Kembali pada jenis Hati yang pertama
Hati yang tidak tahan ancaman dan tekanan dari luar, atau tanah berbatu-batu
Jenis yang kedua ada pada ayat 5 & 6, sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
Artinya dijelaskan Tuhan pada ayat 20 & 21, benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad.
Jenis yang kedua ini punya situasi yang jelas, karena tanahnya tipis. Dalam dunia pertanian, hal ini sangat jelas menunjukkan bahwa benih tidak akan bisa tumbuh dengan baik. Tanah yang tipis membuat tumbuhan yang tumbuh atasnya tidak memiliki akar yang baik, atau akarnya sedikit, tidak bisa berakar dengan kuat. Karena akarnya hampir tidak ada, tumbuhan itu hanya tahan sebentar. Menariknya Tuhan berkata bahwa mereka yang seperti ini, punya antusiasme yang besar pada awalnya, segera menerimanya dengan gembira. Inipun mudah dijelaskan dengan situasi tanahnya tipis. Sebab tanah yang tipis mengumpulkan banyak nutrisi hanya dibagian atas tanah itu, semua humus dari tanah ini ada disitu. Kenapa demikian, karena tanah itu mengandung banyak batu-batu. Jadi jangankan akar bisa tumbuh lebih dalam, humus dari tanah yang seharusnya menyebar ke bawah, juga hanya terkumpul dibagian atas.
Tidak heran bahwa orang seperti ini, mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Dalam bahasa aslinya, kata karena tanahnya tipis dalam ayat 5 diambil dari pengertian mereka tidak memiliki kedalaman di bumi. Matius 13:5 versi NKJV, beberapa jatuh di tempat berbatu, di mana mereka tidak memiliki banyak tanah; dan mereka segera tumbuh, muncul dengan cepatnya karena mereka tidak memiliki kedalaman di bumi. Ya, kata kedalaman memakai kata bathos (Yunani, βάθος). Kata yang punya pengertian, mengalami pengenalan yang dalam dengan Tuhan. Mereka yang mau berakar dalam dan kuat dalam pengenalan akan Tuhan, tumbuhnya tidak kelihatan dan lama. Tidak segera dengan cepat naik ke atas, sangat perlahan. Disebabkan mereka tumbuh kebawah lebih dulu, tidak kelihatan oleh banyak orang, berakar kuat dan dalam lebih dahulu. Fondasi mereka yang ditanam dalam dalam, mengikat kuat pada batu karang Kristus yang jauh ada didalam.
Jangan cari khotbah yang pendek-pendek, Firman Tuhan yang instan. Apalagi yang cuma menyenangkan telinga, mereka yang mengerjakan hal-hal demikian biasanya bukan untuk memberitakan Firman Allah yang sebenarnya tapi hanya supaya kelihatan tetap eksis dan tidak dilupakan oleh pada pemuja dan pendonor mereka. Belajar Firman Tuhan sungguh-sungguh, ambil waktu membaca dan berdoa. Jangan terburu-buru, pertumbuhan tidak pernah instan, butuh waktu. Seringlah membaca buku rohani, bukan sekedar pesan forwarded di whatsapp. Nonton khotbah yang berkualitas yang seringkali panjang, jangan mencari yang pendek-pendek di Youtube apalagi sekadar yang sensasional. Firman Tuhan seringkali keras, serasa seperti makan daging. Jangan dihindari, ini baik untuk pertumbuhan. Sebab banyak dari kita seharusnya bukan sekedar minum susu lagi, lagipula ketika bayi mulai tumbuh dewasa, makanan yang harus diberikan bukanlah yang ringan-ringan saja.
Ya, kita perlu memiliki kedalaman di bumi. Kita perlu dalam akan pengenalan kita akan Tuhan. Karena jika tidak, kita tidak akan berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, kita itu pun segera murtad. Ya, penindasan dan penganiayaan pasti datang. Ini adalah hal-hal yang tidak terhindarkan. Mereka yang mengikut Yesus dengan sungguh-sungguh pasti dibenci oleh dunia ini. Tidak ada jalan lain, selain berakar kuat didalam Dia.
Untuk bisa berakar, batu-batu itu harus disingkirkan. Tanah itu harus dibersihkan dari segala yang menghalangi benih untuk tumbuh ke dalam. Tanah itu harus dibolak-balik, dibajak sampai lembek. Hanya dengan demikian, benih bisa punya fondasi yang solid. Seperti orang yang membangun rumah kata Yesus sendiri.
Matius 7:24-27, Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.
Batu yang dimaksudkan dalam ayat 24, bukanlah tanah yang berbatu-batu, stony soils. Tapi batu disini adalah rock. Dalam tradisi Yahudi, mereka yang membangun rumah akan menggali fondasi yang dalam, mereka terus menggali begitu dalam sampai ketemu dengan suatu batu karang dikedalaman bumi dimana tiang fondasi rumah itu bisa dipancangkan. Baru setelah itu fondasi ini selesai, mereka mulai membangun keatas. Ini yang dimaksudkan Tuhan dengan mendirikan rumah diatas batu karang.
Leave a Reply