disini. Jika kita mengasihi dunia, walau sedikitpun, kasih akan Bapa Surgawi sama sekali tidak ada didalam kita. Yakobus bahkan menunjukkan pada kita untuk jangan mendua hati, Yakobus 1:8. Memang ia sedang berkata-kata tentang meminta sesuatu kepada Tuhan dengan iman, supaya kita memintanya tanpa bimbang, ayat 6-7. Tapi bukankah kasih akan Tuhan requires, membutuhkan iman? Dia tidak kelihatan oleh mata kita, kasih pada-Nya memerlukan iman percaya bahwa Ia betul-betul ada.
Sedangkan “mengasihi dunia” sangatlah mudah, sebab semuanya nyata dan bisa dirasa dengan jelas oleh indra-indra kita. Tidak butuh iman, tidak butuh percaya, lagipula kita sangat membutuhkannya. Membutuhkannya? Yang dimaksudkan disini adalah uang dan materi dunia ini. Iya, semua kita butuh uang untuk hidupkan. Dan uang itu sendiri sangat identik dengan dunia ini. Tapi Yohanes berkata dengan jelas, Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Ini yang rumit. Kita bisa berkata, aku tidak mengasihi dunia. Tapi sering kali justru apa yang ada didalam dunia yang mencengkram hati kita.
Coba renungkan ini, Tuhan mengajar kita berdoa dalam Matius 6:9-13, khususnya ayat 11, Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Tuhan mengajar kita untuk meminta makanan kita yang secukupnya. Bukan berlebih, yang secukupnya yang kita perlukan. Bahkan, Ia tidak menyuruh kita untuk hari esok, hari esok punya kesusahan sendiri kata Dia dalam ayat 34. Jangan kuatir akan hari esok! Paulus sendiri berkata, kalau ada makanan dan pakaian, cukuplah itu. 1 Timotius 6:8.
Masalahnya adalah banyak pendeta yang berkhotbah tentang berkat dan kelimpahan, dan mereka berkata bahwa itu adalah kehendak Tuhan supaya kita diberkati dan menjadi kaya. Dan kita lebih suka dengar mereka dan khotbah-khotbah mereka dari pada membaca sendiri Firman Tuhan itu! Diberkati dan menjadi kaya, adalah dua hal yang sangat berbeda. Tapi kita menyamakannya dan bahkan datang pada titik dimana kita menganggap jika kita tidak kaya, kita tidak diberkati. Dan jika kita tidak diberkati secara materi, kita bahkan tidak rohani, tidak berkenan dihadapan-Nya. Kita menganggap, perkenanan Tuhan adalah berkat, kerohanian adalah kaya! Ini jelas adalah tipuan Iblis yang merusak bukan cuma jemaat tapi juga pendeta-pendetanya! Tapi tahukah anda, bahwa dalam telogi kemakmuran, jemaat bukanlah korban dari pendeta yang serakah. Jemaat juga adalah pelaku kejahatan sama seperti si pendetanya sendiri. Yang satu menipu, yang satunya mau saja ditipu karena keinginan menjadi kaya!
Diberkati memang bisa saja punya arti mendapatkan pertolongan materi, uang dan harta. Tapi diberkati yang punya pengertian sebenarnya tidak berkekurangan ini justru ditarik lebih jauh, sedikit saja, kepada kata kelimpahan. Tapi bukankah Yesus sendiri berkata dalam Yohanes 10:10 (bagian b) bahwa Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Pertanyaannya disini adalah apakah kelimpahan yang Tuhan maksudkan adalah kegemilangan harta dan materi dunia ini? Bukankah saat itu Dia sama sekali tidak punya harta dan Ia sedang menjalani hidup seorang nazir Allah, seorang rohaniawan yang lebih mirip seorang biksu yang tidak punya apa-apa kecuali mengajar kebajikan dijaman modern kita. Ia dan 12 murid-Nya menjalani hidup yang tidak memiliki apa-apa dan sangat bergantung pada kemurahan orang lain untuk mencukupi keperluan mereka. Lagipula, dengan keteladanan dan Firman-Nya kita mengerti bahwa Ia sebenarnya datang justru untuk merebut kita dari semuanya itu yang membinasakan kita? Mengapa kita justru menerjemahkan sebaliknya, memutarbalikkan Firman-Nya itu? Karena kita dan kedagingan kita sangat jahat dan fasik! Kita menyukai menerjemahkan Alkitab menurut maunya kita, kita bahkan tidak akan datang pada-Nya kecuali kita perlu Dia kan?! Dia lebih mirip mesin ATM bagi kita daripada Tuhan yang seharusnya kita sembah seutuhnya. Tidaklah mengherankan banyak doa-doa kita tidak pernah menemukan jawabannya, dan pergumulan-pergumulan kita tidak berhenti menimpa kita.
Kata asli kelimpahan, perissos, yang dimaksud Tuhan dalam Yohanes 10:10 ini memang punya pengertian, berlebih, melewati ukurannya. Tapi konteks ayat ini justru berbicara tentang memberi. Memberi memang menghasilkan kehidupan, dan yang Tuhan maksudkan disini bahwa Ia datang untuk memberi diri-Nya sampai berlimpah. Pertanyaannya adalah begini, apakah hidup anda telah memberi seperti Yesus? Dan seperti Tuhan, apakah anda memberi dengan limpahnya? Atau jika anda sangat menyukai ayat ini karena anda ada pada pihak yang diberi dan anda berpikir bahwa anda akan kelimpahan karena diberi, maka bukankah bagian pertama ayat ini kemudian menunjukkan siapa anda sebenarnya? Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Yohanes 10:10 (bagian a).
Ya, benar sekali. Jika anda bukan pada pihak Yesus yang suka memberi, dan memberi, kemungkinan besar anda ada pada pihak Iblis yang Cuma tahu mengambil, mengambil dan mengambil.
Mengambil, mengambil lagi, mengambil semua, mengambil sampai habis. Kalau perlu yang kasih, dibinasakan sekalian kan? Lihat keserakahan kita semua! Ya, pilihannya sederhana, kita “habis” karena memberi semua, atau kita “habis” juga karena seperti iblis kita merebut semuanya tanpa sisa!
Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Yohanes 10:10, full, completed verse.
Memang tidak ada jalan tengah sama sekali, memang tidak ada kompromi walau sedikitpun. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu, 1 Yohanes 2:5. Yesus pun sebenarnya mengajar kita sesederhana seperti ini bahwa tidak ada yang pernah bisa mengabdi kepada 2 tuan. Matius 6:24. Karena ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. 5 ayat sebelumnya bahkan, Tuhan berkata dengan gamblang, Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi! Matius 6:19. Pertanyaannya, apa arti ayat ini? Apa tafsirannya? Sederhana, jangan kumpul harta didunia ini kan? Apalagi artinya selain itu!
Tapi sukar bagi kita untuk mengerti, sukar untuk memahami arti yang sederhana ini. Pikiran dan diri kita, tanpa kita sadari dirasuk oleh Instagram, Facebook, profil picture dan story Whatsapp. Tanpa kita sadari, kita menginginkan banyak hal dan perkara yang kita lihat lewat semuanya itu. Mata kita tidak pernah bisa tertidur atau mengantuk walau berjam-jam sampai larut ketika kita sedang surf di smartphone kita. Uniknya, tanpa kita sadari saat kita menikmati IG dan FB ini, pikiran kita berkata, ah seandainya mereka itu saya, betapa enaknya!
Alkitab? Tidak pernah dibuka, ngantuk! kata kita. Benar, jika disuruh membuka dan membaca Alkitab, mungkin Cuma 2 menit pertama kita bisa membacanya, menit ke-3 mata kita telah menjadi berat, selanjutnya kita akan tertidur dengan cepat. Iblis lagi kemudian yang disalahkan bahwa mereka telah meniup-niup mata kita, padahal tanpa kita sadari bahwa justru kedagingan kita sendirilah yang tidak menyukai Firman Tuhan itu. Bagaimana kita bisa berkata bahwa “apapun yang terjadi, jagalah matamu kepada Tuhan saja”.
Tidak sampai disitu saja, Yohanes (1 Yohanes 2) melanjutkan dalam ayat 16 dan 17, Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.
Perhatikan semua yang ada dalam Instagram dan Facebook dan media-media sosial ini, semuanya berisi keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup. Coba lihat siapa yang mengikut profil-profil mereka ini, berapa jumlah followersnya? Dan kenapa bisa sebanyak itu? Pertanyaanya, jika konten akun mereka di FB dan IG tidak menawarkan harta dan kekayaan, tubuh yang dibuka dan dipamerkan kepada semua orang tanpa malu-malu lagi, akankah mereka punya followers sebanyak itu? Semuanya hanya berisi keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, namun gilanya mereka menyebut diri mereka, influencer. Influencer, orang-orang yang membawa pengaruh. Inilah yang disebut kita telah hidup dijaman akhir, dijaman Sodom dan Gomora. Jaman dimana Setan tidak lagi perlu untuk menyamarkan dirinya untuk berjalan ditengah-tengah kita. Dia telah datang dalam bentuknya yang sebenarnya dan banyak dari kita menyambutnya dengan gembira.
Pertanyaannya, apakah anda benar-benar mengasihi Tuhan? Atau apakah anda sebenarnya mengasihi dunia ini dan segala isinya, dan anda hanya memanfaatkan Dia untuk mendapatkan berkat-berkatnya supaya anda bisa menikmati dunia ini lebih lagi dalam segala kelimpahannya?
Kita semua mengerti bahwa mengikut Tuhan punya arti meninggalkan dunia ini, tapi berapa dari kita mau melakukannya? Itu hanya menunjukkan bahwa kita tidak pernah benar-benar mengasihi Dia. Kasih akan Dia hanya ada pada bibir kita, tapi hati kita jauh daripada-Nya.
Yesus sebelum naik ke Surga bertanya kepada Petrus, apakah engkau mengasihi Aku? Petrus menjawab, ya Engkau tahu, aku mengasihi Engkau. Ayat 15. Yesus bertanya sampai 3 kali dan Petrus juga menjawab sampai 3 kali. Yohanes 21:15-19. Dalam 2 pertanyaan pertama Tuhan, apakah engkau mengasihi Aku? Tuhan menggunakan kata agapaō untuk kata kasih yang Ia maksudkan pada Petrus. Bahkan dalam pertanyaan pertama-Nya kita sebenarnya mengerti yang Tuhan maksudkan adalah agapaō ini, kasih Tuhan, karena Ia berkata apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini? Ada kata lebih disini. Tapi jawaban Petrus selalu hanyalah, phileō, aku mengasihi Engkau. Dengan kata lain, Petrus berkata bahwa ia hanya bisa phileō kepada Tuhan, bukan agapaō kepada-Nya. Ia hanya bisa mengasihi Tuhan sebagai sahabat, phileō, kasih yang seimbang dalam memberi dan menerima, kasih yang mempunyai kebutuhan yang sama. Ia tidak bisa mengasihi Tuhan sebagai agapaō, kasih Tuhan yang memberi semua tanpa pamrih!
Jadi dalam pertanyaan Tuhan yang ketiga, Tuhan kemudian memakai kata phileō ini kepada Petrus, dan Petrus pun berduka, menyesali bahwa ia hanya bisa phileō kepada Tuhan. Seharusnya bagian ini diterjemahkan seperti dibawah ini dalam bahasa Indonesia, supaya kita mengerti bahwa banyak dari kita juga hanya seperti Petrus terhadap Tuhan. Kita tidak bisa mengasihi-Nya seperti seharusnya kita mengasihi-Nya, kita harus mengakui bahwa kita hanya bisa phileō kepada-Nya.
Yohanes 21,
Ayat 15, Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: ”Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (agapaō) Aku lebih dari pada mereka ini? Mengasihi Aku seperti Aku sendiri mengasihi kamu?” Jawab Petrus kepada-Nya: ”Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (phileō) Engkau. Aku cuma bisa menjadi teman, phileō kepada-Mu sebagai sahabat.” Kata Yesus kepadanya: ”Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
Ayat 16, Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: ”Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (agapaō) Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya: ”Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku (cuma bisa) mengasihi (phileō) Engkau.” Kata Yesus kepadanya: ”Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
Tuhan mengulang pertanyaan-Nya kepada Petrus kali kedua ini karena Ia tercengang mendengarkan jawaban Petrus yang pertama, bahwa Petrus langsung dengan jujurnya berkata bahwa ia cuma bisa phileō, tidak seperti yang Ia harapkan dari Petrus yang sebelumnya selalu berapi-api dan penuh semangat. Ia tidak menyangka bahwa Petrus sekarang “sudah mau dengan rendah hati” mengakui keadaan dan keterbatasannya sebagai manusia, mengakui bahwa dia egois dan cuma besar mulut sebelumnya. Bahwa walau dengan penuh semangat yang berapi-api, ia tidak bisa hanya mengasihi Tuhan dengan kedagingannya. Ia harus mengasihi Tuhan bukan untuk menjadi lebih hebat dibandingkan semua murid yang lain. Ia harus mengasihi Tuhan sampai mengorbankan segalanya bagi Dia.
Menariknya, dalam 2 jawaban pertama Petrus, ia selalu memulai dengan Engkau tahu. Ya, Tuhan tahu bahwa ia adalah yang pertama turun ke air datang mendatangi Tuhan ketika Ia sedang berjalan diatas air, Yohanes 6:19 dan Matius 14:28. Tuhan tahu bahwa ia dengan gagahnya berkata bahwa ia akan mati untuk Tuhan, ia sedang berkata bahwa ia sangat mengasihi Tuhan dan tidak akan meninggalkan-Nya sampai mati, Matius 26:35. Tetapi sekarang Petrus juga tahu bahwa Tuhan tahu ia telah menyangkali Tuhan ketika disalib sebanyak 3 kali! Matius 26:34, ayat 69-75 adalah penyangkalan Petrus terhadap Tuhan.
Jadi ketika Tuhan mengulang pertanyaanya kepada Petrus untuk ketiga kalinya, Ia sendiri memakai kata phileō ini. Seakan-akan Tuhan berkata,
Ayat 17, Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: ”Oh Simon, anak Yohanes, jadi engkau hanya bisa mengasihi (phileō) Aku? Tidak lagi seperti sebelumnya bahwa engkau mengasihi Aku lebih dari mereka semua ini?” Maka sedihlah hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: ”Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: ”Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (phileō) Engkau.” Kata Yesus kepadanya: ”Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Petrus berduka dalam menjawab pertanyaan ketiga ini. Ia bersedih, karena sekarang ia tahu bahwa sekarang Tuhan bukan cuma tahu semua yang telah terjadi sebelumnya, Ia juga tahu apa yang ada di hati Petrus bahwa Petrus selama ini, sejauh ini hanya bisa mengasihi (phileō) kepada Tuhan. Petrus tidak sanggup untuk mengasihi (agapaō) kepada Tuhan Yesus. Uniknya, Tuhan tetap sabar dan setia kepada-Nya dan tetap sekali lagi menyatakan panggilan-Nya kepada Petrus, ayat 19 bagian akhir menyebutkan, Ia memanggil dia kembali, ikutlah Aku! Ini yang kita sebut sebagai kasih karunia, anugerah yang sangat kita perlukan untuk bisa mengasihi Dia.
Yohanes 21:15-17 serupa dengan 1 Yohanes 2:15-17, pertanyaannya juga tetap sama, apakah engkau mengasihi Tuhan? Jawab sendiri, jawab dengan jujur dan jawab dari hati. Saya percaya lewat tulisan ini, Tuhan pun sedang bertanya kepada kita semua,
Apakah engkau mengasihi (agapaō) Aku?
Yunianto
Amien… Kadang susah dalam menghidupi Firman ini, tapi saya yakin Roh Kudus akan tolong kita